Ilustrasi freelancer (sumber gambar: Alizée Baudez/Unsplash)

Hypereport: Potret Dunia Freelancer, Intip Suka Duka Menjadi Pekerja Lepas

21 November 2022   |   16:32 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Dunia kerja menjadi salah satu aspek penting seseorang dalam membangun karier dan kemapanan finansial. Bicara soal dunia kerja, mungkin Genhype tidak asing lagi dengan jenis pekerja yang tidak terikat (freelance) atau orangnya biasa disebut freelancer. Istilah ini merupakan orang yang bekerja secara lepas yang umumnya terikat dalam tugas jangka pendek.
 
Dengan memilih pekerjaan freelance, berarti seseorang siap menerima tantangan dengan jam kerja yang tidak menentu dan harus memiliki kemampuan mengatur finansial yang baik. Pasalnya, seorang freelancer tidak akan selalu mendapatkan permintaan kerja seperti deskripsi kerja jangka panjang yang dimiliki pekerja tetap atau kontrak.
 
Baca juga: 10 Pertanyaan yang Harus Kalian Jawab sebelum Jadi Freelancer

Melihat tantangan yang besar ini, Hypeabis.id menggali sejumlah fakta menarik terkait potret dunia pekerja lepas dan suka duka di balik memilih pekerjaan lepas ini. Salah satunya Dachrul Achir, merupakan kepala rumah tangga yang memilih pekerjaan sebagai freelance dibandingkan harus fokus dengan dunia kerja kantoran.

Memulai karier dalam dunia freelance sejak 2018, Dachrul mengambil permintaan kerja terkait pembuatan konten media sosial, photoshoot, videography, hingga event organizer.
 
Sebelumnya, pria berusia 29 tahun itu sempat menjalani pekerjaan tetap di sebuah perusahaan. Namun, dia terpantik untuk menjadikan hobi dan passion-nya sebagai pekerjaan sehingga lebih memilih lepas dari situasi kerja kantoran yang cenderung formal.

“Awalnya berpikir, bisa enggak ya hobi foto dan desain yang aku jalani ini jadi pekerjaan? Akhirnya aku memutuskan untuk berani mengambil keputusan itu dan menikmatinya sampai sekarang,” kata Dachrul.
 
Meski menikmati pekerjaan tersebut, Dachrul mengaku bukan mudah menekuni dunia kerja sebagai freelance. Ada beberapa tantangan yang dihadapi yang biasanya berkaitan dengan permintaan klien dan persoalan budget. “Soal budget dan permintaan detail dari klien ini jadi ujian khusus untukku, agar memberanikan diri menerima tantangan yang ada,” kata Dachrul.
 
Identik dengan jam kerja yang tidak menentu, Dachrul mengaku tetap memposisikan diri bekerja selama 8 jam sehari layaknya pekerja kantoran. “Agar lebih teratur, aku jam 7 pagi udah mulai kerjain project yang diminta kira-kira sampai jam 3 atau jam 4 biar schedule-nya sesuai,” ungkap Dachrul.

Pria yang sudah berkeluarga ini cukup detail merencanakan jadwal kerja mulai dari pembuatan konten, mengedit foto dan video, hingga bertemu klien untuk persetujuan project.
 
Tentu menjadi sebuah keputusan berani bagi seorang kepala rumah tangga untuk meninggalkan kantor dan memilih pekerjaan lepas. Bagi Dachrul, penghasilan yang didapat dari freelance ini cukup menjanjikan. “Menurutku, tekanan dan effort yang dikerjakan seusai dengan penghasilan yang diterima,” ungkapnya.
 
Sebagai pekerja lepas, Dachrul sangat memperhatikan kontrak kerja dengan orang yang menggunakan jasa kerjanya mulai dari deskripsi kerja, invoice, dan lainnya. “Ini penting untuk setiap penyedia jasa, biasanya setelah deal dengan keinginan klien, aku kasih invoice dengan deskripsi perincian keinginan klien. Nanti baru disepakati oleh kedua belah pihak,” jelas Dachrul.
 
Baca juga laporan khusus terkait: 
- Menilik Peluang & Tantangan Freelance

Selain Dachrul yang berani banting setir sepenuhnya menjadi freelancer, ada beberapa orang dengan pekerjaan utama juga memilih untuk menekuni pekerjaan sebagai freelance. Sebut saja, Bagus Barezki yang merupakan staf di salah satu perusahaan fasilitas kredit.

Bekerja di kantor dalam waktu 8 jam, Bagus tetap mengambil kesempatan menekuni dunia freelance sebagai kru event organizer, wedding organizer, auditor, hingga fotografer.
 
Berangkat dari hobinya bersosialisasi dengan banyak orang, Bagus memulai karier freelance pada 2018 dalam sebuah event. Pria berusia 25 tahun ini mencoba menjadikan hobinya agar menambah penghasilan di samping pekerjaan utama.

“Awalnya aku enggak betah kerja dengan jam kantor. Kegiatannya juga terasa monoton. Tapi dibanding melepas pekerjaan utama, aku lebih memilih tambah kegiatan di hari libur, misalnya ikut jadi kru WO,” katanya.
 
Bagus menyebut pekerjaan utama merupakan hal penting di tengah ketidakpastian permintaan kerja sebagai freelance. Dia juga menyebut jika tantangan paling utama sebagai freelance adalah memastikan mampu bersaing dengan orang lain dengan skill yang sama.

“Menurutku portfolio jadi kunci penting bagaimana pemberi jasa bisa percaya dengan kemampuan freelancer. Harus mampu bersaing dengan pesaing lainnya,” kata Bagus.
 
Sudah terjun selama 4 tahun, Bagus mengaku bisa mendapatkan penghasilan mulai dari Rp3 juta untuk satu proyek. Namun Bagus juga mengaku pernah mendapat tawaran kerja freelance dengan nilai invoice Rp15 juta dalam jangka waktu tertentu untuk satu proyek.
 
Tampak menggiurkan, ternyata dunia freelance juga menyentuh kalangan mahasiswa. Rizwana Fitriani, mahasiswa Universitas Bangka Belitung yang merupakan pekerja lepas sebagai penari mengaku bisa mendapat penghasilan tambahan sembari mengisi waktu luang dan menambah portfolio yang penting digunakan saat menginjak dunia kerja nanti.

“Setelah lulus nanti, portfolio ini kan jadi hal penting ya, jadi terlepas dari penghasilan, fokus utamaku adalah mengisi waktu dengan hal bermanfaat,” kata Rizwana.
 
Mahasiswa semester 5 itu mulanya menekuni dunia tari sejak duduk di bangku SMA. Kemudian, dia bergabung dengan sanggar tari di sekolah dan mulai mengisi panggung-panggung kompetisi di wilayah Bangka Belitung. Hobi menari tersebut kemudian membuatnya mulai dilirik banyak gelaran acara pernikahan yang membutuhkan jasa tari.

“Sebenarnya enggak fokus mau cari uang dari dunia tari, cuma karena teman-teman segrup tari mengajak dan ada tawaran juga, rasanya jadi kegiatan menarik juga untuk mengisi hari libur dan ternyata berpenghasilan juga,” jelas Rizwana.
 
Rizwana menilai, kesulitannya berkecimpung dalam dunia freelancer adalah mengatur waktu antara kuliah, tugas rumah, dan mengisi panggung untuk menari di sebuah acara.

“Harus pandai mengatur waktu antara kuliah, tugas, dan acara. Kalau merasa Minggu ini enggak keburu untuk acara karena ada tugas, aku dan teman-teman memilih menolak job dulu. Sama kalau jadi penari itu kan persiapan sebelum acaranya lumayan ya, mulai dari make up, kostum, dan lainnya. Jadi harus pintar menentukan prioritas aja sih,” ungkap Rizwana. Dari pekerjaan menarinya itu, Rizwana bisa mengumpulkan uang sekitar Rp300.000 per minggunya.

Selain freelancer yang datang dari industri event dan wedding, nyatanya penyedia jasa dalam pembuatan lagu juga kian dilirik.
Fincent selaku beat maker mengaku tidak menyangka akan mendapat penghasilan dari hobi yang dijalaninya.

Menerima permintaan kerja sejak 2020, kariernya sebagai komposer dikenal setelah sering tampil di live music kafe atau restoran. Saat sedang tidak mengisi panggung musik, Fincent lebih banyak menghabiskan waktunya melakukan audio editing dan music composing.
 
Tidak disangka, hobinya itu mendapat perhatian dari sebuah agensi periklanan setelah sempat magang sebagai audio editor dan music composer. Mengejar deadline yang diinginkan klien masih menjadi tantangan utama bagi Fincent dalam menekuni pekerjaan lepas ini. “Karena ini memang hobiku, tekanan kerja yang dirasakan tidak terlalu berat dengan deskripsi kerja yang cukup sederhana,” kata Fincent.
 
Pria berusia 25 tahun ini menyebut pekerjaannya sebagai beat maker itu cukup menambah penghasilan di samping mengisi waktu kosong. “Lumayan untuk menambah penghasilan. Tapi harus tetap memutar otak juga saat tidak ada job order. Jadi harus pandai mengatur keuangan saat penghasilan itu datang,” kata Fincent bicara soal tantangan dunia freelance

Baca juga: Jadi Freelancer Rawan Kantong Bobol, Yuk Simak 5 Tip Mengatur Keuangan Ini

Untuk memperkenalkan hasil karyanya, Fincent mengumpulkan karya melalui portfolio berisi sampel musik yang pernah dibuat kepada calon klien.
 
Di balik jam kerja yang cenderung bebas dan fleksibel, menekuni dunia freelance bukanlah hal mudah. Ada banyak tantangan, risiko, dan kendala yang harus dihadapi di samping hal-hal yang terlihat menyenangkan tersebut. Pada akhirnya, setiap pekerjaan memiliki konsekuensi masing-masing dengan berbagai kelebihan dan kekurangan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

3 Faktor Penyebab Remaja Lakukan Bullying, Salah Satunya Keluarga

BERIKUTNYA

Penyebab Kakak-Adik Tidak Akur dan Cara Mencegahnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: