Begini Peluang & Tantangan Institusi Pendidikan Lahirkan Akuntan Andal
24 November 2022 |
22:45 WIB
Genhype, seorang dosen atau pengajar memiliki peranan yang penting dalam melahirkan akuntan-akuntan yang handal untuk memenuhi kebutuhan pasar dan industri. Secara profesi, dosen atau pengajar akuntansi dikategorikan sebagai akuntan pendidik tetapi domain pekerjaannya tidak di bawah Kementerian Keuangan.
Ketua Umum DPP Asosiasi Dosen Akuntansi Indonesia Arfan Ikhsan mengatakan bahwa secara payung hukum, seorang dosen atau pengajar berada di bawah UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi bahwa seorang dosen harus melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi seperti mengajar, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sementara itu seseorang yang berprofesi sebagai akuntan, berada di bawah Kementerian Keuangan yang bertugas untuk menyusun laporan keuangan dan menganalisa laporan keuangan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
“Seorang dosen dituntut untuk profesional dalam menjalankan perannya sedangkan bekerja di bidang lain [menjadi akuntan] adalah pekerjaan sampingan. Jangan sampai kedua hal tersebut tertukar, dimana pekerjaan sampingan lebih didahulukan daripada kewajiban mengajar,” ujarnya.
Apalagi saat ini dia melihat dari sisi ketersediaan SDM dosen akuntansi di Indonesia saat ini dinilai masih kurang, baik dalam jumlah kuantitas maupun kualitasnya. Padahal, calon mahasiswa yang berminat untuk belajar di program studi akuntansi masih tetap tinggi.
“Dari rasio perbandingan antara jumlah mahasiswa dengan dosen pengajar di kelas saat ini belum terpenuhi secara merata. Artinya jumlah mahasiswa yang kuliah dibandingkan rasio dosennya belum sebanding,” ucapnya.
Karena itulah dia melihat bahwa seorang dosen akuntansi harus lebih fokus menjalankan tri dharma perguruan tinggi dan menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan serta potensi yang dimiliki sesuai kurikulum sehingga mampu menciptakan lulusan akuntansi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan dunia kerja.
Pria yang juga aktif menjadi dosen magister di Universitas Negeri Medan ini mengatakan bahwa seorang lulusan akuntansi sebetulnya memiliki peluang pekerjaan yang sangat terbuka lebar di hampir semua sektor.
Misalnya saja pada entitas bisnis, pekerjaan sebagai seorang akuntan diperlukan pada fungsi keuangan di bawah direktorat keuangan, mulai dari akuntansi keuangan, risk management, corporate finance, management reporting, budgeting dan perpajakan termasuk di direktorat pekerjaan lainnya.
Selain itu, pada sektor publik, lulusan akuntansi juga menjadi primadona. Apalagi dengan adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dengan menggunakan accrual basis maka lulusan akuntansi sangat dibutuhkan pada semua unit.
“Agar laporan keuangan unit mendapatkan hasil audit yang clean (wajar tanpa pengecualian), maka segala upaya dilakukan untuk mencapai target tersebut termasuk mempekerjakan tenaga ahli akuntansi pemerintah yang sangat paham penerapan SAP ini,” terangnya.
Sementara itu, pada sektor nirlaba, peran akuntansi juga cukup menarik, mengingat jantungnya organisasi nirlaba ada pada fundraising sehingga disusunlah program-program yang mampu menarik minat donatur. Program tersebut selanjutnya dilaporkan secara spesifik dalam laporan keuangan.
Oleh karena setiap daerah dan bidang pekerjaan memiliki business core bisnis yang berbeda-beda maka implementasi kurikulum juga harus disesuaikan dengan kondisi bisnis setempat sehingga para lulusan akuntansi ini memiliki peluang pasar kerja yang besar.
“Berdasarkan kurikulum yang dibangun saat ini, maka pendidikannya harus berpusat pada outcome bukan hanya pada materi sehingga memungkinkan para lulusan memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai kebutuhan dunia kerja,” ujarnya.
Meskipun bidang pekerjaan akuntansi ini masih sangat terbuka luas, tetapi dia melihat dari sisi kompetensi mahasiswa akuntansi, baik di PTN maupun di PTS masih rendah terutama dalam menyusun laporan keuangan.
Karena itulah, Arfan berharap agar kurikulum yang disusun dapat selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan terkini, termasuk para dosen yang mengajar pun perlu mengupgrade kemampuan dan kompetensinya. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang kian pesat saat ini seiring dengan revolusi industri 4.0.
Baca juga: Profesi Data Science di Indonesia, Kekurangan Talenta & Masih Salah Kaprah
Di sisi lain, para mahasiswa juga harus dapat mengembangkan kompetensi diri, bukan hanya berfokus pada hard skill (ilmu akuntansi) saja.Namun juga harus diperlengkapi dengan soft skill, seperti organizational skill, communication skill, negotiation skill, atau kemampuan lainnya seperti berbahasa dan kemampuan di bidang digital serta cakap berteknologi.
“Peran akuntan sangat strategis dan konsultatif. Maka dari itu akuntan perlu memiliki sertifikasi agar mampu bertahan dalam bersaing serta memiliki penguasaan soft skill, baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, business understanding skills dan technical skills agar mampu menjawab tantangan pada era digital ini,” jelasnya.
Apalagi dia melihat dalam masa 5 tahun kedepan ketika teknologi 5G dalam perangkat telekomunikasi sudah diadopsi secara penuh, bisa jadi peran akuntan akan digantikan oleh teknologi AI (artificial intelligence) dan robotik dalam melakukan pekerjaan dasar akuntan.
