Gaya Hidup Berkelanjutan Jadi Tren, Yuk Ikut Gerakan Ini
15 November 2022 |
17:03 WIB
Gerakan mengurangi limbah fesyen sudah mulai disadari generasi muda di Indonesia. Buktinya saat ini sudah ada berbagai komunitas yang membuat gebrakan lewat kegiatan positif salah satunya menerapkan gaya hidup fesyen berkelanjutan untuk mengurangi sampah pakaian.
Amanda Zahra Marsono, Head of Public Relations & Marketing Zero Waste Indonesia mengatakan fesyen adalah industri kedua setelah minyak yang menjadi pencemar terbesar di bumi. Selain itu, industri tersebut juga menyumbang 20 persen total dari limbah air di dunia.
Baca juga: Kolaborasi Desainer Australia-Indonesia Hadirkan Fesyen Berkelanjutan di JFW 2023
Dengan adanya kejadian tersebut menurut Amanda, baik produsen fesyen dan konsumen juga harus memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga bumi agar tetap baik di masa depan. Berangkat dari hal itulah mereka lalu membuat sebuah gerakan untuk mengurangi sampah fashion bernama aksi Tukar Baju di Indonesia.
Dimulai sejak 2019, Tukar Baju merupakan kampanye untuk menciptakan kesadaran bagi masyarakat dan menjadi salah satu solusi sampah fesyen serta imbah tekstil di Indonesia. Dari program tersebut mereka juga telah berhasil mengumpulkan 20.000 peserta selama 25 kali kegiatan dari 2019-2022.
"Kolaborasi bersama masyarakat untuk menukarkan baju yang sudah tidak dipakai ini selain mengurangi sampah fesyen juga bisa memperpanjang umur baju selama 9 bulan yang tentu saja dapat bermaanfaat untuk bumi," papar Amanda saat ditemui pada acara Tinkerlust Fashion Impact Summit 2022, di Jakarta, Selasa (15/11).
Sementara itu, Tara Ainun Adila, Team Leader Slow Fashion Indonesia mengatakan kesadaran terhadap sustainable fesyen pun sudah mulai membaik di kalangan anak muda di beberapa kota besar. Namun, dia pun juga menyadari bahwa gerakan untuk mengurangi limbah tersebut belum menyebar secara merata di Tanah Air.
Menurutnya salah satu cara untuk menyebarkan kesadaran tersebut adalah dengan terus melakukan kolaborasi antar berbagai lini agar tren fesyen berkelanjutan semakin diketahui khalayak. Hal ini bisa dilakukan melalui gerakan turun langsung ke lapangan untuk mengkampanyekan gaya hidup berkelanjutan atau melakukan diskusi bersama komunitas pegiat lingkungan.
"Kalau memang seseorang harus membeli pakaian baru penting juga dilakukan riset bagaimana proses produksi dari pakaian yang akan dibeli. Hal itu bisa dilihat dari penggunaan bahan yang ramah lingkungan atau tidak, atau memilih model yang tidak lekang waktu sehingga bisa dipakai dalam waktu lama," papar Tara.
Adapun, Rendy A. Wachid Founder dan CEO Parongpong Raw Labs mengatakan, salah satu cara untuk tetap bisa kritis dalam mengelola tren sustaiinable living adalah dengan mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang ada sehingga ditemukan formula terbaik untuk dapat diterapkan dalam menerapkan gaya hidup tersebut.
"Selain kolaborasi, di dunia sustainable itu juga harus lebih rinci, membuang sampah pada tempatnya saja nggak cukup karena pada dasarnya sampah juga harus dipilah dan lain," terang Rendy.
Baca juga: Kurangi Stres, Mulai Hidup Sehat dan Berkelanjutan Yuk!
Editor: Dika Irawan
Amanda Zahra Marsono, Head of Public Relations & Marketing Zero Waste Indonesia mengatakan fesyen adalah industri kedua setelah minyak yang menjadi pencemar terbesar di bumi. Selain itu, industri tersebut juga menyumbang 20 persen total dari limbah air di dunia.
Baca juga: Kolaborasi Desainer Australia-Indonesia Hadirkan Fesyen Berkelanjutan di JFW 2023
Dengan adanya kejadian tersebut menurut Amanda, baik produsen fesyen dan konsumen juga harus memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga bumi agar tetap baik di masa depan. Berangkat dari hal itulah mereka lalu membuat sebuah gerakan untuk mengurangi sampah fashion bernama aksi Tukar Baju di Indonesia.
Program Tukar Baju
Program Tukar Baju sendiri adalah sebuah konsep di mana orang-orang membawa pakaian bekas yang masih layak pakai untuk ditukarkan dengan pakaian milik orang lain. Hal ini juga dapat memberi keuntungan pada seseorang untuk berganti-ganti gaya fesyen tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli pakaian baru.Dimulai sejak 2019, Tukar Baju merupakan kampanye untuk menciptakan kesadaran bagi masyarakat dan menjadi salah satu solusi sampah fesyen serta imbah tekstil di Indonesia. Dari program tersebut mereka juga telah berhasil mengumpulkan 20.000 peserta selama 25 kali kegiatan dari 2019-2022.
"Kolaborasi bersama masyarakat untuk menukarkan baju yang sudah tidak dipakai ini selain mengurangi sampah fesyen juga bisa memperpanjang umur baju selama 9 bulan yang tentu saja dapat bermaanfaat untuk bumi," papar Amanda saat ditemui pada acara Tinkerlust Fashion Impact Summit 2022, di Jakarta, Selasa (15/11).
Sementara itu, Tara Ainun Adila, Team Leader Slow Fashion Indonesia mengatakan kesadaran terhadap sustainable fesyen pun sudah mulai membaik di kalangan anak muda di beberapa kota besar. Namun, dia pun juga menyadari bahwa gerakan untuk mengurangi limbah tersebut belum menyebar secara merata di Tanah Air.
Menurutnya salah satu cara untuk menyebarkan kesadaran tersebut adalah dengan terus melakukan kolaborasi antar berbagai lini agar tren fesyen berkelanjutan semakin diketahui khalayak. Hal ini bisa dilakukan melalui gerakan turun langsung ke lapangan untuk mengkampanyekan gaya hidup berkelanjutan atau melakukan diskusi bersama komunitas pegiat lingkungan.
"Kalau memang seseorang harus membeli pakaian baru penting juga dilakukan riset bagaimana proses produksi dari pakaian yang akan dibeli. Hal itu bisa dilihat dari penggunaan bahan yang ramah lingkungan atau tidak, atau memilih model yang tidak lekang waktu sehingga bisa dipakai dalam waktu lama," papar Tara.
Adapun, Rendy A. Wachid Founder dan CEO Parongpong Raw Labs mengatakan, salah satu cara untuk tetap bisa kritis dalam mengelola tren sustaiinable living adalah dengan mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang ada sehingga ditemukan formula terbaik untuk dapat diterapkan dalam menerapkan gaya hidup tersebut.
"Selain kolaborasi, di dunia sustainable itu juga harus lebih rinci, membuang sampah pada tempatnya saja nggak cukup karena pada dasarnya sampah juga harus dipilah dan lain," terang Rendy.
Baca juga: Kurangi Stres, Mulai Hidup Sehat dan Berkelanjutan Yuk!
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.