Terpapar sinar UV matahari (Sumber gambar: Freepik)

Paparan Sinar Ultraviolet di Jakarta Tinggi, Masih Amankah Berjemur Pagi Hari?

15 November 2022   |   16:05 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Berjemur pada pagi hari telah dikenal lama bisa memberikan berbagai manfaat kesehatan. Namun, tampaknya aktivitas tersebut sebaiknya dilakukan pada waktu yang lebih pagi ketimbang biasanya. Hal ini disebabkan paparan sinar matahari yang tidak tepat justru bisa merusak kulit.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) cabang Jakarta, Danang Triwahyudi, mengatakan bahwa dahulu banyak pihak yang menyarankan untuk berjemur di bawah sinar matahari mulai pukul 10.00 WIB. Namun, kini hal tersebut perlu direvisi, khususnya untuk wilayah di perkotaan. 

Danang mengatakan paparan sinar ultraviolet (UV) pukul 09.00 WIB sudah tinggi di wilayah Jakarta. Dokter penyakit kulit dan kelamin itu mengingatkan agar tidak terlalu lama berjemur ketika paparan ultraviolet dari sinar matahari sudah terlalu tinggi. 
“Pada jam tersebut, sebaiknya hanya 5 menit-15 menit saja berjemurnya. Kalau lebih dari jam tersebut, tentu harus berhati-hati lagi,” katanya di Jakarta, Selasa (15/11). 

Baca jugaKulit Perih Terbakar Matahari? Yuk Simak 5 Cara Mudah  Mengatasi Sunburn

Sebelum berjemur pagi hari, masyarakat perlu mengecek kembali indeks ultraviolet di daerahnya sehingga bisa lebih aman. Saat ini indeks sudah lebih mudah diketahui dengan aplikasi di ponsel. Jika masih dalam kategori hijau atau kuning, dokter umumnya masih memperbolehkan berjemur. Namun, jika sudah berada di tingkat oranye atau merah, sebaiknya tidak dilakukan.

Melansir informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ada 5 tingkatan indeks sinar ultraviolet yang bisa jadi pedoman, untuk menentukan keamanan saat berjemur pada pagi hari. Berikut daftar lengkapnya.
 
  • Skala Hijau: Pada kategori ini, UV index masih berada di angka 0-2. Tingkat bahaya cenderung rendah bagi banyak orang. Namun, tetap lindungi kulit dengan tabir surya SPF 30+
  • Skala Kuning: Pada kategori ini, UV index berada di angka 3-5. Kategori ini termasuk memiki risiko bahaya sedang. Sebaiknya, berlindung di tempat yang teduh, menggunakan topi lebar, dan memakai tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam.
  • Skala Oranye: Pada kategori ini, UV index berada di angka 6-7. Kategori ini termasuk memiliki risiko tinggi. Orang yang berada di daerah dengan skala oranye wajib memakai pelindung agar menghindari kerusakan kulit dan mata. Pemakaian tabir surya SPF 30+ juga dilakukan setiap 2 jam walau saat itu cuaca berawan dan tidak terlalu panas.
  • Skala Merah: Pada kategori ini, UV index berada di angka 8-10. Fase ini sudah termasuk berisiko sangat tinggi. Perlu perlindungan ekstra agar kulit maupun mata tidak cepat rusak dan terbakar.
  • Skala Ungu: Pada kategori ini, UV index mencapai angka lebih dari 11. Kategori ini sudah termasuk ekstrem. Sebaiknya, hindari beraktivitas pada pukul 10 pagi hingga 4 sore. Selain itu, imbangi dengan penggunaan SPF 30+ setiap 2 jam sekali.

Dokter Danang juga menyarankan agar orang yang ingin berjemur memakai tabir surya terlebih dahulu. Penggunaan sunblock bisa diulang setiap 2 jam sekali saat melakukan aktivitas berjemur. Namun, jika lokasinya di dekat pantai, intensitasnya naik menjadi 1 jam sekali.
 

Bahaya Paparan Sinar UV Berlebih

Risiko paling umum terpapar sinar UV berlebih ialah kulit terbakar. Kondisi ini biasa ditandai dengan kulit tampak kemerahan, hangat, dan nyeri ketika disentuh. Gejala akan muncul setelah terpapar sinar matahari selama beberapa jam. Namun, pada beberapa kasus, sunburn baru muncul 1-2 hari kemudian.

Paparan sinar matahari berlebih juga bisa mengakibatkan kerusakan mata. Kemampuan mata bisa berkurang, dari awalnya pandangan terlihat kabur hingga bisa menyebabkan kebutaan. Selain itu, risiko kanker kulit juga mengintai. Bagian kulit yang lebih sering terkena sinar matahari lebih memiliki risiko terkena kanker. Misalnya, wajah, leher, dan tangan. 

Baca juga5 Penyakit yang Mengintai Saat Banjir, Mulai dari Infeksi Kulit hingga Tetanus

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Survei Tinkerlust: 85,6 Persen Masyarakat Tahu Bahaya Limbah Fesyen

BERIKUTNYA

Gaya Hidup Berkelanjutan Jadi Tren, Yuk Ikut Gerakan Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: