Hypereport: Putar Otak Agar Bisa Bertahan & Dilirik Klien
21 November 2022 |
13:41 WIB
1
Like
Like
Like
Menjadi pekerja lepas atau freelancer tampaknya mudah. Mereka tidak perlu ke kantor, tidak terikat dengan sistem perusahaan, selain itu pekerjaan dari klien dapat dikerjakan di mana saja. Apa iya sebegitu mudahnya bekerja menjadi freelancer?
Untuk mendapatkan proyek, freelancer dituntut untuk aktif. Mereka tidak bisa begitu saja berdiam diri menunggu pekerjaan datang. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Fransisca (40) salah satu freelancer di platform Sribu. Agar digaet oleh klien, dia mesti rajin apply jobs untuk mendapatkan proyek.
Baca juga: Menilik Peluang & Tantangan Freelance (1)
Tetapi, rajin saja tidak cukup, dia juga menjalankan strategi agar penawarannya dilirik oleh klien. Misalnya, dia memberikan harga bersaing atau menawarkan bonus ekstra pada klien. Dengan penawaran yang spesial tersebut, kemungkinan untuk dilirik oleh klien terbuka.
Fokus di bidang copywriting sejak 2011, perempuan yang berdomisili di Medan itu pun merasa nyaman menjadi freelancer. Terlebih dia bisa mendapatkan pengalaman dan bertemu klien baru, hingga lokasi dan waktu bekerja yang tidak terikat.
"Semuanya kembali ke pribadi masing-masing, tapi pastinya, we can have it all, sepanjang pintar mengelola [keuangan dan waktu] agar seimbang," ungkap Fransica via pesan tertulis.
Di sisi lain, ketidakpastian soal pekerjaan, menuntut freelancer untuk jeli dalam mengatur keuangan mereka. Dody Refeindra (39) freelancer di bidang desain grafis menuturkan, manajemen keuangan menjadi hal penting saat menjalani profesi kerja paruh waktu.
Pasalnya, tidak setiap hari proyek bisa diidapat. Dia pun menyiasatinya dengan menyisihkan income yang dinvestasikan ke emas, reksadana, atau tanah.
"Bila pemasukan menurun harus berusaha mencari orderan desain dari klien lain dan belajar ilmu baru supaya [bisa bersaing] dan tetap ada income," papar lelaki yang menjalani kerja paruh waktu dari Pangandaran itu.
Baca juga: Potret Dunia Freelancer, Intip Suka Duka Menjadi Pekerja Lepas (2)
Sementara itu, Ardhi (26) pekerja freelancer bidang desain dan ilustrasi mengungkapkan, tantangan terberat menjalani profesi tersebut adalah mempertahankan klien lama sambil mencari klien baru. Untuk itu, Ardhi bakal terus menjaga komunikasi dengan klien-klien tersebut. Hal ini penting agar klien-klien lama tidak kabur. Selain menjadi salah satu strategi personal, langkah ini bisa mempercepat pekerjaaan.
"Tapi ada juga klien yang sulit dihandle, contohnya revisi yang muter-muter. Bahkan [tak jarang] ada klien yang kabur gak mau bayar atau batal sepihak padahal project sudah berjalan," terang Ardhi.
Di samping berbagai tantangan menjadi freelancer, jenis pekerjaan ini diprediksi akan terus meningkat. Chief Executive Officer Sribu.com Ryan Gondokusumo mengatakan, kenaikan tren ini ditopang salah satunya karena semakin mudahnya akses internet, serta bersaingnya harga perangkat kerja, termasuk smartphone atau laptop.
Menurut laporan dari Google e-Conomy SEA 2021, terdapat 21 juta konsumen digital baru sejak pandemi (sampai kuartal pertama 2021) dengan 72 persennya berasal dari area non metropolitan. Kata Ryan, hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan penyebaran demografi konsumen.
"Hal ini disebakan dua hal, pertama internet yang makin murah dan provider yang semakin bagus, sementara Indonesia sendiri negara kepulauan. Sehingga rata-rata freelancer kita pun tetap tinggal di daerahnya masing-masing. Yang penting ada hp dan internet," papar Ryan.
Data Badan Pusat statistik (BPS) hingga Februari 2022 juga menunjukkan, hampir 7 juta penduduk berprofesi sebagai pekerja lepas non pertanian. Angka ini, meski mengalami penurunan dibanding 2021, tapi profesi freelancer tetap menjadi pilihan alternatif anak-anak muda di Indonesia.
Di sisi lain, platform Sribu, kata Ryan juga telah membantu lebih dari 30 ribu konsumen di tingkat UMKM hingga perusahan multinasional. Jumlah freelancer yang terdaftar di tempat mereka saat ini pun mencapai 28.000 konten kreator.
Namun, meski terbilang mudah dan gratis, tetap saja para freelancer yang ingin bergabung di Sribu harus melewati pengisian form dari biodata, portofolio, hingga sesi wawancara. Menurut Ryan hal ini untuk menyaring apakah mereka benar-benar serius menjadi freelancer di platform tersebut atau tidak.
Adapun, terkait penjaminan hak kerja dan upah bagi freelancer adalah 10 persen dari total biaya proyek. Saat proses pengerjaan proyek, antara freelancer dan klien juga tetap melakukan komunikasi di plaform tersebut.
"Soal hak cipta, di platform kita juga ada perjanjian yang memberi izin klien untuk memakai hasil ciptaan karya pekerja lepas. Jadi istilahnya klien itu nggak membeli karya, tapi diberikan izin oleh freelancer."
