Mengenal Teknologi PGT-A, Efektif Tingkatkan Persentase Kehamilan
07 November 2022 |
22:38 WIB
Teknologi Pre-Implamantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A) kini jadi harapan baru bagi pasangan yang ingin segera mendapatkan momongan. Teknologi tersebut dapat membantu meningkatkan persentase keberhasilan kehamilan menggunakan bayi tabung.
Direktur Medis Morula IVF Indonesia Arie A Polim mengatakan PGT-A dapat membantu pasangan yang sudah berulang kali menjalankan program bayi tabung dan tetap tidak berhasil. Sebab, PGT-A akan membantu embriolog memilih embrio dengan kromosom yang terbaik sehingga potensi kehamilannya menjadi lebih besar.
Baca juga: 4 Manfaat Skin to Skin Orang Tua dengan Bayi Baru Lahir
“Embrio biasanya pada hari kelima dapat ditanam setelah dianggap memenuhi kriteria. Namun, embrio yang dianggap baik itu masih memiliki kemungkinan genetik yang tidak normal. Nah, itu harus di tes untuk pembuktian. Tes tersebut ialah PGT-A,” ujar Arie A Polim dalam konferensi pers Morula IVF di kawasan Jakarta Pusat.
Melalui pemeriksaan PGT-A, dokter dapat mengetahui kromosom dari embrio secara lebih detail, termasuk soal kelainan yang ada di dalamnya. Pengecekan lebih mendalam ini akan membuat dokter memilih embrio secara lebih cermat.
Sebelum adanya PGT-A, dokter hanya memilih embrio berdasarkan bentuk dan pengalaman. Di lapangan, kerap ditemui sperma, sel telur, dan embrio dalam kondisi yang baik secara morfologi.
Namun, ketika dicoba dengan program bayi tabung, ternyata tidak menghasilkan kehamilan. Hal itu terjadi karena tidak semua bentuk embrio yang bagus, memiliki kromosom yang normal.
Direktur Scientific Morula IVF Indonesia Arief Boediono mengatakan PGT-A merupakan teknologi bayi tabung unggulan saat ini. Teknologi tersebut dapat membantu proses screening kromosom pada embrio yang dimiliki.
Jadi, embrio yang dipilih benar-benar telah melalui proses seleksi ketat. Hal itu membuat penggunaan teknologi PGT-A pada program bayi tabung memiliki peluang kehamilan lebih besar.
Berdasarkan studi yang dilakukan Morula IVF sejak 2019-2022, PGT-A bahkan mampu meningkatkan keberhasilan kehamilan pada wanita umur 40 tahun ke atas.
Program PGT-A dapat membantu potensi kehamilan sebesar 68 persen pada kelompok umur 38-39 tahun. Teknologi ini juga tetap memiliki potensi keberhasilan sebesar 46 persen pada wanita dengan umur 40 tahun ke atas.
“Kalau kromosomnya normal, persentase kehamilannya akan lebih tinggi. Sebab, 96 persen dari embrio yang enggak normal kromosomnya, biasanya dilakukan aborsi,” ucap Arief.
Arief mengatakan penelitian juga mengungkap pasien dalam rentang usia 36-44 tahun memiliki angka kromosom normal dengan jumlah yang lebih rendah dibanding kromosom tidak normal.
Oleh karena itu, PGT-A sangat direkomendasikan untuk digunakan oleh kelompok usia tersebut. Tujuannya, agar dokter dapat memilih embrio sehat dengan baik sehingga kehamilan dan kesehatan bayi bisa lebih tinggi.
Baca juga: Kisah Pemilik Beauty Barn, Obat Alergi alami Bagi Bayi
Di sisi lain, teknologi ini juga dapat mengidentifikasi embrio dengan kromosom seks yang normal atau sehat dengan mengidentifikasi kromososm 46 XX atau 46 XY.
Editor: Dika Irawan
Direktur Medis Morula IVF Indonesia Arie A Polim mengatakan PGT-A dapat membantu pasangan yang sudah berulang kali menjalankan program bayi tabung dan tetap tidak berhasil. Sebab, PGT-A akan membantu embriolog memilih embrio dengan kromosom yang terbaik sehingga potensi kehamilannya menjadi lebih besar.
Baca juga: 4 Manfaat Skin to Skin Orang Tua dengan Bayi Baru Lahir
“Embrio biasanya pada hari kelima dapat ditanam setelah dianggap memenuhi kriteria. Namun, embrio yang dianggap baik itu masih memiliki kemungkinan genetik yang tidak normal. Nah, itu harus di tes untuk pembuktian. Tes tersebut ialah PGT-A,” ujar Arie A Polim dalam konferensi pers Morula IVF di kawasan Jakarta Pusat.
Melalui pemeriksaan PGT-A, dokter dapat mengetahui kromosom dari embrio secara lebih detail, termasuk soal kelainan yang ada di dalamnya. Pengecekan lebih mendalam ini akan membuat dokter memilih embrio secara lebih cermat.
Sebelum adanya PGT-A, dokter hanya memilih embrio berdasarkan bentuk dan pengalaman. Di lapangan, kerap ditemui sperma, sel telur, dan embrio dalam kondisi yang baik secara morfologi.
Namun, ketika dicoba dengan program bayi tabung, ternyata tidak menghasilkan kehamilan. Hal itu terjadi karena tidak semua bentuk embrio yang bagus, memiliki kromosom yang normal.
Persentase Kehamilan Meningkat Hampir 70 Persen
Sampai saat ini keberhasilan bayi tabung masih di sekitar 45 persen-50 persen. Dengan adanya PGT-A, keberhasilan kehamilan bisa ditingkatkan menjadi hampir 70 persen.Direktur Scientific Morula IVF Indonesia Arief Boediono mengatakan PGT-A merupakan teknologi bayi tabung unggulan saat ini. Teknologi tersebut dapat membantu proses screening kromosom pada embrio yang dimiliki.
Jadi, embrio yang dipilih benar-benar telah melalui proses seleksi ketat. Hal itu membuat penggunaan teknologi PGT-A pada program bayi tabung memiliki peluang kehamilan lebih besar.
Berdasarkan studi yang dilakukan Morula IVF sejak 2019-2022, PGT-A bahkan mampu meningkatkan keberhasilan kehamilan pada wanita umur 40 tahun ke atas.
Program PGT-A dapat membantu potensi kehamilan sebesar 68 persen pada kelompok umur 38-39 tahun. Teknologi ini juga tetap memiliki potensi keberhasilan sebesar 46 persen pada wanita dengan umur 40 tahun ke atas.
“Kalau kromosomnya normal, persentase kehamilannya akan lebih tinggi. Sebab, 96 persen dari embrio yang enggak normal kromosomnya, biasanya dilakukan aborsi,” ucap Arief.
Arief mengatakan penelitian juga mengungkap pasien dalam rentang usia 36-44 tahun memiliki angka kromosom normal dengan jumlah yang lebih rendah dibanding kromosom tidak normal.
Oleh karena itu, PGT-A sangat direkomendasikan untuk digunakan oleh kelompok usia tersebut. Tujuannya, agar dokter dapat memilih embrio sehat dengan baik sehingga kehamilan dan kesehatan bayi bisa lebih tinggi.
Baca juga: Kisah Pemilik Beauty Barn, Obat Alergi alami Bagi Bayi
Di sisi lain, teknologi ini juga dapat mengidentifikasi embrio dengan kromosom seks yang normal atau sehat dengan mengidentifikasi kromososm 46 XX atau 46 XY.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.