Gelar Pameran Tunggal, Seniman YSH akan 'Pertemukan' Tokoh Nasional di Atas Kanvas
07 November 2022 |
22:55 WIB
Seniman Yusuf Susilo Hartono (YSH) bakal menggelar pameran tunggal di Museum Nasional, Jakarta, pada 9-14 November 2022. Dalam pameran tersebut perupa sekaligus jurnalis itu akan 'mempertemukan' tokoh-tokoh nasional di atas kanvas.
Karya tersebut merupakan hasil lukisannya selama empat puluh tahun terakhir sebagai perupa. Para tokoh itu adalah Megawati Soekarno Putri, Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam bentuk lukisan. Menurut YSH, tokoh-tokoh tersebut memiliki peran penting dalam pemerintahan di Indonesia.
Baca juga: Suguhan Seni & Inovasi Teknologi dalam Pameran Rekam Masa
Yusuf mengatakan lewat lukisan tersebut juga untuk menyambut tahun pemilu 2024 yang saat ini sudah mulai terasa gejolaknya di Tanah Air. Dia mengungkap pameran tersebut bukan pameran politik tapi menurutnya nasib masyarakat Indonesia tergantung dari tokoh-tokoh tersebut.
"Karena sebentar lagi memasuki tahun pemilu, pameran saya juga harus punya konteks. Dua karya sebelumnya sudah saya pamerkan di Galnas, tapi yang terbaru saya tambah lukisan pak Anies," kata Yusuf saat ditemui Hypeabis.id, di Taman Ismail Marzuki, Senin (7/11/2022).
Mengangkat tajuk Among Jiwo: Retrospeksi 40 Tahun Berkarya, seniman asal Bojonegoro, Jawa Timur ini juga akan memamerkan karya-karya lain. Beberapa di antaranya adalah seni instalasi, sktesa, ilustrasi video, dan karya jurnalistik yang pernah dia buat selama berprofesi sebagai seniman sekaligus wartawan.
Yusuf mengatakan dalam pameran tersebut akan ada sembilan zona yang mewakili peta perjalanan kariernya sebagai perupa dalam kurun waktu empat puluh tahun. Meliputi zona reformasi demokrasi, seni, religiusitas, alam, kuno-kini, mancanegara, aku keluarga & tanah asal, perempuan, serta Covid-19.
Sementara itu, kurator pameran Anna Sungkar mengatakan, karya-karya YSH merupakan catatan perjalan hidup sang seniman, baik berupa kesan, renungan, hingga responnya terhadap masalah sosial yang terus berkembang di masyarakat.
Menurut Anna, karya-karya YSH juga merupakan dokumentasi sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Hal itu tercermin dari serial karya bertajuk Reformasi dan Demokrasi, di mana sang seniman membuat sketsa saat aksi demo Mahasiswa di Bunderan HI dan DPR pada tahun 1998.
"Mas YSH ini memang dari awal sudah memiliki kualitas yang baik dalam berkarya. Hal ini bisa kita lihat dari komposisi, mimik muka, dan yang lainnya di lukisan-lukisannya. Ini yang mengagumkan dari proses pengkaryaanya selama 40 tahun terakhir," papar Anna.
Sekedar informasi YSH sebelumnya sudah sering menggelar pameran tunggal dan bersama di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, hingga Manado. Pameran terakhirnya adalah bersama pelukis-pelukis Jakarta, di Galeri Peruja Jakarta, pada tahun 2021.
Selain sebagai seniman, YSH juga sosok penulis yang produktif. Dia telah menciptakan beberapa karya puisi seperti, Perjanjian Suci, Kumpulan Puisi Jawa Ombak Wengi (2011), Cerita Anak Orang Orang Cacat (1986), Buku Wartawan Kebudayaan Angkat Bicara (2014), dan masih banyak lagi.
Baca juga: Pameran 100 Tahun Chairil Anwar, Mengenang si Binatang Jalang dalam Lembaran-lembaran Arsip
Editor: Dika Irawan
Karya tersebut merupakan hasil lukisannya selama empat puluh tahun terakhir sebagai perupa. Para tokoh itu adalah Megawati Soekarno Putri, Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam bentuk lukisan. Menurut YSH, tokoh-tokoh tersebut memiliki peran penting dalam pemerintahan di Indonesia.
Baca juga: Suguhan Seni & Inovasi Teknologi dalam Pameran Rekam Masa
Yusuf mengatakan lewat lukisan tersebut juga untuk menyambut tahun pemilu 2024 yang saat ini sudah mulai terasa gejolaknya di Tanah Air. Dia mengungkap pameran tersebut bukan pameran politik tapi menurutnya nasib masyarakat Indonesia tergantung dari tokoh-tokoh tersebut.
"Karena sebentar lagi memasuki tahun pemilu, pameran saya juga harus punya konteks. Dua karya sebelumnya sudah saya pamerkan di Galnas, tapi yang terbaru saya tambah lukisan pak Anies," kata Yusuf saat ditemui Hypeabis.id, di Taman Ismail Marzuki, Senin (7/11/2022).
Mengangkat tajuk Among Jiwo: Retrospeksi 40 Tahun Berkarya, seniman asal Bojonegoro, Jawa Timur ini juga akan memamerkan karya-karya lain. Beberapa di antaranya adalah seni instalasi, sktesa, ilustrasi video, dan karya jurnalistik yang pernah dia buat selama berprofesi sebagai seniman sekaligus wartawan.
kolase sketsa YSH (sumber dokumentasi pribadi senniman)
Yusuf mengatakan dalam pameran tersebut akan ada sembilan zona yang mewakili peta perjalanan kariernya sebagai perupa dalam kurun waktu empat puluh tahun. Meliputi zona reformasi demokrasi, seni, religiusitas, alam, kuno-kini, mancanegara, aku keluarga & tanah asal, perempuan, serta Covid-19.
Sementara itu, kurator pameran Anna Sungkar mengatakan, karya-karya YSH merupakan catatan perjalan hidup sang seniman, baik berupa kesan, renungan, hingga responnya terhadap masalah sosial yang terus berkembang di masyarakat.
Menurut Anna, karya-karya YSH juga merupakan dokumentasi sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Hal itu tercermin dari serial karya bertajuk Reformasi dan Demokrasi, di mana sang seniman membuat sketsa saat aksi demo Mahasiswa di Bunderan HI dan DPR pada tahun 1998.
"Mas YSH ini memang dari awal sudah memiliki kualitas yang baik dalam berkarya. Hal ini bisa kita lihat dari komposisi, mimik muka, dan yang lainnya di lukisan-lukisannya. Ini yang mengagumkan dari proses pengkaryaanya selama 40 tahun terakhir," papar Anna.
Sekedar informasi YSH sebelumnya sudah sering menggelar pameran tunggal dan bersama di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, hingga Manado. Pameran terakhirnya adalah bersama pelukis-pelukis Jakarta, di Galeri Peruja Jakarta, pada tahun 2021.
Selain sebagai seniman, YSH juga sosok penulis yang produktif. Dia telah menciptakan beberapa karya puisi seperti, Perjanjian Suci, Kumpulan Puisi Jawa Ombak Wengi (2011), Cerita Anak Orang Orang Cacat (1986), Buku Wartawan Kebudayaan Angkat Bicara (2014), dan masih banyak lagi.
Baca juga: Pameran 100 Tahun Chairil Anwar, Mengenang si Binatang Jalang dalam Lembaran-lembaran Arsip
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.