Aplikasi Vinera Kembangkan Terapi Strok dengan Pendekatan Game
06 December 2022 |
14:56 WIB
Perusahaan rintisan Aruvana bekerja sama dengan PT Medika Brain Sejahtera dalam pengembangan produk terapi pasca stroke, yakni virtual neuro engineering and restoration (Vinera) guna mempercepat perluasan solusi terapi dengan teknologi virtual reality.
Vinera diklaim sebagai aplikasi berbasis teknologi virtual reality pertama di Indonesia untuk membantu pelatihan home therapy bagi penderita strok. Aplikasi ini dilengkapi dengan sistem gamifikasi yang membuat pasien dapat melakukan latihan terapi secara mandiri tanpa bantual profesional.
Dalam aplikasi ini, pasien pasca strok akan menjalankan rangkaian skenario latihan dengan beroritentasi tugas yang dikemas menggunakan pendekatan gim. Terapis akan memantau hasil latihan pasien melalui jarak jauh secara teratur. Terapi pasien ini diklaim bisa berjalan lebih intensif dan efektif dengan menggunakan VR, jika dibandingkan dengan terapi konvensional.
Pada tahap awal, aplikasi ini dirancang untuk membantu pemulihan pasien strok yang memiliki disabilitasi terhadap tangan. Sementara itu, pada masa yang akan datang, Vinera juga akan dikembangkan untuk berbagai macam jenis penanganan pasien pasca stroke dari level ringan sampai berat yang disesuaikan berdasarkan assesment dari pendamping pasien atau terapis.
Baca juga: Hati-hati, Kaum Mageran Punya Potensi Lebih Besar Terkena Strok
CEO Aruvana, Indra Haryadi, mengatakan bahwa kolaborasi yang terjadi menunjukkan teknologi virtual reality terus berkembang dan tidak mengenal batasan. Salah satunya ternyata bisa dimanfaatkan untuk bidang kesehatan, khususnya bagi pasien pasca strok.
“Perbaikan sistem saraf yang rusak baik secara fungsional maupun patologik di tangan paska strok atau hand neurorestoration post-stroke adalah langkah pertama untuk membuat inovasi dan pelatihan terapi menjadi lebih terjangkau, menarik, dan menyenangkan,” katanya.
Menurutnya, perawatan khusus bagi pasien pasca strok dapat menjadi kendala bagi pasien saat akan berkunjung ke rumah sakit. Persoalan lain yang sering jadi hambatan adalah tidak adanya pendamping profesional, yang dapat menyebabkan terlewatinya proses terapi mandiri di rumah.
Komisaris PT Medika Brain Sejahtera, Hendry Gunawan, berharap Vinera dapat menjadi solusi dalam membantu pasien dan menjadi salah satu layanan neurorestorasi yang berguna bagi masyarakat, baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di tengah ragam kendala yang dihadapi pasien stroke.
“Teknologi Vinera dapat digunakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan bersifat mobile serta lebih terjangkau oleh masyarakat,” katanya.
Baca juga: Kenali Metode FAST Untuk Deteksi Dini Serangan Stroke
Menurutnya, pemanfaatan virtual reality di bidang kesehatan akan menghasilkan dampak yang maksimal jika didukung oleh regulasi, asuransi, tenaga kesehatan, dan masyarakat atau pasien.
Untuk diketahui, data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit strok merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di dunia dan menjadi penyebab kematian nomor satu dengan pembiayaan kesehatan yang paling mahal di Indonesia.
Pada 2018, prevalensi stroke di Indonesia secara nasional sudah mencapai 10,9 per mil. Dengan angka prevalensi ini, prevalensi stroke tertinggi berada di Kalimantan Timur yakni 14,7 per mil, sementara yang terendah berada di Provinsi Papua sebesar 4,1 per mil.
Baca juga: Waspada Stroke di Usia Muda, Pantau Gejala & Penyebabnya
Editor: Syaiful Millah
Vinera diklaim sebagai aplikasi berbasis teknologi virtual reality pertama di Indonesia untuk membantu pelatihan home therapy bagi penderita strok. Aplikasi ini dilengkapi dengan sistem gamifikasi yang membuat pasien dapat melakukan latihan terapi secara mandiri tanpa bantual profesional.
Dalam aplikasi ini, pasien pasca strok akan menjalankan rangkaian skenario latihan dengan beroritentasi tugas yang dikemas menggunakan pendekatan gim. Terapis akan memantau hasil latihan pasien melalui jarak jauh secara teratur. Terapi pasien ini diklaim bisa berjalan lebih intensif dan efektif dengan menggunakan VR, jika dibandingkan dengan terapi konvensional.
Pada tahap awal, aplikasi ini dirancang untuk membantu pemulihan pasien strok yang memiliki disabilitasi terhadap tangan. Sementara itu, pada masa yang akan datang, Vinera juga akan dikembangkan untuk berbagai macam jenis penanganan pasien pasca stroke dari level ringan sampai berat yang disesuaikan berdasarkan assesment dari pendamping pasien atau terapis.
Baca juga: Hati-hati, Kaum Mageran Punya Potensi Lebih Besar Terkena Strok
CEO Aruvana, Indra Haryadi, mengatakan bahwa kolaborasi yang terjadi menunjukkan teknologi virtual reality terus berkembang dan tidak mengenal batasan. Salah satunya ternyata bisa dimanfaatkan untuk bidang kesehatan, khususnya bagi pasien pasca strok.
“Perbaikan sistem saraf yang rusak baik secara fungsional maupun patologik di tangan paska strok atau hand neurorestoration post-stroke adalah langkah pertama untuk membuat inovasi dan pelatihan terapi menjadi lebih terjangkau, menarik, dan menyenangkan,” katanya.
Menurutnya, perawatan khusus bagi pasien pasca strok dapat menjadi kendala bagi pasien saat akan berkunjung ke rumah sakit. Persoalan lain yang sering jadi hambatan adalah tidak adanya pendamping profesional, yang dapat menyebabkan terlewatinya proses terapi mandiri di rumah.
Komisaris PT Medika Brain Sejahtera, Hendry Gunawan, berharap Vinera dapat menjadi solusi dalam membantu pasien dan menjadi salah satu layanan neurorestorasi yang berguna bagi masyarakat, baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di tengah ragam kendala yang dihadapi pasien stroke.
“Teknologi Vinera dapat digunakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan bersifat mobile serta lebih terjangkau oleh masyarakat,” katanya.
Baca juga: Kenali Metode FAST Untuk Deteksi Dini Serangan Stroke
Teknologi Kesehatan
Dia menambahkan bahwa pengembangan Vinera merupakan salah satu contoh kolaborasi pentahelix yang melibatkan akademisi, masyarakat, dan pelaku bisnis yang memerlukan dukungan pemerintah dan media agar teknologi bisa diadopsi secara luas di bidang teknologi kesehatan.Menurutnya, pemanfaatan virtual reality di bidang kesehatan akan menghasilkan dampak yang maksimal jika didukung oleh regulasi, asuransi, tenaga kesehatan, dan masyarakat atau pasien.
Untuk diketahui, data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit strok merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di dunia dan menjadi penyebab kematian nomor satu dengan pembiayaan kesehatan yang paling mahal di Indonesia.
Pada 2018, prevalensi stroke di Indonesia secara nasional sudah mencapai 10,9 per mil. Dengan angka prevalensi ini, prevalensi stroke tertinggi berada di Kalimantan Timur yakni 14,7 per mil, sementara yang terendah berada di Provinsi Papua sebesar 4,1 per mil.
Baca juga: Waspada Stroke di Usia Muda, Pantau Gejala & Penyebabnya
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.