Hypereport: Fenomena Vtuber, Adu Persona Karakter Animasi Lewat Konten YouTube
05 November 2022 |
14:59 WIB
Genhype pasti sudah mengenal istilah Vtuber. Vtuber atau virtual Youtuber marak menjadi konten trending di pertengahan masa pandemi lalu. Menjual persona lewat konten yang variatif, para Vtuber acap kali menarik perhatian penontonnya dengan keunikan avatar digital atau karakter fiksi dalam bentuk animasi.
Meski tren konten virtual sudah dimulai ada sejak 2010, di Indonesia konten-konten Vtuber baru naik daun sekitar pertengahan 2021 lalu. Dalam ragam kontennya, biasanya Vtuber akan melakukan live streaming konten interaktif dengan penontonnya.
Siapa sangka jika konten ini mampu menarik market tersendiri untuk menjadi penonton setia. Selain adanya faktor kedekatan yang terjalin antara streamer dan penonton, konten yang unik juga menjadi daya tarik tersendiri mengapa Vtuber sangat digilai penggemarnya.
Deputi Edukasi AINAKI, Deddy Syamsudin menyampaikan, maraknya penggunaan animasi di ranah Vtuber sangat memperkaya konten-konten animasi secara distribusi. “Vtuber itu sebetulnya menjual persona atau kepribadian dia, yang mediumnya dia pakai dengan tools animasi. Secara distribusi memang iya mereka memperkaya industri animasi secara umum,” kata Deddy.
Baca juga: Dukung Kreator, YouTube Luncurkan 2 Program Monetisasi Konten
Lebih lanjut, maraknya konten animasi dalam dunia streaming seperti yang dilakukan Vtuber dinilai Deddy sebagai salah satu pasar baru dalam industri konten dan animasi secara keseluruhan.
"Mereka mungkin menyadari bahwa orang-orang ada yang bisa melihat Youtuber dalam wujud orang ya, jadi mereka membuat sebuah makhluk virtual yang tidak punya track record buruk seperti yang mungkin terjadi pada real human,” kata Deddy.
Pola konten yang dilakukan Vtuber berangkat dari ide animasi sebagai medium. Meski hits dalam waktu cepat, tren Vtuber tetap harus dijaga dengan konten di berbagai platform agar terus bisa bertahan. “Supaya longlast, Vtuber harus menghidupkan karakternya di platform lain juga. Jadi tetap balik lagi ke bisnis model untuk bertahan di industri ini,” lanjutnya.
Baca juga laporan khusus terkait:
Vtuber, Mengaburkan Batas Imajinasi & Realita
Fenomena Vtuber & Tantangannya, Benarkah Raup Penghasilan Fantastis?
Peluang & Tantangan Agensi Vtuber di Indonesia
Hal senada juga disampaikan oleh Co-Founder & Chief of Creative KAWI Animation, Ronny Gani mengatakan tren Vtuber ini diperkuat dengan maraknya posisi animasi sebagai medium para kreator untuk menyentuh ranah audiens.
“Perkembangan teknologi dan sosial yang ada sekarang memungkinkan fenomena digital avatar hadir sebagai seorang karakter yang bisa relate, disukai, dan diajak berinteraksi oleh penonton tertentu,” kata Ronny.
Tren Vtuber menambah ragam animasi yang dulunya identik dengan korporasi-korporasi besar, kini merambah ke animator yang berdiri sendiri. Menurutnya, fenomena ini menambah area penerapan dalam industri animasi yang sebelumnya ada di film, animasi, dan sejenisnya dan membuka kesempatan serta potensi dari animator untuk terlibat juga di konten-konten milik kreator seperti Vtuber.
Vtuber memang sudah terlihat mampu eksis bersaing dengan konten lainnya sejak dahulu. Hal ini terlihat saat beberapa digital avatars yang sejak lama sudah mampu mengumpulkan banyak audiens yang selanjutnya mereka bisa bersaing secara eksistensi layaknya selebriti dalam dunia nyata.
“Animator-animator yang mencari peluang sendiri ini bisa terintegrasi dan jasanya digunakan oleh pelaku bisnis seperti kreator konten,” kata Ronny.
Karena Vtuber bukan hanya menjual karakter animasi pada kontennya, persona dan kepribadian menjadi hal utama yang harus dijaga disamping jadwal streaming yang padat. Bahkan, satu orang di balik karakter Vtuber bisa memiliki lebih dari satu kepribadian.
Meski tren konten virtual sudah dimulai ada sejak 2010, di Indonesia konten-konten Vtuber baru naik daun sekitar pertengahan 2021 lalu. Dalam ragam kontennya, biasanya Vtuber akan melakukan live streaming konten interaktif dengan penontonnya.
Siapa sangka jika konten ini mampu menarik market tersendiri untuk menjadi penonton setia. Selain adanya faktor kedekatan yang terjalin antara streamer dan penonton, konten yang unik juga menjadi daya tarik tersendiri mengapa Vtuber sangat digilai penggemarnya.
Deputi Edukasi AINAKI, Deddy Syamsudin menyampaikan, maraknya penggunaan animasi di ranah Vtuber sangat memperkaya konten-konten animasi secara distribusi. “Vtuber itu sebetulnya menjual persona atau kepribadian dia, yang mediumnya dia pakai dengan tools animasi. Secara distribusi memang iya mereka memperkaya industri animasi secara umum,” kata Deddy.
Baca juga: Dukung Kreator, YouTube Luncurkan 2 Program Monetisasi Konten
Lebih lanjut, maraknya konten animasi dalam dunia streaming seperti yang dilakukan Vtuber dinilai Deddy sebagai salah satu pasar baru dalam industri konten dan animasi secara keseluruhan.
"Mereka mungkin menyadari bahwa orang-orang ada yang bisa melihat Youtuber dalam wujud orang ya, jadi mereka membuat sebuah makhluk virtual yang tidak punya track record buruk seperti yang mungkin terjadi pada real human,” kata Deddy.
Pola konten yang dilakukan Vtuber berangkat dari ide animasi sebagai medium. Meski hits dalam waktu cepat, tren Vtuber tetap harus dijaga dengan konten di berbagai platform agar terus bisa bertahan. “Supaya longlast, Vtuber harus menghidupkan karakternya di platform lain juga. Jadi tetap balik lagi ke bisnis model untuk bertahan di industri ini,” lanjutnya.
Ilustrasi live streamer. (Sumber gambar: Pexels/Karolina Grabowska)
Baca juga laporan khusus terkait:
Vtuber, Mengaburkan Batas Imajinasi & Realita
Fenomena Vtuber & Tantangannya, Benarkah Raup Penghasilan Fantastis?
Peluang & Tantangan Agensi Vtuber di Indonesia
Hal senada juga disampaikan oleh Co-Founder & Chief of Creative KAWI Animation, Ronny Gani mengatakan tren Vtuber ini diperkuat dengan maraknya posisi animasi sebagai medium para kreator untuk menyentuh ranah audiens.
“Perkembangan teknologi dan sosial yang ada sekarang memungkinkan fenomena digital avatar hadir sebagai seorang karakter yang bisa relate, disukai, dan diajak berinteraksi oleh penonton tertentu,” kata Ronny.
Tren Vtuber menambah ragam animasi yang dulunya identik dengan korporasi-korporasi besar, kini merambah ke animator yang berdiri sendiri. Menurutnya, fenomena ini menambah area penerapan dalam industri animasi yang sebelumnya ada di film, animasi, dan sejenisnya dan membuka kesempatan serta potensi dari animator untuk terlibat juga di konten-konten milik kreator seperti Vtuber.
Vtuber memang sudah terlihat mampu eksis bersaing dengan konten lainnya sejak dahulu. Hal ini terlihat saat beberapa digital avatars yang sejak lama sudah mampu mengumpulkan banyak audiens yang selanjutnya mereka bisa bersaing secara eksistensi layaknya selebriti dalam dunia nyata.
“Animator-animator yang mencari peluang sendiri ini bisa terintegrasi dan jasanya digunakan oleh pelaku bisnis seperti kreator konten,” kata Ronny.
Karena Vtuber bukan hanya menjual karakter animasi pada kontennya, persona dan kepribadian menjadi hal utama yang harus dijaga disamping jadwal streaming yang padat. Bahkan, satu orang di balik karakter Vtuber bisa memiliki lebih dari satu kepribadian.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.