Sejarah Kutukan Juara Bertahan Piala Dunia, Prancis Bisa Lolos?
22 November 2022 |
17:48 WIB
1
Like
Like
Like
Tim Nasional Prancis boleh saja pede datang di Piala Dunia 2022 Qatar dengan status juara bertahan. Namun, mereka patut cemas tidak bisa berbicara banyak di ajang ini. Selain karena beberapa pemain inti cedera seperti Karim Benzema, Paul Pogba dan N'Golo Kante.
Prancis juga dibayang-bayangi oleh rekor tak sedap para peraih mahkota juara bertahan. Tercatat dalam beberapa kali perhelatan piala dunia, tim jawara bertahan rata-rata kandas pada turnamen berikutnya. Situasi tersebut kemudian memunculkan istilah kutukan juara bertahan pada ajang ini.
Masih segar dalam ingatan pencinta sepak bola dunia ketika Jerman mati kutu pada Piala Dunia 2018 Rusia. Padahal, Tim Bavaria waktu itu datang dengan predikat juara bertahan yang diraih Piala Dunia 2014 Brasil. Malangnya, Jerman bahkan tidak mampu lolos babak kualifikasi Piala Dunia 2018.
Baca juga: 3 Momen Kontroversial Sepanjang Gelaran Piala Dunia
Sepanjang perhelatan piala dunia, media Spanyol Marca mencatat hanya ada dua tim yang mampu keluar dari kutukan tersebut. Keduanya adalah Italia dan Brasil. Italia keluar sebagai juara pada Piala Dunia 1938, setelah juara pada 1934.
Adapun, Brasil keluar sebagai juara Pildun 1966, mengulangi kesuksesan gelaran sebelumnya, 1962.
Mematahkan kutukan juara bertahan menjadi misi besar dan sulit bagi pelatih Prancis Didier Deschamp pada gelaran piala dunia kali ini. Apalagi, Prancis juga pernah memiliki pengalaman serupa saat gelaran Piala Dunia 2002. Kala itu, Zinedine Zidane dan kawan-kawan harus tersingkir dari ajang tersebut. Akankah Prancis berhasil keluar dari lubang jarum ini?
Sebelum menantikan aksi Mbappe dan kawan-kawan di Qatar, mari kita simak catatan kutukan juara bertahan sepanjang gelaran piala dunia.
Menyandang gelar juara dunia dan Eropa, membuat Prancis difavoritkan untuk meraih hasil serupa pada Piala Dunia 2022 di Korea dan Jepang. Sayang, seribu sayang, meski berbekal pemain bintang seperti Zidane, Djorkaeff, Thuram, dan Henry, mereka harus tumbang di Asia Timur.
Prancis kalah dari debutan Senegal dengan skor 1-0, kemudian seri kala berjumpa dengan Uruguay, dan harus menahan malu setelah dibekap Denmark dengan skor 2-0. Fakta mencengangkannya adalah, saat itu Prancis hanya berhasil meraih satu poin sepanjang turnamen. Bahkan, mereka tidak berhasil menyarangkan satu gol pun ke gawang lawan.
Namun, Alessandro Pirlo dan kolega tampil gemilang pada ajang tersebut. Mereka pun sampai pada partai puncak, bertemu dengan Prancis. Diwarnai dengan skandal tandukan Zidane ke Marco Materazzi, Prancis keluar sebagai juara turnamen. Mereka menang lewat adu penalti dengan skor 5-3.
Berbekal status juara bertahan, Italia tentu sangat optimistis mengulangi kesukesan di Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Namun, bola itu bundar, kenyataan di lapangan berubah dengan cepat. Anak asuh Marcello Lippi justru tertatih-tatih di level grup. Mereka hanya imbang dengan Paraguay (1-1) dan Selandia Baru (1-1). Di laga penentuan, Italia harus gigit jari usai tumbang di tangan Slovakia dengan skor 3-2.
Pada Piala Dunia 2014 Brasil, pelatih Spanyol Del Bosque membawa skuad juara di Afsel. Kendati diisi pemain dengan mental juara, Spanyol justru dilibas di ajang pembuka oleh Belanda dengan skor 5-1. Bagi Belanda, kemenangan ini adalah balas dendam usai mereka dikalahkan pada final Piala Dunia Afsel.
Nasib malang Spanyol ternyata berlanjut di laga berikutnya. Mereka bersimpuh di hadapan Chili dengan skor 0-2. Kekalahan itu secara otomatis memaksa Iker Casillas dan rekan-rekan angkat koper lebih dahulu. Kemenangan Spanyol di laga penutup kontra Australia (0-3), tidak berhasil menyelamatkan muka Spanyol di Grup B.
Pada gelaran Piala Dunia 2018 Rusia, Jerman datang dengan predikat juara bertahan. Dihuni oleh pemain sekaliber Toni Kroos, Thomas Muller, dan Ilkay Gundogan, Jerman seharusnya punya kans untuk juara. Sayang, kutukan itu ternyata benar. Jerman tersandung pada babak grup.
Mereka tumbang dari Meksiko dengan skor 0-1 di laga pembuka, kemudian tak berkutik di hadapan Swedia (2-1), dan di laga penutup, Jerman harus mengakui kehebatan Korea Selatan yang dilatih Shin Taeyong (pelatih timnas Indonesia saat ini) dengan skor 2-0. Dengan hasil itu, sang jawara menjadi juru kunci di Grup F.
Baca juga: Menggemaskan Hingga Punya Filosofi Kuat, Cek Daftar 15 Maskot Piala Dunia Sejak 1966
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Prancis juga dibayang-bayangi oleh rekor tak sedap para peraih mahkota juara bertahan. Tercatat dalam beberapa kali perhelatan piala dunia, tim jawara bertahan rata-rata kandas pada turnamen berikutnya. Situasi tersebut kemudian memunculkan istilah kutukan juara bertahan pada ajang ini.
Masih segar dalam ingatan pencinta sepak bola dunia ketika Jerman mati kutu pada Piala Dunia 2018 Rusia. Padahal, Tim Bavaria waktu itu datang dengan predikat juara bertahan yang diraih Piala Dunia 2014 Brasil. Malangnya, Jerman bahkan tidak mampu lolos babak kualifikasi Piala Dunia 2018.
Baca juga: 3 Momen Kontroversial Sepanjang Gelaran Piala Dunia
Sepanjang perhelatan piala dunia, media Spanyol Marca mencatat hanya ada dua tim yang mampu keluar dari kutukan tersebut. Keduanya adalah Italia dan Brasil. Italia keluar sebagai juara pada Piala Dunia 1938, setelah juara pada 1934.
Adapun, Brasil keluar sebagai juara Pildun 1966, mengulangi kesuksesan gelaran sebelumnya, 1962.
Mematahkan kutukan juara bertahan menjadi misi besar dan sulit bagi pelatih Prancis Didier Deschamp pada gelaran piala dunia kali ini. Apalagi, Prancis juga pernah memiliki pengalaman serupa saat gelaran Piala Dunia 2002. Kala itu, Zinedine Zidane dan kawan-kawan harus tersingkir dari ajang tersebut. Akankah Prancis berhasil keluar dari lubang jarum ini?
Sebelum menantikan aksi Mbappe dan kawan-kawan di Qatar, mari kita simak catatan kutukan juara bertahan sepanjang gelaran piala dunia.
Kutukan Juara Bertahan Piala Dunia
-
Prancis (1998-2002)
Menyandang gelar juara dunia dan Eropa, membuat Prancis difavoritkan untuk meraih hasil serupa pada Piala Dunia 2022 di Korea dan Jepang. Sayang, seribu sayang, meski berbekal pemain bintang seperti Zidane, Djorkaeff, Thuram, dan Henry, mereka harus tumbang di Asia Timur.
Prancis kalah dari debutan Senegal dengan skor 1-0, kemudian seri kala berjumpa dengan Uruguay, dan harus menahan malu setelah dibekap Denmark dengan skor 2-0. Fakta mencengangkannya adalah, saat itu Prancis hanya berhasil meraih satu poin sepanjang turnamen. Bahkan, mereka tidak berhasil menyarangkan satu gol pun ke gawang lawan.
-
Italia (2006-2010)
Namun, Alessandro Pirlo dan kolega tampil gemilang pada ajang tersebut. Mereka pun sampai pada partai puncak, bertemu dengan Prancis. Diwarnai dengan skandal tandukan Zidane ke Marco Materazzi, Prancis keluar sebagai juara turnamen. Mereka menang lewat adu penalti dengan skor 5-3.
Berbekal status juara bertahan, Italia tentu sangat optimistis mengulangi kesukesan di Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Namun, bola itu bundar, kenyataan di lapangan berubah dengan cepat. Anak asuh Marcello Lippi justru tertatih-tatih di level grup. Mereka hanya imbang dengan Paraguay (1-1) dan Selandia Baru (1-1). Di laga penentuan, Italia harus gigit jari usai tumbang di tangan Slovakia dengan skor 3-2.
-
Spanyol (2010-2014)
Pada Piala Dunia 2014 Brasil, pelatih Spanyol Del Bosque membawa skuad juara di Afsel. Kendati diisi pemain dengan mental juara, Spanyol justru dilibas di ajang pembuka oleh Belanda dengan skor 5-1. Bagi Belanda, kemenangan ini adalah balas dendam usai mereka dikalahkan pada final Piala Dunia Afsel.
Nasib malang Spanyol ternyata berlanjut di laga berikutnya. Mereka bersimpuh di hadapan Chili dengan skor 0-2. Kekalahan itu secara otomatis memaksa Iker Casillas dan rekan-rekan angkat koper lebih dahulu. Kemenangan Spanyol di laga penutup kontra Australia (0-3), tidak berhasil menyelamatkan muka Spanyol di Grup B.
-
Jerman (2014-2018)
Pada gelaran Piala Dunia 2018 Rusia, Jerman datang dengan predikat juara bertahan. Dihuni oleh pemain sekaliber Toni Kroos, Thomas Muller, dan Ilkay Gundogan, Jerman seharusnya punya kans untuk juara. Sayang, kutukan itu ternyata benar. Jerman tersandung pada babak grup.
Mereka tumbang dari Meksiko dengan skor 0-1 di laga pembuka, kemudian tak berkutik di hadapan Swedia (2-1), dan di laga penutup, Jerman harus mengakui kehebatan Korea Selatan yang dilatih Shin Taeyong (pelatih timnas Indonesia saat ini) dengan skor 2-0. Dengan hasil itu, sang jawara menjadi juru kunci di Grup F.
Baca juga: Menggemaskan Hingga Punya Filosofi Kuat, Cek Daftar 15 Maskot Piala Dunia Sejak 1966
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.