Maka selain mengenai akuntan dasar, kompetensi krusial yang dibutuhkan bagi seorang akuntan selanjutnya adalah kemampuan analisa data, mengikuti perkembangan teknologi informasi dan memperbaharui gaya komunikasi dan kepemimpinan.
Editor: Roni Yunianto
Ketua Umum DPP Asosiasi Dosen Akuntansi Indonesia Arfan Ikhsan mengatakan bahwa secara payung hukum, seorang dosen atau pengajar berada di bawah UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi bahwa seorang dosen harus melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi seperti mengajar, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sementara itu seseorang yang berprofesi sebagai akuntan, berada di bawah Kementerian Keuangan yang bertugas untuk menyusun laporan keuangan dan menganalisa laporan keuangan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
“Seorang dosen dituntut untuk profesional dalam menjalankan perannya sedangkan bekerja di bidang lain [menjadi akuntan] adalah pekerjaan sampingan. Jangan sampai kedua hal tersebut tertukar, dimana pekerjaan sampingan lebih didahulukan daripada kewajiban mengajar,” ujarnya.
Apalagi saat ini dia melihat dari sisi ketersediaan SDM dosen akuntansi di Indonesia saat ini dinilai masih kurang, baik dalam jumlah kuantitas maupun kualitasnya. Padahal, calon mahasiswa yang berminat untuk belajar di program studi akuntansi masih tetap tinggi.
“Dari rasio perbandingan antara jumlah mahasiswa dengan dosen pengajar di kelas saat ini belum terpenuhi secara merata. Artinya jumlah mahasiswa yang kuliah dibandingkan rasio dosennya belum sebanding,” ucapnya.
Karena itulah dia melihat bahwa seorang dosen akuntansi harus lebih fokus menjalankan tri dharma perguruan tinggi dan menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan serta potensi yang dimiliki sesuai kurikulum sehingga mampu menciptakan lulusan akuntansi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan dunia kerja.
Baca juga: Kembangkan Potensimu, Simak 3 Soft Skills yang Wajib Dimiliki
Pria yang juga aktif menjadi dosen magister di Universitas Negeri Medan ini mengatakan bahwa seorang lulusan akuntansi sebetulnya memiliki peluang pekerjaan yang sangat terbuka lebar di hampir semua sektor.
Misalnya saja pada entitas bisnis, pekerjaan sebagai seorang akuntan diperlukan pada fungsi keuangan di bawah direktorat keuangan, mulai dari akuntansi keuangan, risk management, corporate finance, management reporting, budgeting dan perpajakan termasuk di direktorat pekerjaan lainnya.
Selain itu, pada sektor publik, lulusan akuntansi juga menjadi primadona. Apalagi dengan adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dengan menggunakan accrual basis maka lulusan akuntansi sangat dibutuhkan pada semua unit.
“Agar laporan keuangan unit mendapatkan hasil audit yang clean (wajar tanpa pengecualian), maka segala upaya dilakukan untuk mencapai target tersebut termasuk mempekerjakan tenaga ahli akuntansi pemerintah yang sangat paham penerapan SAP ini,” terangnya.
Sementara itu, pada sektor nirlaba, peran akuntansi juga cukup menarik, mengingat jantungnya organisasi nirlaba ada pada fundraising sehingga disusunlah program-program yang mampu menarik minat donatur. Program tersebut selanjutnya dilaporkan secara spesifik dalam laporan keuangan.
Oleh karena setiap daerah dan bidang pekerjaan memiliki business core bisnis yang berbeda-beda maka implementasi kurikulum juga harus disesuaikan dengan kondisi bisnis setempat sehingga para lulusan akuntansi ini memiliki peluang pasar kerja yang besar.
“Berdasarkan kurikulum yang dibangun saat ini, maka pendidikannya harus berpusat pada outcome bukan hanya pada materi sehingga memungkinkan para lulusan memiliki keterampilan dan kompetensi yang sesuai kebutuhan dunia kerja,” ujarnya.
Meskipun bidang pekerjaan akuntansi ini masih sangat terbuka luas, tetapi dia melihat dari sisi kompetensi mahasiswa akuntansi, baik di PTN maupun di PTS masih rendah terutama dalam menyusun laporan keuangan.
Karena itulah, Arfan berharap agar kurikulum yang disusun dapat selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan terkini, termasuk para dosen yang mengajar pun perlu mengupgrade kemampuan dan kompetensinya. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang kian pesat saat ini seiring dengan revolusi industri 4.0.
Baca juga: Profesi Data Science di Indonesia, Kekurangan Talenta & Masih Salah Kaprah
Di sisi lain, para mahasiswa juga harus dapat mengembangkan kompetensi diri, bukan hanya berfokus pada hard skill (ilmu akuntansi) saja.Namun juga harus diperlengkapi dengan soft skill, seperti organizational skill, communication skill, negotiation skill, atau kemampuan lainnya seperti berbahasa dan kemampuan di bidang digital serta cakap berteknologi.
“Peran akuntan sangat strategis dan konsultatif. Maka dari itu akuntan perlu memiliki sertifikasi agar mampu bertahan dalam bersaing serta memiliki penguasaan soft skill, baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, business understanding skills dan technical skills agar mampu menjawab tantangan pada era digital ini,” jelasnya.
Apalagi dia melihat dalam masa 5 tahun kedepan ketika teknologi 5G dalam perangkat telekomunikasi sudah diadopsi secara penuh, bisa jadi peran akuntan akan digantikan oleh teknologi AI (artificial intelligence) dan robotik dalam melakukan pekerjaan dasar akuntan.
Maka selain mengenai akuntan dasar, kompetensi krusial yang dibutuhkan bagi seorang akuntan selanjutnya adalah kemampuan analisa data, mengikuti perkembangan teknologi informasi dan memperbaharui gaya komunikasi dan kepemimpinan.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.