Pesona Karya Seni Kontemporer & Surealis di Art Moments Jakarta 2022
06 November 2022 |
11:35 WIB
1
Like
Like
Like
Karya seni rupa kontemporer dan surealis banyak menghipnotis pengunjung di gelaran seni Art Moments Jakarta (AMJ) 2022. Dihelat di Grand Ballroom, Sheraton Grand Jakarta Gandaria City dan Gandaria City Hall, salah satu bursa seni terbesar di Indonesia ini berlangsung pada 4-6 November 2022.
Saat kita masuk ke galeri Zen1 misalnya, pengunjung akan disambut lukisan kontemporer karya Andry Boy Kurniawan, berjudul Fortune Favors the Bold. Lukisan berdimensi 160 X 130 cm itu menggambarkan karakter-karakter pop art seperti Gundala, Superhero, dan Marylin Monroe yang sedang bernyanyi di atas panggung.
Menggunakan media akrilik di atas kanvas, Boy menuturkan bahwa dia banyak mengambil inspirasi dari ikon-ikon yang disaksikan saat masa kecil. Tapi, alih-alih hanya sebagai nostalgia, dia juga menyusupkan visual dengan keadaan yang relevan dengan kondisi sekarang.
Baca juga: Seniman Andry Boy Kurniawan Bawa Koleksi Contemporary Yesterday di Art Moments Jakarta 2022
Karya dengan tema yang sama juga terlihat dalam lukisan berjudul Know It's Only Rock & Roll, But I Like It (200 X 300 cm/ acrilyc on canvas). Lukisan itu memacak karakter seperti Pak Ogah, Unyil, Usro, dan Meilani yang sedang manggung bareng Rolling Stones dengan penonton gummy bear berwarna-warni di depannya.
"Pop [art] adalah inspirasi yang mendadak muncul jadi semangatnya adalah semangat yang sekarang, dengan konten lokal. Ini sesuatu yang dekat dengan saya. Jadi saya tidak mengada-ada terhadap sesuatu yang jauh," papar Boy saat ditemui Hypeabis.id, Sabtu (5/11).
Mengambil tajuk pameran, Contemporary Yesterday, karya-kaya seniman ini memang banyak memadukan berbagai unsur budaya pop hingga sejarah dari masa lampau tapi dengan pendekatan kekinian. Salah satunya adalah dia mengkombinasikannya dengan filter di Instagram.
Seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu berharap, dengan memasukkanya ke media sosial orang-orang yang tidak bisa mengkoleksi karyanya tetap dapat menikmati karya-karya yang dia buat melalui media teknologi.
"Ini jadi semacam memberikan balancing aja antara karya yang personal dan dikoleksi tapi tetap bisa diakses lewat teknologi. Saya kira itu sih," terang Boy.
Sementara itu, kurator Rizki A. Zaelani mengatakan semua gambaran yang nampak pada karya-karya Boy menjelaskan sifat sang pelukis yang auto refrensial. Tiap karakter imej dalam lukisan tersebut terus bersirkulasi dan saling menyebarkan data informasi visual.
"Realitas yang dirujuk Boy bukan realitas yang sesungguhnya, tapi realitas simulatif yang berkembang dalam sirkulasi arus informasi global," papar Rizki.
Bergerak ke arah kiri both, pengunjung akan dihadapkan pada pesona karya seniman muda asal Bali I Made Dabi Arnasa. Di ruang ini kita akan terpaku dengan lukisan-lukisan surealistik yang didominasi warna gelap serta permainan kontras warna terang yang mencolok.
Salah satunya lewat karya bertajuk Running from Fire Stone. Lukisan berdimensi 160 X 150 cm itu menggambarkan adegan seseorang yang lari turun dari sebuah gunung. Tapi, di bawahnya ada visual yang kontras, dengan karakter berbeda dan memilki semestanya sendiri. Tidak saling berhubungan, namun menawarkan pengalaman estetika yang unik.
Menurut Dabi lukisan tersebut berasal dari tafsirannya terhadap mimpi-mimpi yang dia alami atau didapatkan dari cerita orang-orang di sekelilingnya. Dari sanalah dia lalu merangkai jadi sebuah adegan yang diejawantahkan dalam karya visual.
"Dari mimpi-mimpi itulah saya bisa jadi kayak sutradara dalam lukisan saya sendiri. Membuat panggung pertunjukan di dalam sebuah kabinet atau tempat menyimpan potongan-potongan cerita mimpi," papar Dabi.
Menjadi debut pameran tunggalnya, Dabi sendiri mengaku karya-karya yang dipajang sengaja dipersiapkan untuk gelaran Art Moments Jakarta 2022. Seniman lulusan ISI Yogyakarta ini mengatakan pengemasan karya-karyanya juga berbeda bila dibandingkan pemeran sebelumnya.
Kurator Rizki A. Zaelani mengatakan imaji mimpi telah digunakan banyak pelukis, salah satunya Salvador Dali. Tapi dalam karya-karya Dabi, tema lukisan yang dibuat sang seniman masih memiliki struktur. Tak ayal unsur-unsur dari setiap karakter luisan Dabi akhirnya hadir dan saling menguatkan.
"Dabi menjadikan keadaan landscape yang terbuka dengan ruang yang terbatas dalam kota-kotak penyimpanan justru saling menguatkan, bukan saling meniadakan satu sama lain," papar Kiki.
Baca juga: Lukisan Cerita-cerita Mimpi Seniman I Made Dabi Arnasa di Art Moments Jakarta 2022
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Saat kita masuk ke galeri Zen1 misalnya, pengunjung akan disambut lukisan kontemporer karya Andry Boy Kurniawan, berjudul Fortune Favors the Bold. Lukisan berdimensi 160 X 130 cm itu menggambarkan karakter-karakter pop art seperti Gundala, Superhero, dan Marylin Monroe yang sedang bernyanyi di atas panggung.
Salah satu karya Boy Kurniawan (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
Menggunakan media akrilik di atas kanvas, Boy menuturkan bahwa dia banyak mengambil inspirasi dari ikon-ikon yang disaksikan saat masa kecil. Tapi, alih-alih hanya sebagai nostalgia, dia juga menyusupkan visual dengan keadaan yang relevan dengan kondisi sekarang.
Baca juga: Seniman Andry Boy Kurniawan Bawa Koleksi Contemporary Yesterday di Art Moments Jakarta 2022
Karya dengan tema yang sama juga terlihat dalam lukisan berjudul Know It's Only Rock & Roll, But I Like It (200 X 300 cm/ acrilyc on canvas). Lukisan itu memacak karakter seperti Pak Ogah, Unyil, Usro, dan Meilani yang sedang manggung bareng Rolling Stones dengan penonton gummy bear berwarna-warni di depannya.
"Pop [art] adalah inspirasi yang mendadak muncul jadi semangatnya adalah semangat yang sekarang, dengan konten lokal. Ini sesuatu yang dekat dengan saya. Jadi saya tidak mengada-ada terhadap sesuatu yang jauh," papar Boy saat ditemui Hypeabis.id, Sabtu (5/11).
Mengambil tajuk pameran, Contemporary Yesterday, karya-kaya seniman ini memang banyak memadukan berbagai unsur budaya pop hingga sejarah dari masa lampau tapi dengan pendekatan kekinian. Salah satunya adalah dia mengkombinasikannya dengan filter di Instagram.
Seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu berharap, dengan memasukkanya ke media sosial orang-orang yang tidak bisa mengkoleksi karyanya tetap dapat menikmati karya-karya yang dia buat melalui media teknologi.
"Ini jadi semacam memberikan balancing aja antara karya yang personal dan dikoleksi tapi tetap bisa diakses lewat teknologi. Saya kira itu sih," terang Boy.
Sementara itu, kurator Rizki A. Zaelani mengatakan semua gambaran yang nampak pada karya-karya Boy menjelaskan sifat sang pelukis yang auto refrensial. Tiap karakter imej dalam lukisan tersebut terus bersirkulasi dan saling menyebarkan data informasi visual.
"Realitas yang dirujuk Boy bukan realitas yang sesungguhnya, tapi realitas simulatif yang berkembang dalam sirkulasi arus informasi global," papar Rizki.
Fragmen Mimpi yang Menjelma Lukisan
Bergerak ke arah kiri both, pengunjung akan dihadapkan pada pesona karya seniman muda asal Bali I Made Dabi Arnasa. Di ruang ini kita akan terpaku dengan lukisan-lukisan surealistik yang didominasi warna gelap serta permainan kontras warna terang yang mencolok.Salah satunya lewat karya bertajuk Running from Fire Stone. Lukisan berdimensi 160 X 150 cm itu menggambarkan adegan seseorang yang lari turun dari sebuah gunung. Tapi, di bawahnya ada visual yang kontras, dengan karakter berbeda dan memilki semestanya sendiri. Tidak saling berhubungan, namun menawarkan pengalaman estetika yang unik.
Ilustrasi lukisan I Made Dabi Arnasa (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung Ginanjar)
Menurut Dabi lukisan tersebut berasal dari tafsirannya terhadap mimpi-mimpi yang dia alami atau didapatkan dari cerita orang-orang di sekelilingnya. Dari sanalah dia lalu merangkai jadi sebuah adegan yang diejawantahkan dalam karya visual.
"Dari mimpi-mimpi itulah saya bisa jadi kayak sutradara dalam lukisan saya sendiri. Membuat panggung pertunjukan di dalam sebuah kabinet atau tempat menyimpan potongan-potongan cerita mimpi," papar Dabi.
Menjadi debut pameran tunggalnya, Dabi sendiri mengaku karya-karya yang dipajang sengaja dipersiapkan untuk gelaran Art Moments Jakarta 2022. Seniman lulusan ISI Yogyakarta ini mengatakan pengemasan karya-karyanya juga berbeda bila dibandingkan pemeran sebelumnya.
Kurator Rizki A. Zaelani mengatakan imaji mimpi telah digunakan banyak pelukis, salah satunya Salvador Dali. Tapi dalam karya-karya Dabi, tema lukisan yang dibuat sang seniman masih memiliki struktur. Tak ayal unsur-unsur dari setiap karakter luisan Dabi akhirnya hadir dan saling menguatkan.
"Dabi menjadikan keadaan landscape yang terbuka dengan ruang yang terbatas dalam kota-kotak penyimpanan justru saling menguatkan, bukan saling meniadakan satu sama lain," papar Kiki.
Baca juga: Lukisan Cerita-cerita Mimpi Seniman I Made Dabi Arnasa di Art Moments Jakarta 2022
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.