Hypereport: Cerita Cosplayer Tampil Totalitas: Bukan Sekadar Kostum, Tapi Pendalaman Karakter
05 December 2022 |
16:49 WIB
Istilah cosplay tentu sudah sering kita dengar. Cosplay merujuk pada permainan kostum dengan pakaian, aksesoris, hingga make up yang persis seperti tokoh karakter yang disukai. Meski tak harus karakter fiksi, nyatanya tren anime yang marak belakangan membuat orang beramai-ramai tampil sebagai kesukaan lewat cosplay.
Bahkan mereka rela menggunakan kostum dengan mengeluarkan dana yang besar untuk tampil di ajang cosplay. Setidaknya itulah yang jadi cara menarik bagi penggemar cerita fiksi untuk menghidupkan karakter favorit mereka ke dalam wujud nyata. Cosplay seperti membuka jalan untuk mengeksplorasi kreativitas lewat ragam konsep karakter fiksi yang digemari setiap orang.
Harkate San, salah satu cosplayer dengan pengikut mencapai 12.000 orang tersebut membagikan kecintaannya terhadap dunia cosplay. Baginya, hobi ini menjadi wadah untuk menyalurkan kesukaan terhadap karakter favorit sekaligus tampil kreatif dan percaya diri di depan banyak orang. Pria 21 tahun itu baru saja memulai hobi cosplay-nya sejak Juni 2022 lalu.
Meski suka dengan anime, ternyata dia memulai cosplay pertamanya sebagai karakter Spiderman dari Marvel. Hal itu dilakukannya sebagai tuntutan sebuah pekerjaan. “Spiderman ini jadi salah satu karakter tersulitku karena kostumnya panas dan lumayan ketat. Jadi tantangan banget apalagi waktu itu cosplay-nya karena tuntutan kerja ya bukan event,” kata Harkate.
Baca juga:
1. Geliat Cosplay & Fenomena Sub Kultur Anak Muda Indonesia (1)
2. Antusiasme di Balik Cosplay sebagai Representasi Idola Karakter Figur (2)
3. Meraup Rupiah dari Hobi Cosplay (4)
Dari sanalah Harkate terus berani melakukan cosplay karakter lainnya. Sejauh ini, Harkate mengaku masih berfokus cosplay dalam karakter dari anime favoritnya yaitu Once Piece. “Cosplay itu artinya kita memainkan karakter yang kita suka. Jadi aku memilih karakter yang nyaman denganku. Sejauh ini aku pernah cosplay Sanji dan Roronoa Zoro dari One Piece,” kata Harkate.
Menurutnya, Sanji menjadi karakter favoritnya sejauh ini. Hal itu sesuai dengan konsep cosplay Harkate yang lebih suka dengan gaya pakaian sederhana.
Meski demikian, dia juga memfavoritkan karakter Vinsmoke Sanji saat menjadi Germa. Kostum yang mahal dan cukup sulit menjadi alasan Harkate belum kunjung melakukan cosplay karakter kesukaannya itu. Dalam karakter itu, keluarga Vinsmoke menggunakan kostum berjubah warna dengan sarung tangan ala superhero. Harkate cukup menantikan momen untuk membawakan karakter ini di hadapan umum.
Memfavoritkan karakter dengan kostum simple adalah sebuah pilihan. Namun, ada juga loh Genhype yang memilih karakter dengan kostum yang cukup niat. Sebut saja Ega Arbiantara, seorang cosplayer yang sudah mencoba total lima karakter favorit dari berbagai anime. Baginya, kostum Sasaki Haise dari anime Tokyo Ghoul Re menjadi kostum yang cukup susah digunakan.
"Sasaki Haise jadi salah satu karakter yang paling ribet menurutku karena memerlukan weapon yang harus dibawa kemana-mana,” katanya.
Menariknya, dia mengaku tertarik lebih dahulu ke dunia cosplay sebelum menyukai animenya dikemas ke dalam film atau serial. “Sebelum karakter anime itu diangkat jadi film, aku sudah membayangkan bagaimana jika karakter itu aku cosplay. Jadi sudah kepikiran cosplay duluan sebelum filmnya ada. Dari situ aku suka datang ke event dan lomba-lomba cosplay,” kata Ega.
Pria yang memulai cosplay pada 2016 ini menyiapkan banyak hal sebelum tampil di event dan lomba. Terbilang niat, dia tidak hanya menyiapkan kostum karakter fiksi anime saja, melainkan juga persiapan make up dan aksesoris yang menunjang penampilannya agar persis dengan karakternya.
Namun menurutnya, cosplay tidak hanya sekedar menggunakan pakaian saja, tetapi juga pengenalan dan pendalaman karakter menjadi faktor penting. “Kepercayaan diri memang penting, tetapi kita juga harus mengenal karakter yang ditirukan, misalnya dengan mempelajari gerakan yang biasa dilakukan karakter ity,” lanjut Ega.
Cosplay juga membuka kesempatan untuk membawa kembali kenangan masa kecil di usia dewasa seperti sekarang. Seperti yang dilakukan Dhifano, cosplayer yang tergabung dalam komunitas Wibu Baleendah dan Sundanese Jabar Wibu, dimana dia tertarik terjun ke dunia cosplayer karena sudah mengidamkannya sejak duduk di kelas 5 SD.
“Tepat kelas 5 SD aku sudah punya minat mau menjadi karakter anime yang aku suka, akhirnya baru kesampaian untuk mewujudkan kenangan itu di umur sekarang,” kata Dhifano.
Dhifano sudah membawa beberapa karakter favoritnya ke dunia cosplay seperti Tenn Kujo dari Idolish7, Levi Ackerman dari Attack on Titan, serta Yoo Hobin dari How to Fight. Pria berusia 19 tahun ini memang niat tampil penuh totalitas menirukan karakter favoritnya.
Dia sampai menyewa kostum untuk tampil penuh penjiwaan sebagai Levi Ackerman. “Levi Ackerman punya banyak aksesoris yang harus digunakan, aku butuh dua jam untuk menggunakan seluruh kostumnya karena cukup ribet,” katanya.
Sebagai cosplayer yang memulai hobinya dengan kostum sewa, tentu membeli kostum karakter favorit merupakan pencapaian tersendiri dari Dhifano. Kostum Yoo Hobin-lah yang pertama kali dibelinya dengan harga ratusan ribu. Tidak sekadar cosplay, Dhifano juga sampai belajar beberapa gerakan dasar dan seni bela diri untuk mendalami karakter Yoo Hobin ini.
Agar tampil maksimal, Dhifano memulai ragam persiapan yang lumayan niat. Dimulai dari pendalaman karakter seperti gaya berbicara, bergerak, dan berjalan, persiapan yang tak kalah penting lainnya adalah memilih kostum dan aksesoris semirip mungkin dengan karakter. Termasuk juga make up dan ekspresi wajah yang harus sesuai dengan karakter fiksi aslinya.
Untuk dapat sukses mendukung karakternya, Dhifano juga rela mengimpor barang dari luar negeri seperti keperluan aksesoris, bagian kostum, hingga wig. “Kalau impor barang bisa di atas Rp2 juta-3 juta. Harga mahal ini juga sesuai dengan tingkat kemiripan, kelengkapan, hingga bahan kostum yang memang nyaman digunakan,” katanya.
Akan tetapi, mengimpor kostum bukanlah sebuah keharusan bagi Dhifano. Pasalnya, saat ini sudah banyak costume maker di Indonesia yang menyediakan kualitas bagus dengan harga lebih ramah di kantong untuk menekan biaya keperluan kostum.
Untuk tampil di atas panggung, kepercayaan diri yang tinggi dan sikap baik menjadi hal yang penting di mata Dhifano. “Bukan asing lagi kalau sebagai cosplayer kita akan diminta untuk foto bareng, di sini attitude penting sih bagaimana kita bersikap baik dan tidak sombong karena attitude ini juga akan mempengaruhi teman-teman cosplayer lainnya,” katanya.
Ke depannya, Dhifano masih ingin melakukan beberapa karakter cosplay dari serial favorit masa kecilnya seperti Itachi Uchiha dan Shisui Uchiha dari Naruto. Dua karakter ini memiliki tampilan dan kepribadian unik dan keren, selain membawa atmosfer nostalgia bagi generasi Z.
Pada akhirnya, hobi cosplay tidak hanya tentang menggunakan kostum dengan aksesoris dan make up terbaik, melainkan juga penjiwaan pada karakter yang ditirukan. Setidaknya cosplayer harus memahami latar belakang di balik kostum yang dibawakannya.
Di dalam balutan kostum yang niat, mereka juga harus pandai akting layaknya karakter dalam sebuah cerita fiksi. Cosplayer juga harus siap diminta foto bersama dengan orang-orang yang hadir di event tempat mereka melakukan cosplay.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Bahkan mereka rela menggunakan kostum dengan mengeluarkan dana yang besar untuk tampil di ajang cosplay. Setidaknya itulah yang jadi cara menarik bagi penggemar cerita fiksi untuk menghidupkan karakter favorit mereka ke dalam wujud nyata. Cosplay seperti membuka jalan untuk mengeksplorasi kreativitas lewat ragam konsep karakter fiksi yang digemari setiap orang.
Harkate San, salah satu cosplayer dengan pengikut mencapai 12.000 orang tersebut membagikan kecintaannya terhadap dunia cosplay. Baginya, hobi ini menjadi wadah untuk menyalurkan kesukaan terhadap karakter favorit sekaligus tampil kreatif dan percaya diri di depan banyak orang. Pria 21 tahun itu baru saja memulai hobi cosplay-nya sejak Juni 2022 lalu.
Meski suka dengan anime, ternyata dia memulai cosplay pertamanya sebagai karakter Spiderman dari Marvel. Hal itu dilakukannya sebagai tuntutan sebuah pekerjaan. “Spiderman ini jadi salah satu karakter tersulitku karena kostumnya panas dan lumayan ketat. Jadi tantangan banget apalagi waktu itu cosplay-nya karena tuntutan kerja ya bukan event,” kata Harkate.
Baca juga:
1. Geliat Cosplay & Fenomena Sub Kultur Anak Muda Indonesia (1)
2. Antusiasme di Balik Cosplay sebagai Representasi Idola Karakter Figur (2)
3. Meraup Rupiah dari Hobi Cosplay (4)
Dari sanalah Harkate terus berani melakukan cosplay karakter lainnya. Sejauh ini, Harkate mengaku masih berfokus cosplay dalam karakter dari anime favoritnya yaitu Once Piece. “Cosplay itu artinya kita memainkan karakter yang kita suka. Jadi aku memilih karakter yang nyaman denganku. Sejauh ini aku pernah cosplay Sanji dan Roronoa Zoro dari One Piece,” kata Harkate.
Menurutnya, Sanji menjadi karakter favoritnya sejauh ini. Hal itu sesuai dengan konsep cosplay Harkate yang lebih suka dengan gaya pakaian sederhana.
Meski demikian, dia juga memfavoritkan karakter Vinsmoke Sanji saat menjadi Germa. Kostum yang mahal dan cukup sulit menjadi alasan Harkate belum kunjung melakukan cosplay karakter kesukaannya itu. Dalam karakter itu, keluarga Vinsmoke menggunakan kostum berjubah warna dengan sarung tangan ala superhero. Harkate cukup menantikan momen untuk membawakan karakter ini di hadapan umum.
Memfavoritkan karakter dengan kostum simple adalah sebuah pilihan. Namun, ada juga loh Genhype yang memilih karakter dengan kostum yang cukup niat. Sebut saja Ega Arbiantara, seorang cosplayer yang sudah mencoba total lima karakter favorit dari berbagai anime. Baginya, kostum Sasaki Haise dari anime Tokyo Ghoul Re menjadi kostum yang cukup susah digunakan.
"Sasaki Haise jadi salah satu karakter yang paling ribet menurutku karena memerlukan weapon yang harus dibawa kemana-mana,” katanya.
Cosplayer Harkate dan Ega. (Sumber gambar: Dokumen pribadi)
Menariknya, dia mengaku tertarik lebih dahulu ke dunia cosplay sebelum menyukai animenya dikemas ke dalam film atau serial. “Sebelum karakter anime itu diangkat jadi film, aku sudah membayangkan bagaimana jika karakter itu aku cosplay. Jadi sudah kepikiran cosplay duluan sebelum filmnya ada. Dari situ aku suka datang ke event dan lomba-lomba cosplay,” kata Ega.
Pria yang memulai cosplay pada 2016 ini menyiapkan banyak hal sebelum tampil di event dan lomba. Terbilang niat, dia tidak hanya menyiapkan kostum karakter fiksi anime saja, melainkan juga persiapan make up dan aksesoris yang menunjang penampilannya agar persis dengan karakternya.
Namun menurutnya, cosplay tidak hanya sekedar menggunakan pakaian saja, tetapi juga pengenalan dan pendalaman karakter menjadi faktor penting. “Kepercayaan diri memang penting, tetapi kita juga harus mengenal karakter yang ditirukan, misalnya dengan mempelajari gerakan yang biasa dilakukan karakter ity,” lanjut Ega.
Cosplay juga membuka kesempatan untuk membawa kembali kenangan masa kecil di usia dewasa seperti sekarang. Seperti yang dilakukan Dhifano, cosplayer yang tergabung dalam komunitas Wibu Baleendah dan Sundanese Jabar Wibu, dimana dia tertarik terjun ke dunia cosplayer karena sudah mengidamkannya sejak duduk di kelas 5 SD.
“Tepat kelas 5 SD aku sudah punya minat mau menjadi karakter anime yang aku suka, akhirnya baru kesampaian untuk mewujudkan kenangan itu di umur sekarang,” kata Dhifano.
Dhifano sudah membawa beberapa karakter favoritnya ke dunia cosplay seperti Tenn Kujo dari Idolish7, Levi Ackerman dari Attack on Titan, serta Yoo Hobin dari How to Fight. Pria berusia 19 tahun ini memang niat tampil penuh totalitas menirukan karakter favoritnya.
Dia sampai menyewa kostum untuk tampil penuh penjiwaan sebagai Levi Ackerman. “Levi Ackerman punya banyak aksesoris yang harus digunakan, aku butuh dua jam untuk menggunakan seluruh kostumnya karena cukup ribet,” katanya.
Sebagai cosplayer yang memulai hobinya dengan kostum sewa, tentu membeli kostum karakter favorit merupakan pencapaian tersendiri dari Dhifano. Kostum Yoo Hobin-lah yang pertama kali dibelinya dengan harga ratusan ribu. Tidak sekadar cosplay, Dhifano juga sampai belajar beberapa gerakan dasar dan seni bela diri untuk mendalami karakter Yoo Hobin ini.
Cosplayer Dhifano. (Sumber gambar: Dokumen pribadi)
Agar tampil maksimal, Dhifano memulai ragam persiapan yang lumayan niat. Dimulai dari pendalaman karakter seperti gaya berbicara, bergerak, dan berjalan, persiapan yang tak kalah penting lainnya adalah memilih kostum dan aksesoris semirip mungkin dengan karakter. Termasuk juga make up dan ekspresi wajah yang harus sesuai dengan karakter fiksi aslinya.
Untuk dapat sukses mendukung karakternya, Dhifano juga rela mengimpor barang dari luar negeri seperti keperluan aksesoris, bagian kostum, hingga wig. “Kalau impor barang bisa di atas Rp2 juta-3 juta. Harga mahal ini juga sesuai dengan tingkat kemiripan, kelengkapan, hingga bahan kostum yang memang nyaman digunakan,” katanya.
Akan tetapi, mengimpor kostum bukanlah sebuah keharusan bagi Dhifano. Pasalnya, saat ini sudah banyak costume maker di Indonesia yang menyediakan kualitas bagus dengan harga lebih ramah di kantong untuk menekan biaya keperluan kostum.
Untuk tampil di atas panggung, kepercayaan diri yang tinggi dan sikap baik menjadi hal yang penting di mata Dhifano. “Bukan asing lagi kalau sebagai cosplayer kita akan diminta untuk foto bareng, di sini attitude penting sih bagaimana kita bersikap baik dan tidak sombong karena attitude ini juga akan mempengaruhi teman-teman cosplayer lainnya,” katanya.
Ke depannya, Dhifano masih ingin melakukan beberapa karakter cosplay dari serial favorit masa kecilnya seperti Itachi Uchiha dan Shisui Uchiha dari Naruto. Dua karakter ini memiliki tampilan dan kepribadian unik dan keren, selain membawa atmosfer nostalgia bagi generasi Z.
Pada akhirnya, hobi cosplay tidak hanya tentang menggunakan kostum dengan aksesoris dan make up terbaik, melainkan juga penjiwaan pada karakter yang ditirukan. Setidaknya cosplayer harus memahami latar belakang di balik kostum yang dibawakannya.
Di dalam balutan kostum yang niat, mereka juga harus pandai akting layaknya karakter dalam sebuah cerita fiksi. Cosplayer juga harus siap diminta foto bersama dengan orang-orang yang hadir di event tempat mereka melakukan cosplay.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.