Ditetapkan Jadi Kejadian Luar Biasa, Simak 5 Fakta Polio Termasuk Gejalanya
20 November 2022 |
13:50 WIB
Poliomielitis (polio) kembali ditemukan di Indonesia. Walaupun baru ada satu kasus di Aceh, pemerintah sigap menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) di tingkat kabupaten. Langkah ini diambil lantaran pada 2014, Indonesia sudah dinyatakan bebas penyakit tersebut.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Maxi Rein Rondonuwu menerangkan, kasus polio ini terdeteksi di Kabupaten Pidie, Aceh, berdasarkan penelusuran RT-PCR pada awal November. Pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri.
Baca juga: Awas, Zoonosis Kini Jadi Biang Keladi Penyakit Infeksi Utama
Maxi mengatakan, awalnya anak mulai merasa demam pada 6 Oktober, kemudian pada 18 Oktober dia masuk RSUD TCD Sigil. Pada 21 - 22 Oktober, dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Selanjutnya pada 7 November, hasil RT-PCR mengonfirmasi pasien terkena polio tipe 2.
Anak itu mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri dan memang tidak memiliki riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan. “Tapi anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuman tidak ada obat nanti tinggal di fisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya,” tuturnya di Jakarta, Sabtu (19/11/22).
Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.
Sementara itu, sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh. Untuk itu pemerintah menggencarkan kembali upaya imunisasi. “Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat pandemi Covid-19,” imbuhnya.
Maxi menyampaikan penyakit Polio sangat berbahaya bagi anak karena menyebabkan kelumpuhan dan tidak ada obatnya. Namun, penyakit ini mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap dan imunisasi rutin.
Pencegahan juga dilakukan dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban yang sesuai standar, cuci tangan pakai sabun, dan menggunakan air matang untuk makan dan minum. “Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi rutin bagi anak-anak sesuai jadwal, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” pinta Maxi.
Sebagai kewaspadaan, berikut fakta mengenai polio yang dirangkum Hypeabis.id dari penjelasan Kemenkes:
Virus polio merupakan virus yang masuk ke dalam golongan human enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon).
Ketiganya termasuk family picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin, virus polio liar/WPV (wild poliovirus, dan VDPV (vaccine derived poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Anak-anak di bawah usia lima tahun menjadi sasaran empuk virus polio. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun.
Namun pada 1950an dan 1960an, polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industri. Hal ini terjadi setelah ditemukannya vaksin polio.
Pada 1988, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi polio. Akhirnya hanya tersisa tiga negara endemis yang melaporkan penularan polio yaitu Afganistan, Pakistan, dan Nigeria. Kendati demikian, pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di Papua New Guinea.
Polio menyebar melalui kontak dari orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus.
Virus ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui feses atau kotoran dan dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan serta sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati apabila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap polio.
Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Mayoritas orang yang terinfeksi virus polio, tidak bergejala dan sadar bahwa mereka telah terinfeksi.
Sebanyak 90 persen orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.
Setidaknya gejala polio dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, polio nonparalisis yang dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Penyakit Kanker Sudah Mengintai Anak Muda
Kedua, polio paralisis yangg menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh. Ketiga, sindrom pascapolio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah, dan massa otot tubuh menurun.
Baca juga: Kasus Gangguan Gagal Ginjal Akut Pada Anak di Indonesia Mulai Menurun
Editor: Dika Irawan
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Maxi Rein Rondonuwu menerangkan, kasus polio ini terdeteksi di Kabupaten Pidie, Aceh, berdasarkan penelusuran RT-PCR pada awal November. Pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri.
Baca juga: Awas, Zoonosis Kini Jadi Biang Keladi Penyakit Infeksi Utama
Maxi mengatakan, awalnya anak mulai merasa demam pada 6 Oktober, kemudian pada 18 Oktober dia masuk RSUD TCD Sigil. Pada 21 - 22 Oktober, dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Selanjutnya pada 7 November, hasil RT-PCR mengonfirmasi pasien terkena polio tipe 2.
Anak itu mengalami pengecilan di bagian otot paha dan betis kiri dan memang tidak memiliki riwayat imunisasi, tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan. “Tapi anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuman tidak ada obat nanti tinggal di fisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya,” tuturnya di Jakarta, Sabtu (19/11/22).
Faktor Pemicu
Maxi menyebut dari penyelidikan epidemiologi, selain cakupan imunisasi polio yang rendah, didapati faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih minim. Tidak sedikit penduduk yang menerapkan buang air besar (BAB) terbuka di sungai.Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.
Sementara itu, sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh. Untuk itu pemerintah menggencarkan kembali upaya imunisasi. “Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat pandemi Covid-19,” imbuhnya.
Maxi menyampaikan penyakit Polio sangat berbahaya bagi anak karena menyebabkan kelumpuhan dan tidak ada obatnya. Namun, penyakit ini mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap dan imunisasi rutin.
Pencegahan juga dilakukan dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban yang sesuai standar, cuci tangan pakai sabun, dan menggunakan air matang untuk makan dan minum. “Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi rutin bagi anak-anak sesuai jadwal, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” pinta Maxi.
Sebagai kewaspadaan, berikut fakta mengenai polio yang dirangkum Hypeabis.id dari penjelasan Kemenkes:
1. Ada 3 strain
Virus polio merupakan virus yang masuk ke dalam golongan human enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon). Ketiganya termasuk family picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin, virus polio liar/WPV (wild poliovirus, dan VDPV (vaccine derived poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
2. Menyerang anak-anak
Anak-anak di bawah usia lima tahun menjadi sasaran empuk virus polio. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Namun pada 1950an dan 1960an, polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industri. Hal ini terjadi setelah ditemukannya vaksin polio.
Pada 1988, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi polio. Akhirnya hanya tersisa tiga negara endemis yang melaporkan penularan polio yaitu Afganistan, Pakistan, dan Nigeria. Kendati demikian, pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di Papua New Guinea.
3. Cara transmisi
Polio menyebar melalui kontak dari orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Virus ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui feses atau kotoran dan dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan serta sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati apabila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap polio.
Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Mayoritas orang yang terinfeksi virus polio, tidak bergejala dan sadar bahwa mereka telah terinfeksi.
4. Masa inkubasi
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari. Sementara kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.
5. Gejala
Sebanyak 90 persen orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.Setidaknya gejala polio dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, polio nonparalisis yang dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Penyakit Kanker Sudah Mengintai Anak Muda
Kedua, polio paralisis yangg menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh. Ketiga, sindrom pascapolio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah, dan massa otot tubuh menurun.
Baca juga: Kasus Gangguan Gagal Ginjal Akut Pada Anak di Indonesia Mulai Menurun
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.