Baca juga: Rahasia di Balik Portofolio 'Cantik' Freelancer (4)
Editor: Dika Irawan
Untuk mendapatkan proyek, freelancer dituntut untuk aktif. Mereka tidak bisa begitu saja berdiam diri menunggu pekerjaan datang. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Fransisca (40) salah satu freelancer di platform Sribu. Agar digaet oleh klien, dia mesti rajin apply jobs untuk mendapatkan proyek.
Baca juga: Menilik Peluang & Tantangan Freelance (1)
Tetapi, rajin saja tidak cukup, dia juga menjalankan strategi agar penawarannya dilirik oleh klien. Misalnya, dia memberikan harga bersaing atau menawarkan bonus ekstra pada klien. Dengan penawaran yang spesial tersebut, kemungkinan untuk dilirik oleh klien terbuka.
Fokus di bidang copywriting sejak 2011, perempuan yang berdomisili di Medan itu pun merasa nyaman menjadi freelancer. Terlebih dia bisa mendapatkan pengalaman dan bertemu klien baru, hingga lokasi dan waktu bekerja yang tidak terikat.
"Semuanya kembali ke pribadi masing-masing, tapi pastinya, we can have it all, sepanjang pintar mengelola [keuangan dan waktu] agar seimbang," ungkap Fransica via pesan tertulis.
Di sisi lain, ketidakpastian soal pekerjaan, menuntut freelancer untuk jeli dalam mengatur keuangan mereka. Dody Refeindra (39) freelancer di bidang desain grafis menuturkan, manajemen keuangan menjadi hal penting saat menjalani profesi kerja paruh waktu.
Pasalnya, tidak setiap hari proyek bisa diidapat. Dia pun menyiasatinya dengan menyisihkan income yang dinvestasikan ke emas, reksadana, atau tanah.
"Bila pemasukan menurun harus berusaha mencari orderan desain dari klien lain dan belajar ilmu baru supaya [bisa bersaing] dan tetap ada income," papar lelaki yang menjalani kerja paruh waktu dari Pangandaran itu.
Baca juga: Potret Dunia Freelancer, Intip Suka Duka Menjadi Pekerja Lepas (2)
Sementara itu, Ardhi (26) pekerja freelancer bidang desain dan ilustrasi mengungkapkan, tantangan terberat menjalani profesi tersebut adalah mempertahankan klien lama sambil mencari klien baru. Untuk itu, Ardhi bakal terus menjaga komunikasi dengan klien-klien tersebut. Hal ini penting agar klien-klien lama tidak kabur. Selain menjadi salah satu strategi personal, langkah ini bisa mempercepat pekerjaaan.
"Tapi ada juga klien yang sulit dihandle, contohnya revisi yang muter-muter. Bahkan [tak jarang] ada klien yang kabur gak mau bayar atau batal sepihak padahal project sudah berjalan," terang Ardhi.
Di samping berbagai tantangan menjadi freelancer, jenis pekerjaan ini diprediksi akan terus meningkat. Chief Executive Officer Sribu.com Ryan Gondokusumo mengatakan, kenaikan tren ini ditopang salah satunya karena semakin mudahnya akses internet, serta bersaingnya harga perangkat kerja, termasuk smartphone atau laptop.
Menurut laporan dari Google e-Conomy SEA 2021, terdapat 21 juta konsumen digital baru sejak pandemi (sampai kuartal pertama 2021) dengan 72 persennya berasal dari area non metropolitan. Kata Ryan, hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan penyebaran demografi konsumen.
"Hal ini disebakan dua hal, pertama internet yang makin murah dan provider yang semakin bagus, sementara Indonesia sendiri negara kepulauan. Sehingga rata-rata freelancer kita pun tetap tinggal di daerahnya masing-masing. Yang penting ada hp dan internet," papar Ryan.
Data Badan Pusat statistik (BPS) hingga Februari 2022 juga menunjukkan, hampir 7 juta penduduk berprofesi sebagai pekerja lepas non pertanian. Angka ini, meski mengalami penurunan dibanding 2021, tapi profesi freelancer tetap menjadi pilihan alternatif anak-anak muda di Indonesia.
Di sisi lain, platform Sribu, kata Ryan juga telah membantu lebih dari 30 ribu konsumen di tingkat UMKM hingga perusahan multinasional. Jumlah freelancer yang terdaftar di tempat mereka saat ini pun mencapai 28.000 konten kreator.
Seleksi Platform
Namun, meski terbilang mudah dan gratis, tetap saja para freelancer yang ingin bergabung di Sribu harus melewati pengisian form dari biodata, portofolio, hingga sesi wawancara. Menurut Ryan hal ini untuk menyaring apakah mereka benar-benar serius menjadi freelancer di platform tersebut atau tidak.Adapun, terkait penjaminan hak kerja dan upah bagi freelancer adalah 10 persen dari total biaya proyek. Saat proses pengerjaan proyek, antara freelancer dan klien juga tetap melakukan komunikasi di plaform tersebut.
"Soal hak cipta, di platform kita juga ada perjanjian yang memberi izin klien untuk memakai hasil ciptaan karya pekerja lepas. Jadi istilahnya klien itu nggak membeli karya, tapi diberikan izin oleh freelancer."
Baca juga: Rahasia di Balik Portofolio 'Cantik' Freelancer (4)
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.