Hasil Karya lima Perupa dalam Pink Ribbon aBRAkadabra. Kiri ke kanan, Astuti Kusumo, Mola, Heti Palestina Yunani, Vera Lasut, Prajna Dewantara, Nining Niluh Sudarti. (sumber gambar: Dok. Hilton Garden Inn Jakarta Taman Palem)

5 Karya Lukis Medium Bra Ini dilelang untuk Donasi Kanker Payudara

31 October 2022   |   20:05 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Lima perupa wanita Indonesia mengadakan aksi bertajuk aBRAkadabra, berupa lelang karya untuk donasi ke Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Aksi lelang ini berkolaborasi dengan Hilton Garden Inn Jakarta Taman Palem dalam rangka kampanye Pink Ribbon untuk mendukung penanganan kanker payudara di Indonesia.

Pelelangan dimulai dengan pemaparan hasil karya secara daring melalui Instagram bersama Heti Palestina Yunani sebagai Kurator, dan diikuti oleh lima perupa yaitu Astuti Kusumo dan Nining Niluh Sudarti dari Jawa Tengah, Prajna Dewantara dan Vera Lasut dari Jakarta, Mola dari Cimahi.

Lelang aBRAkadabra ini akan berlangsung secara daring melalui akun Instagram milik hotel yaitu @hiltongardeninntamanpalem, mulai 30 Oktober 2022, dan akan ditutup pada Sabtu 5 November 2022. Adapun pengumuman pemenang lelang pada 6 November 2022 melalui akun yang sama.

Genhype dapat mengikuti lelang karya para perupa ini, dengan mengisi pada kolom komentar dengan nominal yang diinginkan. Harga lelang dibuka mulai dari Rp459.000 dan pemenang lelang ditentukan berdasarkan penawaran harga tertinggi pada tiap karya masing-masing perupa.

Baca juga: 7 Fakta di Balik Pink Pony Polo yang Dikenakan Mark Lee NCT, Komitmen untuk Penyintas Kanker Payudara

Pada pemaparan secara daring, Kurator Heti Palestina Yunani menyampaikan bahwa publik diajak untuk mengapresiasi karya unik dari perupa, yaitu lukisan di atas bidang bra ini tanpa melihat ukuran maupun fungsi asli dari karya tersebut.

"Mari kita berfokus pada apresiasi karya dan donasi untuk mendukung survivor dan pasien kanker payudara,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (31/10/2022)

Kelima perupa menyampaikan karya dan konsep yang berbeda. Masing-masing juga menyampaikan pesan khusus melalui karyanya. Berikut catatan kuratorial dari Heti Palestina Yunani untuk kelima karya tersebut.


1. Wuyung karya Astuti Kusumo.

 

Wuyung atau kasmaran, identik dengan perwujudan cinta berikut di dalamnya kasih sayang. Umumnya terkait dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Namun berangkat dari titik itu, Astuti melangkah lebih jauh untuk memaknai Wuyung. Dengan sosok laki-laki dan perempuan yang dia gambarkan di atas bra, cinta yang tumbuh sejatinya bisa menjangkau hal-hal yang lebih jauh dan luas. Termasuk untuk para perempuan penderita kanker payudara.

Di mata Astuti, perempuan dengan derita tersebut sangatlah membutuhkan dukungan yang besar. Sebagai pendamping perempuan, sikap laki-laki yang memberikan penerimaan besar terhadap perempuan penderita kanker payudara adalah sebuah bukti cinta yang besar. Itulah makna Wuyung yang sangat agung.


2. Power of Girl karya Mola.

 

Kadang, betapa kelirunya orang melihat wanita. Di balik kelembutannya yang disangka sebagai kelemahan. Atau sangkaan lain yang tidak benar. Namun sayang itu yang sering terjadi di tengah masyarakat. Bukan saja salah di pikiran pria atas wanita, tapi juga oleh wanita atas wanita. Kadang, wanitalah yang melemahkan wanita itu sendiri.

Untuk membuat diri kuat, sebenarnya wanita bukan berperang dengan pria. Namun menurut Mola, Power of Girl punya pesan bahwa kekuatan itu harus diberdayakan oleh wanita itu sendiri. Tak perlu bersaing dengan siapa saja. Jika masalah bisa diselesaikan oleh setiap orang (wanita) maka kekuatan itu dengan sendirinya akan muncul.

Tak perlu memusingkan apa yang disangka oleh orang lain di luar sana. Wanita bisa membalikkan apa yang salah itu tanpa membantahnya. Dengan terus bergerak melakukan tugasnya dan berkarya, kekuatan wanita itu akan bermanfaat, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun bisa meluas untuk sekitarnya.


3. Pro-Life karya Nining Niluh Sudarti.

 

Inilah keberpihakan Nining Niluh Sudarti pada hidup wanita. Baik sebagai individu dan perempuan sebagai gender dalam sosial masyarakat. Sikap pro Niluh itu ada alasan. Sebagai pakaian intim dan pribadi, kadang Niluh jengah karena seringkali orang menilai seorang wanita dari ukuran bra. Atas fenomena itu, Niluh mengajukan pertanyaan gelisah tentang ekspresi tubuh perempuan yang perlu dikritik. Mengapa mencela? Mengapa menilai? Mengapa menindas?

Pro-life ditujukan untuk peringatan bahwa feminitas dan tubuh wanita adalah bukti signifikan dari kekuatan simbolis. Tidak peduli berapa ukuran bra mereka. Apalagi kita bisa mengambil pilihan lain yang lebih baik. Untuk apa? Paling tidak ya bersama dan saling mendukung. Daripada mengkritik, menindas, atau menyebarkan hal negatif.

Inilah bentuk harapan, unik, kreatif, artistik, dan imajinatif. Lewat benda berupa bra terbukalah kesempatan bagi semua untuk mengambil bagian; pro atau peduli kepada sesama. Diwadahi dalam tujuan yang besar untuk membantu, terutama buat wanita penderita kanker payudara. Pro-life. Hanya sikap itu yang menjadi dukungan berarti bagi yang membutuhkan.
 

4. Beautiful Bone karya Prajna Dewantara.

 

Tak tahu, jika kanker payudara bisa menyebar ke tulang mana pun. Termasuk tulang rusuk. Nyerinya menjadi salah satu gejala sebelum kanker itu terdiagnosis. Ia lah yang menampung jantung dan paru-paru. Menjadi organ penting dalam tubuh kita yang membuat tetap hidup.

Sebagai simbol, tulang rusuk berarti mendalam. Mewakili amal, perlindungan, pertahanan, kekuatan, keberanian, keberlangsungan, dan ketekunan. Bila dicermati, ia melambangkan pose tubuh yang membungkuk dan memberi, tanpa pernah patah di bawah tekanan apa pun.

Di situlah kecantikan tulang rusuk. Beautiful Bone. Dengannya, Prajna mengingatkan siapa saja untuk jangan menjadi rentan. Jangan biarkan diri kita merasakan rasa sakit yang mengalahkan. Bersama orang-orang tepercaya yang mau membantu, tulang rusuk akan terkuatkan. Menjelma bagai kupu-kupu dan bunga, Prajna mengangkat sisi kewanitaan yang diliputi harapan abadi dan menjadi kehidupan indah itu sendiri.


5. Transformation karya Vera Lasut.

 

Ada dua sosok yang digambarkan Vera Lasut dalam Transformation. Sisi kiri adalah sosok Calon Arang, sisi kanan adalah rupa naga. Ada apa dengan keduanya?

Senada dengan karya artwork Vera Lasut yang berjudul Survivor Spirit, Vera masih berbicara dari Calon Arang yang disimbolkannya sebagai perlawanan kaum perempuan yang sudah lama mengakar dalam budaya Indonesia. Sejak lama perempuan memang telah berjuang menempatkan diri sebagai human being yang terhormat.

Setelah melewati proses yang luar biasa dalam hidupnya, kisah Calon Arang itu menunjukkan kepada siapa saja bahwa perubahan ke arah yang lebih baik akan dicapai jika kaum perempuan itu berani mengungkapkan pendapat dengan sebuah tindakan nyata. Tahapan itu harus dijalani dengan segala pengorbanan yang tak mudah.

Namun pasti ada akhir dari upaya. Proses selalu melahirkan masa transformasi yang diharapkan. Bahkan menjadi naga sekali pun. Bukan rupa mengerikan yang dilihat namun naga adalah gambaran makhluk yang mewakili simbol transformasi luar biasa. Dalam budaya tradisional China, naga adalah makhluk agung yang melambangkan kekuatan, keluhuran, kehormatan, keberuntungan, dan kesuksesan.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Pengguna Instagram Alami Force Close Aplikasi Tiap 30 Detik, Simak Cara Mengatasinya

BERIKUTNYA

6 Potret Selebritas Cosplay Karakter di Perayaan Halloween, Salah Satunya Kendall Jenner Jadi Jessie Toy Story

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: