Hypereport: Antusiasme di Balik Cosplay sebagai Representasi Idola Karakter Figur
05 December 2022 |
07:28 WIB
Tanjiro Kamado berusaha menyelamatkan adiknya, Nezuko yang berubah menjadi iblis haus darah. Anak yang hidup di era Taisho Jepang itu berupaya menemukan obat penawar untuk sang adik dan menjalankan misi balas dendam kepada para iblis yang membuat Tanjiro kehilangan kedua orang tuanya.
Dalam pencarian obat penawar itu, ternyata Tanjiro dan Nezuko bertemu dengan pemburu iblis, Timoka Giyu. Ahli pedang ini awalnya ingin membunuh Nezuko karena berubah menjadi iblis. Namun akhirnya mengajak kakak beradik ini bergabung sebagai kelompok pembasmi iblis, Demon Slayer atau dalam bahasa Jepang dikenal Kimetsu no Yaiba.
Baca juga: Fenomena Vtuber & Tantangannya, Benarkah Raup Penghasilan Fantastis?
Dibantu Zenitsu Agatsuma, Shinobu Kocho, Giyu Tomioka, Inoshuke Hashibira, dan Kanao, Tanjiro pun mampu membalas dendam dengan membasmi iblis yang ditemui. Mereka pun terus berlatih untuk menyelamatkan penduduk bumi dengan memburu para iblis.
Sepenggal cerita dari anime Kimetsu no Yaiba yang dibawakan Elite Cosplay Club dalam panggung Aeonime, pekan lalu mendapat sambutan meriah penonton yang hadir. Tidak sedikit yang mengantre untuk berfoto bersama cosplayer Tanjiro dan teman-temannya di atas panggung.
Cosplay live show ini merupakan bagian dari rangkaian AEONIME 2022 yang digelar Sacca Production dan AEON Mall Tanjung Barat pada 24-27 November 2022. Selain cosplay live show, selama empat hari, pengunjung hingga para cosplayer disuguhkan pula anisong live show, DJ live show, idol group live show, hingga coswalk competition.
Head Event Sacca Production, Riza Satyagraha mengatakan AEONIME 2022 menjadi wadah para pecinta manga, anime, gim, hingga cosplayer berkumpul kembali pasca pandemi Covid-19. Mereka dan pengunjung mal turut bisa melihat koleksi action figure yang dipajang para komunitas pencinta manga hingga komik Marvel.
“Ada juga booth penjual barang-barang pop culture. Saat ini kita berusaha memanggil komunitas biar bisa kumpul lagi,” ujar Riza saat diwawancarai Hypeabis.id di lokasi.
Tidak dipungkiri animo masyarakat Indonesia terhadap anime, gim, maupun barang-barang pop culture Jepang meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Oleh karena itu, selain mewadahi para penggemar, Riza menyebut melalui event seperti AEONIME, bisa membangkitkan industri lokal karena banyak yang menjual merchandise dan barang-barang yang dibutuhkan cosplayer.
“Kita tidak hanya cosplay, tapi kita menaikkan industri untuk para penjual barang-barang pop culture. Dengan kondisi ramai, biasanya mereka bagus secara revenue,” ungkapnya.
Sacca Production diketahui sejak 2005 menggelar event para pecinta pop culture Jepang. Selama 2022 ini, tepatnya setelah pembatasan aktivitas dilonggarkan, Reza menyebut industri event kembali bangkit.
Sempat terhenti selama 2 tahun, kini Sacca Production kembali aktif dengan menggelar dua kali event setiap bulannya. Mengambil lokasi di sejumlah pusat perbelanjaan dengan tema-tema yang berbeda, gelaran Jejepangan ini terbilang cukup sukses karena mampu menarik animo para cosplayer hingga masyarakat yang penasaran dengan pop culture Jepang.
Baca laporan khusus terkait:
Geliat Cosplay & Fenomena Sub Kultur Anak Muda Indonesia
Cosplayer Indonesia pun kini dilirik panggung internasional. Tidak sedikit yang memenangkan kompetisi tingkat dunia dan tampil di luar negeri. “Jadi antusiasme cukup tinggi dari Indonesia,” imbuh Reza.
Salah satu yang tertarik ikut event pop culture Jepang dan berkostum ala karakter animasi, komik, maupun video games yakni pria pemilik akun Instagram @kaizoningen. Menyukai manga sejak 2008 namun terjun sebagai cosplayer mulai 2014 ini datang memainkan karakter Uzui Tengen, salah satu pilar pembunuh iblis di manga Demon Slayer.
Cosplay membantunya untuk lebih percaya diri bertemu banyak orang. Dia juga lebih mengenal ragam karakter atau sifat seseorang karena pada akhirnya memiliki banyak teman dari mengikuti event yang ada.
Efek positifnya, Kaizo menyebut rajin berolahraga dan menjalani gaya hidup sehat untuk membentuk tubuh guna menyesuaikan karakter anime yang dibawakannya, seperti Uzui Tengen yang memiliki lengan berotot dan tubuh ramping.
Selama 8 tahun terjun di dunia cosplay, Kaizo memang sangat serius ketika sudah memakai kostum. Dia berupaya tampil dengan menyatu sebagai karakter tersebut.
Saat ini, dia memiliki puluhan kostum karakter anime, manga, maupun video game yang dibuatnya sendiri. Karakter yang dipilih pun selalu disesuaikan dengan bentuk tubuh dan tingkat kesulitan. “Jangan sampai jauh dari pembawaan sifat kita yang asli jadi bawa karakternya masih bagus,” tuturnya.
Dia pun rela merogoh kocek dalam untuk membuat kostum beserta kelengkapannya. Seperti karakter Uzui Tengen, Kaizo rela merogoh kocek hampir 8,5 juta untuk tampil sempurna dengan beragam aksesorisnya. “Karena suka banget karakternya. Lihat detail kostum dari sukanya,” tambahnya.
Perubahan positif juga dialami Xue Jin Xian. Mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus) yang tertarik dengan dunia cosplayer dan rutin mengikuti event pop culture Jepang sejak September 2022 ini mengaku mendapat banyak pengalaman baru dan teman baru punya hobi yang sama. Dia sangat menyukai manga dan anime Kimetsu no Yaiba serta gim Genshin Impact.
“Relaksasi banget dari kehidupan pekerjaan dan kuliah. Cosplay ini mailstone buat aku,” ujar wanita 18 tahun yang memakai kostum Nilo, karakter di gim Genshin Impact itu.
Dia berharap event seperti ini ramai digelar dan lokasinya bisa mengambil tempat yang lebih besar. “Perlu venue besar karena penggemarnya banyak,” harap wanita yang karib dipanggil Ahxian itu.
Seperti yang dilakukan Elite Cosplay Club, Naru dan rekan-rekannya membuat beberapa divisi yang berkaitan dengan dunia pop culture ini. Mulai dari divisi makeup karakter, event organizer dengan membuat kompetisi, hingga divisi performance yang menampilan kisah anime maupun tokoh animasi dan kartun lainnya di atas panggung.
Pada 2020, Elite Cosplay Club diketahui membuat kostum Jota, karakter Joe Taslim dalam gim Free Fire. Pada 2022, Naru dan teman-temannya juga membuat kostum untuk Isyana Sarasvati yang menjadi diva di Free Fire.
“Kita mau bikin komunitas cosplay itu lebih dipandang bukan cuma sekedar hobi yang ecek-ecek tapi benar-benar hobi yang bisa membuat orang masuk ke dalamnya itu bangga dan punya value yang lebih tinggi,” tutur Naru saat berbincang dengan Hypeabis.id.
Saat harus tampil di atas panggung, seperti cerita Kimetsu no Yaiba yang dibawakan Elite dalam event AEONIME, para cosplayer harus menyatu dengan karakter yang ditampilkan. Kata Naru, ketika sudah memakai kostum, para cosplayer melepas jati diri dan menjadi karakter yang ditirukan dalam anime atau tokoh tersebut.
“Hormatilah karakter yang kamu cosplaykan seperti kamu hormati orang lain. Jadi kamu meningkatkan value cosplaynya sendiri. Cosplay bukan segi kostum tapi juga seni peran,” imbau juara AFA 2015 Asia Champion ini.
Naru berpendapat pasca Covid-19, muncul banyak cosplayer baru yang sekedar ikut-ikutan hingga lupa bagaimana mendalami karakter ketika tampil di publik menggunakan kostum. Ini menurutnya menjadi tanggung jawab para cosplayer terdahulu termasuk dirinya dan komunitas untuk mengedukasi agar semua kembali kepada jalur.
Selain melalui penampilan di atas panggung atau selama event cosplay berlangsung, Naru sendiri turut mengedukasi para cosplayer baru saat menjadi juri kompetisi. Termasuk bagaimana memakai aksesoris yang biasanya melekat pada kostum seperti pedang.
Jangan sampai aksesoris yang dipakai melukai orang lain. Naru dan teman-temannya mengedukasi dari hal-hal yang memang mereka kuasai, termasuk dalam kualitas kostum.
“Tugas kita semakin besar karena banyak orang ikut-ikutan tapi tidak tahu valuenya. Hobi for fun yes, tapi jangan sampai connya merusak karakternya,” tegas juara Polymanga 2017 Swiss Champion ini.
Stigma dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini menurutnya bisa merusak mereka yang memang menyukai dan bekerja dunia cosplay. Termasuk yang memiliki prestasi di dunia internasional seperti dirinya.
“Orang tua jadi bisa mengizinkan anaknya untuk cosplay, merasa aman di eventnya sendiri. Jadi kita start dari next programnya awareness untuk hal-hal seperti itu,” sebut Naru.
Salah satu anggota Elit Cosplay Club dari divisi tata rias atau make up, Maira menyampaikan bahwa pelaku kekerasan seksual ini biasanya menyasar mereka yang baru terjun di dunia cosplay. “Tiba-tiba ada senioritas atau pelecehan dari senior cosplay, itu sering kali terjadi,” ungkapnya.
Baca juga: 6 Potret Selebritas Cosplay Karakter di Perayaan Halloween, Salah Satunya Kendall Jenner Jadi Jessie Toy Story
Oleh karenanya, Elite Cosplay Club akan membuat peraturan mengenai kesadaran ancaman kekerasan seksual di internal komunitasnya terlebih dahulu. Ini dilakukan agar pelaku diberikan batasan ruang gerak dan diharapkan menginspirasi komunitas lainnya untuk melakukan hal yang sama.
“Jadi semua orang yang ada di cosplay, setiap ada event, semakin aman. Jadi orang-orang yang mau datang semakin aman,” harap Maira.
Editor: Fajar Sidik
Dalam pencarian obat penawar itu, ternyata Tanjiro dan Nezuko bertemu dengan pemburu iblis, Timoka Giyu. Ahli pedang ini awalnya ingin membunuh Nezuko karena berubah menjadi iblis. Namun akhirnya mengajak kakak beradik ini bergabung sebagai kelompok pembasmi iblis, Demon Slayer atau dalam bahasa Jepang dikenal Kimetsu no Yaiba.
Baca juga: Fenomena Vtuber & Tantangannya, Benarkah Raup Penghasilan Fantastis?
Dibantu Zenitsu Agatsuma, Shinobu Kocho, Giyu Tomioka, Inoshuke Hashibira, dan Kanao, Tanjiro pun mampu membalas dendam dengan membasmi iblis yang ditemui. Mereka pun terus berlatih untuk menyelamatkan penduduk bumi dengan memburu para iblis.
Sepenggal cerita dari anime Kimetsu no Yaiba yang dibawakan Elite Cosplay Club dalam panggung Aeonime, pekan lalu mendapat sambutan meriah penonton yang hadir. Tidak sedikit yang mengantre untuk berfoto bersama cosplayer Tanjiro dan teman-temannya di atas panggung.
Cosplay live show ini merupakan bagian dari rangkaian AEONIME 2022 yang digelar Sacca Production dan AEON Mall Tanjung Barat pada 24-27 November 2022. Selain cosplay live show, selama empat hari, pengunjung hingga para cosplayer disuguhkan pula anisong live show, DJ live show, idol group live show, hingga coswalk competition.
Head Event Sacca Production, Riza Satyagraha mengatakan AEONIME 2022 menjadi wadah para pecinta manga, anime, gim, hingga cosplayer berkumpul kembali pasca pandemi Covid-19. Mereka dan pengunjung mal turut bisa melihat koleksi action figure yang dipajang para komunitas pencinta manga hingga komik Marvel.
“Ada juga booth penjual barang-barang pop culture. Saat ini kita berusaha memanggil komunitas biar bisa kumpul lagi,” ujar Riza saat diwawancarai Hypeabis.id di lokasi.
Tidak dipungkiri animo masyarakat Indonesia terhadap anime, gim, maupun barang-barang pop culture Jepang meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Oleh karena itu, selain mewadahi para penggemar, Riza menyebut melalui event seperti AEONIME, bisa membangkitkan industri lokal karena banyak yang menjual merchandise dan barang-barang yang dibutuhkan cosplayer.
“Kita tidak hanya cosplay, tapi kita menaikkan industri untuk para penjual barang-barang pop culture. Dengan kondisi ramai, biasanya mereka bagus secara revenue,” ungkapnya.
Sacca Production diketahui sejak 2005 menggelar event para pecinta pop culture Jepang. Selama 2022 ini, tepatnya setelah pembatasan aktivitas dilonggarkan, Reza menyebut industri event kembali bangkit.
Sempat terhenti selama 2 tahun, kini Sacca Production kembali aktif dengan menggelar dua kali event setiap bulannya. Mengambil lokasi di sejumlah pusat perbelanjaan dengan tema-tema yang berbeda, gelaran Jejepangan ini terbilang cukup sukses karena mampu menarik animo para cosplayer hingga masyarakat yang penasaran dengan pop culture Jepang.
Baca laporan khusus terkait:
Geliat Cosplay & Fenomena Sub Kultur Anak Muda Indonesia
Cosplayer Indonesia pun kini dilirik panggung internasional. Tidak sedikit yang memenangkan kompetisi tingkat dunia dan tampil di luar negeri. “Jadi antusiasme cukup tinggi dari Indonesia,” imbuh Reza.
Salah satu yang tertarik ikut event pop culture Jepang dan berkostum ala karakter animasi, komik, maupun video games yakni pria pemilik akun Instagram @kaizoningen. Menyukai manga sejak 2008 namun terjun sebagai cosplayer mulai 2014 ini datang memainkan karakter Uzui Tengen, salah satu pilar pembunuh iblis di manga Demon Slayer.
.
Perubahan Positif
Pria yang berprofesi sebagai lembut roti ini mengaku tertarik menjadi cosplayer dengan berbagai karakter karena bisa membangun kreativitas. “Ada teater juga, buat saya cosplay itu performance art, belajar akting membawa karakter, itu menarik,” ujar Kaizo yang enggan menyebutkan nama aslinya itu.Cosplay membantunya untuk lebih percaya diri bertemu banyak orang. Dia juga lebih mengenal ragam karakter atau sifat seseorang karena pada akhirnya memiliki banyak teman dari mengikuti event yang ada.
Efek positifnya, Kaizo menyebut rajin berolahraga dan menjalani gaya hidup sehat untuk membentuk tubuh guna menyesuaikan karakter anime yang dibawakannya, seperti Uzui Tengen yang memiliki lengan berotot dan tubuh ramping.
Selama 8 tahun terjun di dunia cosplay, Kaizo memang sangat serius ketika sudah memakai kostum. Dia berupaya tampil dengan menyatu sebagai karakter tersebut.
Saat ini, dia memiliki puluhan kostum karakter anime, manga, maupun video game yang dibuatnya sendiri. Karakter yang dipilih pun selalu disesuaikan dengan bentuk tubuh dan tingkat kesulitan. “Jangan sampai jauh dari pembawaan sifat kita yang asli jadi bawa karakternya masih bagus,” tuturnya.
Dia pun rela merogoh kocek dalam untuk membuat kostum beserta kelengkapannya. Seperti karakter Uzui Tengen, Kaizo rela merogoh kocek hampir 8,5 juta untuk tampil sempurna dengan beragam aksesorisnya. “Karena suka banget karakternya. Lihat detail kostum dari sukanya,” tambahnya.
Perubahan positif juga dialami Xue Jin Xian. Mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus) yang tertarik dengan dunia cosplayer dan rutin mengikuti event pop culture Jepang sejak September 2022 ini mengaku mendapat banyak pengalaman baru dan teman baru punya hobi yang sama. Dia sangat menyukai manga dan anime Kimetsu no Yaiba serta gim Genshin Impact.
“Relaksasi banget dari kehidupan pekerjaan dan kuliah. Cosplay ini mailstone buat aku,” ujar wanita 18 tahun yang memakai kostum Nilo, karakter di gim Genshin Impact itu.
Dia berharap event seperti ini ramai digelar dan lokasinya bisa mengambil tempat yang lebih besar. “Perlu venue besar karena penggemarnya banyak,” harap wanita yang karib dipanggil Ahxian itu.
.
Tak Sekadar Cosplay
Salah satu Founder Elite Cosplay Club, Naru mengatakan pihaknya ingin mengubah paradigma masyarakat terhadap cosplayer. Pihaknya ingin menunjukkan bahwa cosplay adalah hobi yang berkualitas karena bisa mengasah kreativitas, menjadi profesi, dan mendatangkan cuan.Seperti yang dilakukan Elite Cosplay Club, Naru dan rekan-rekannya membuat beberapa divisi yang berkaitan dengan dunia pop culture ini. Mulai dari divisi makeup karakter, event organizer dengan membuat kompetisi, hingga divisi performance yang menampilan kisah anime maupun tokoh animasi dan kartun lainnya di atas panggung.
Pada 2020, Elite Cosplay Club diketahui membuat kostum Jota, karakter Joe Taslim dalam gim Free Fire. Pada 2022, Naru dan teman-temannya juga membuat kostum untuk Isyana Sarasvati yang menjadi diva di Free Fire.
“Kita mau bikin komunitas cosplay itu lebih dipandang bukan cuma sekedar hobi yang ecek-ecek tapi benar-benar hobi yang bisa membuat orang masuk ke dalamnya itu bangga dan punya value yang lebih tinggi,” tutur Naru saat berbincang dengan Hypeabis.id.
Saat harus tampil di atas panggung, seperti cerita Kimetsu no Yaiba yang dibawakan Elite dalam event AEONIME, para cosplayer harus menyatu dengan karakter yang ditampilkan. Kata Naru, ketika sudah memakai kostum, para cosplayer melepas jati diri dan menjadi karakter yang ditirukan dalam anime atau tokoh tersebut.
“Hormatilah karakter yang kamu cosplaykan seperti kamu hormati orang lain. Jadi kamu meningkatkan value cosplaynya sendiri. Cosplay bukan segi kostum tapi juga seni peran,” imbau juara AFA 2015 Asia Champion ini.
Naru berpendapat pasca Covid-19, muncul banyak cosplayer baru yang sekedar ikut-ikutan hingga lupa bagaimana mendalami karakter ketika tampil di publik menggunakan kostum. Ini menurutnya menjadi tanggung jawab para cosplayer terdahulu termasuk dirinya dan komunitas untuk mengedukasi agar semua kembali kepada jalur.
Selain melalui penampilan di atas panggung atau selama event cosplay berlangsung, Naru sendiri turut mengedukasi para cosplayer baru saat menjadi juri kompetisi. Termasuk bagaimana memakai aksesoris yang biasanya melekat pada kostum seperti pedang.
Jangan sampai aksesoris yang dipakai melukai orang lain. Naru dan teman-temannya mengedukasi dari hal-hal yang memang mereka kuasai, termasuk dalam kualitas kostum.
“Tugas kita semakin besar karena banyak orang ikut-ikutan tapi tidak tahu valuenya. Hobi for fun yes, tapi jangan sampai connya merusak karakternya,” tegas juara Polymanga 2017 Swiss Champion ini.
.
Mengubah Stigma
Naru dan temannya juga ingin mengubah stigma buruk cosplayer karena banyak yang tampil seksi hingga membuat para orang tua cemas. Oleh karena itu, Elite Cosplay Club turut melakukan edukasi mengenai masalah pelecehan seksual karena dalam beberapa waktu terakhir menurutnya makin banyak orang tidak bertanggung jawab yang ikut ke dalam event ini.Stigma dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab ini menurutnya bisa merusak mereka yang memang menyukai dan bekerja dunia cosplay. Termasuk yang memiliki prestasi di dunia internasional seperti dirinya.
“Orang tua jadi bisa mengizinkan anaknya untuk cosplay, merasa aman di eventnya sendiri. Jadi kita start dari next programnya awareness untuk hal-hal seperti itu,” sebut Naru.
Salah satu anggota Elit Cosplay Club dari divisi tata rias atau make up, Maira menyampaikan bahwa pelaku kekerasan seksual ini biasanya menyasar mereka yang baru terjun di dunia cosplay. “Tiba-tiba ada senioritas atau pelecehan dari senior cosplay, itu sering kali terjadi,” ungkapnya.
Baca juga: 6 Potret Selebritas Cosplay Karakter di Perayaan Halloween, Salah Satunya Kendall Jenner Jadi Jessie Toy Story
Oleh karenanya, Elite Cosplay Club akan membuat peraturan mengenai kesadaran ancaman kekerasan seksual di internal komunitasnya terlebih dahulu. Ini dilakukan agar pelaku diberikan batasan ruang gerak dan diharapkan menginspirasi komunitas lainnya untuk melakukan hal yang sama.
“Jadi semua orang yang ada di cosplay, setiap ada event, semakin aman. Jadi orang-orang yang mau datang semakin aman,” harap Maira.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.