Sistem WFH Perbaiki Kualitas Hidup Jutaan Pekerja di Dunia
31 October 2022 |
19:59 WIB
Banyak orang sekarang menghabiskan lebih sedikit waktu bepergian dengan diberlakukannya sistem kerja jarak jauh selama pandemi. Sejumlah riset dan studi menyebutkan bahwa praktik work from home/anywhere akan menjadi budaya kerja baru. Apa saja yang dilakukan pekerja dengan adanya tambahan waktu yang sebelumnya banyak mereka habiskan di jalan?
Para peneliti di Federal Reserve Bank of New York telah menemukan bahwa pekerja di berbagai kelompok usia kini memiliki waktu tidur lebih panjang serta kualitas tidur yang lebih baik, memiliki banyak waktu untuk rekreasi dan bahkan memotong jam kerja mereka secara keseluruhan.
Merujuk pada data dari WFH Research's American Time Use Survey (ATUS), per Juni 2022, 15 persen karyawan penuh waktu bekerja sepenuhnya dari jarak jauh, sementara 55 persen bekerja penuh waktu di kantor, dan 30 persen bekerja hybrid.
"Secara keseluruhan, orang Amerika sekarang memangkas hingga 60 juta jam untuk bepergian ke tempat kerja setiap hari," ujar David Dam, mantan analis riset di Federal Reserve Bank of New York, dalam sebuah blogpost.
Baca juga: WFA, Tren Kerja yang Bakal Marak Usai Pandemi
Pengurangan jam kerja di kantor dan waktu yang dihabiskan di jalan memberikan pekerja lebih banyak waktu untuk memperkaya diri dengan kegiatan positif atau sekadar menghabiskan waktu di rumah.
Dam menuturkan bahwa data ATUS menunjukkan bahwa pekerja jarak jauh menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersantai dan tidur. Orang Amerika yang lebih muda dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu di acara sosial, makan di restoran atau bar, dan berolahraga.
Sementara mereka yang berada di kelompok usia yang lebih tua mengalokasikan lebih banyak waktu untuk pengasuhan anak, pekerjaan rumah tangga dan perbaikan, hingga menyiapkan makan.
Sayangnya, perbaikan kualitas hidup ini tidak serta merta mendapatkan respon positif dari perusahaan meskipun secara umum pekerja menunjukkan produktivitas yang lebih baik dengan bekerja dari rumah atau dari mana saja.
Menurut data Microsoft, sebagian besar pemimpin bisnis tidak mempercayai pekerja jarak jauhdan menginginkan mereka kembali ke kantor. Ini menyebabkan eksekutif senior mendapatkan 'paranoia produktivitas', yang mengancam masa depan sistem kerja hybrid.
Sejumlah perusahaan juga menemukan fenomena 'over employment' di mana pekerja mengambil dua pekerjaan full-time dalam satu waktu bersamaan dengan populernya sistem work from home.
Di sisi lain, Economist beberapa waktu lalu melaporkan bahwa perusahaan mengurangi jumlah izin sakit karena paandemi dan WFH telah mengubah standar kondisi di mana seorang pekerja dianggap tidak fit untuk bekerja.
Penelitian oleh profesor Universitas Stanford Nick Bloom, profesor Instituto Tecnológico Autónomo de México Jose Maria Barrero, dan Universitas Rekan peneliti Chicago, Steven Davis, menyebutkan bahwa ketika sistem kerja dari rumah telah mengalami peningkatan sebelum pandemi, kini trennya bergerak lebih cepat 30 tahun saat Covid-19 merebak.
Jika Genhype perhatikan, saat ini negosiasi benefit yang diajukan pekerja juga lebih banyak fokus pada waktu kerja yang fleksibel. Berangkat dari pandemi, permintaan untuk remote working juga meningkat.
Namun, sebuah data yang dihimpun LinkedIn menunjukkan bahwa pada Februari 2022, satu dari lima pekerjaan yang diiklankan di situs di AS menawarkan sistem pekerjaan jarak jauh.
Baca juga: Marak Toxic Environment di Lingkungan Kerja, WHO Buat Pedoman Global Kesehatan Mental dan Pekerjaan
Pada September, angka ini turun menjadi hanya 14 persen. Sementara itu, daya pikat peluang ini semakin berkembang di mana pencarian untuk daftar pekerjaan jarak jauh meningkat 52 persen lamaran, naik dari 50 persen di bulan Februari.
Kalau Genhype sendiri, bagaimana kalian menghabiskan waktu dengan bekerja dari rumah? Apa benar hal ini berdampak langsung pada produktivitas kalian?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Para peneliti di Federal Reserve Bank of New York telah menemukan bahwa pekerja di berbagai kelompok usia kini memiliki waktu tidur lebih panjang serta kualitas tidur yang lebih baik, memiliki banyak waktu untuk rekreasi dan bahkan memotong jam kerja mereka secara keseluruhan.
Merujuk pada data dari WFH Research's American Time Use Survey (ATUS), per Juni 2022, 15 persen karyawan penuh waktu bekerja sepenuhnya dari jarak jauh, sementara 55 persen bekerja penuh waktu di kantor, dan 30 persen bekerja hybrid.
"Secara keseluruhan, orang Amerika sekarang memangkas hingga 60 juta jam untuk bepergian ke tempat kerja setiap hari," ujar David Dam, mantan analis riset di Federal Reserve Bank of New York, dalam sebuah blogpost.
Baca juga: WFA, Tren Kerja yang Bakal Marak Usai Pandemi
Pengurangan jam kerja di kantor dan waktu yang dihabiskan di jalan memberikan pekerja lebih banyak waktu untuk memperkaya diri dengan kegiatan positif atau sekadar menghabiskan waktu di rumah.
Dam menuturkan bahwa data ATUS menunjukkan bahwa pekerja jarak jauh menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersantai dan tidur. Orang Amerika yang lebih muda dilaporkan menghabiskan lebih banyak waktu di acara sosial, makan di restoran atau bar, dan berolahraga.
Sementara mereka yang berada di kelompok usia yang lebih tua mengalokasikan lebih banyak waktu untuk pengasuhan anak, pekerjaan rumah tangga dan perbaikan, hingga menyiapkan makan.
Sayangnya, perbaikan kualitas hidup ini tidak serta merta mendapatkan respon positif dari perusahaan meskipun secara umum pekerja menunjukkan produktivitas yang lebih baik dengan bekerja dari rumah atau dari mana saja.
Menurut data Microsoft, sebagian besar pemimpin bisnis tidak mempercayai pekerja jarak jauhdan menginginkan mereka kembali ke kantor. Ini menyebabkan eksekutif senior mendapatkan 'paranoia produktivitas', yang mengancam masa depan sistem kerja hybrid.
Ilustrasi remote working. (Sumber gambar: Pexels/olia danilevich)
Sejumlah perusahaan juga menemukan fenomena 'over employment' di mana pekerja mengambil dua pekerjaan full-time dalam satu waktu bersamaan dengan populernya sistem work from home.
Di sisi lain, Economist beberapa waktu lalu melaporkan bahwa perusahaan mengurangi jumlah izin sakit karena paandemi dan WFH telah mengubah standar kondisi di mana seorang pekerja dianggap tidak fit untuk bekerja.
Penelitian oleh profesor Universitas Stanford Nick Bloom, profesor Instituto Tecnológico Autónomo de México Jose Maria Barrero, dan Universitas Rekan peneliti Chicago, Steven Davis, menyebutkan bahwa ketika sistem kerja dari rumah telah mengalami peningkatan sebelum pandemi, kini trennya bergerak lebih cepat 30 tahun saat Covid-19 merebak.
Jika Genhype perhatikan, saat ini negosiasi benefit yang diajukan pekerja juga lebih banyak fokus pada waktu kerja yang fleksibel. Berangkat dari pandemi, permintaan untuk remote working juga meningkat.
Namun, sebuah data yang dihimpun LinkedIn menunjukkan bahwa pada Februari 2022, satu dari lima pekerjaan yang diiklankan di situs di AS menawarkan sistem pekerjaan jarak jauh.
Baca juga: Marak Toxic Environment di Lingkungan Kerja, WHO Buat Pedoman Global Kesehatan Mental dan Pekerjaan
Pada September, angka ini turun menjadi hanya 14 persen. Sementara itu, daya pikat peluang ini semakin berkembang di mana pencarian untuk daftar pekerjaan jarak jauh meningkat 52 persen lamaran, naik dari 50 persen di bulan Februari.
Kalau Genhype sendiri, bagaimana kalian menghabiskan waktu dengan bekerja dari rumah? Apa benar hal ini berdampak langsung pada produktivitas kalian?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.