Modest fashion muslim Indonesia menempati peringkat ketiga dunia setelah Uni Emirat Arab dan Turki. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Desyinta Nuraini)

Kowani Ungkap Tantangan di Balik Potensi Besar Industri Fesyen Muslim Indonesia

22 November 2022   |   13:25 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Potensi industri halal di Indonesia, terutama dari sektor fesyen terbilang besar. Berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report 2020-2021 mode fesyen muslim dalam negeri menempati peringkat ketiga dunia. Tepat berada di bawah Uni Emirat Arab dan Turki. 

Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo, mengatakan bahwa potensi tersebut harus bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh warga Indonesia, utamanya generasi muda untuk menciptakan usaha di bidang fesyen muslim. 

“Kongres Wanita Indonesia berharap bisnis ini mampu meningkatkan perekonomian Indonesia dan banyak membuka lapangan kerja, terutama kaum perempuan Indonesia,” katanya saat ditemui Hypeabis.id di Grand Hyatt, Jakarta, Senin (21/11/2022).

Baca jugaMengintip Koleksi Hijab Perdana LaReine, Terinspirasi dari Serial Ottoman Turki

Dia menjabarkan 60 persen pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia adalah perempuan. Untuk itu, dia mengajak perempuan muda lainnya memiliki jiwa wirausaha.Dengan tumbuhnya pengusaha fesyen muslim lokal, Giwo menilai bisa menolong negara dalam menghadapi krisis global seperti resesi.

“Dalam hadapi krisis global, dengan adanya pengusaha, kita bisa hadapi tantangan dan melewati proses ini dengan baik,” imbuhnya. 

Kendati demikian, Giwo menyebut masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi kaum perempuan, terutama para pelaku UMKM untuk mendirikan atau mengembangkan usahanya. Paling utama adalah akses permodalan. Menurutnya, banyak perempuan yang punya kemampuan di bidang ini tapi tidak punya kapital. 
 

Kowani bersama brand fesyen muslim LaReine (Foto : Desyinta Nuraini/Hypeabis,id)

Kowani bersama brand fesyen muslim LaReine (Sumber gambar : Hypeabis.id/Desyinta Nuraini)

Untuk mengatasi ini, Kowani berkolaborasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan memberikan akses permodalan sebesar Rp40 juta kepada masing-masing pelaku UMKM atau mereka yang ingin mendirikan usaha. Dari hasil penyaringan yang ketat, telah didapatkan 40 kelompok usaha.

Selain akses permodalan, tantangan lainnya yang dihadapi wanita Indonesia dalam berusaha yakni digitalisasi, terutama para pelaku di daerah. Mereka masih memakai cara tradisional untuk memasarkan produknya sehingga tidak bisa menjangkau skala yang lebih luas.

Begitu pula dengan kualitas dan kuantitas produk. Oleh karena masih menggunakan cara tradisional, produk yang dihasilkan pun masih dalam skala terbatas. “Tantangan paling besar kaum pedesaan yang mau jadi pelaku UMKM. Harus ada pembinaan, pendampingan, desainer yang mendampingi,” tuturnya.

Membantu mengatasi tantangan dan pertumbuhan pengusaha lokal ini, Kowani lantas melakukan edukasi dan pendampingan. Giwo menyebut Kowani kerap memberikan pendidikan bagaimana meningkatkan produksi produk.

Dengan 102 organisasi anggota, Kowani juga mengajarkan bagaimana mengemas produk yang rapi dan menarik. Pelatihan bagi usaha baru diberikan seperti katering, kecantikan, hingga spa. “Kowani berikan pendidikan, sosialisasi edukasi dan informasi,” jelas Giwo. 

Baca jugaFesyen Wastra Punya Peluang Besar di Pasar Global

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Rilis Pada Tahun Depan, Yuk Intip Fakta Film Indiana Jones 5

BERIKUTNYA

Argentina diuntungkan, Mimpi Messi Juara di Piala Dunia Terakhir Bisa Terwujud

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: