5 Tips Membuat Anak Remaja Mau Terbuka dengan Orang Tua
27 October 2022 |
12:30 WIB
1
Like
Like
Like
Para orang tua kerap dihadapi dengan masalah komunikasi ketika anak menginjak usia remaja. Anak yang mulai beranjak remaja terkadang jadi pribadi yang menutup diri. Padahal, sewaktu kecil mereka suka bercerita tentang apa yang mereka alami ke orang tua.
Ada beberapa alasan kenapa anak yang mulai remaja enggan bercerita tentang aktivitasnya lagi. Remaja mulai tidak nyaman bercerita dengan orang tua karena takut disalahkan. Alih-alih mendapat dukungan atas masalah yang dihadapi, remaja justru malah dipaksa mendengarkan ceramah dan ancaman dari orang tua.
Timbal balik komunikasi yang tidak sepadan ini yang membuat banyak remaja enggan menjadikan orang tua tempat curhatnya. Psikolog Klinis Forensik dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto mengatakan orang tua perlu menjaga komunikasi dengan anak sebaik mungkin.
Baca juga: Mengenal Fenomena Self Diagnosis pada Remaja yang Marak Terjadi
Anak-anak yang merasa terhubung cenderung lebih mudah mengungkapkan isi hatinya. Jadi, dengan membangun komunikasi yang efektif, anak akan merasa aman dan nyaman berbagi keluh kesah atau masalahnya. “Jika hubungan orang tua dan anak begitu dekat sejak kecil, sampai dewasa pun mereka akan selalu membutuhkan arahan dan bimbingan orang tuanya,” ujar Kasandra kepada Hypeabis.id.
Sebagai orang tua, mereka tidak selalu harus sebagai pihak yang berbicara. Orang tua juga mesti belajar mendengarkan dengan empatinya. Dengan demikian, anak akan lebih nyaman dan tidak merasa sendiri atau sepi saat terjadi masalah. Mereka punya orang tua sebagai tempat bercerita dan berkeluh kesah.
Kasandra mengatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua agar anak terbuka dengan mereka. Berikut beberapa tips yang bisa dicoba:
Baca juga: Menurut Penelitian Ini Medsos Memiliki Pengaruh Negatif Bagi Kesehatan Mental Remaja
Kalimat positif tersebut secara tidak langsung akan memengaruhi hati anak. Mereka jadi merasa rumah adalah tempat yang aman dan nyaman. Dengan demikian, obrolan ringan pun bisa terjadi. Ketika kenyamanan sudah muncul, anak akan dengan sendirinya membuka obrolan tentang masalah yang sedang dihadapinya.
Biarkanlah anak bercerita menurut versinya. Kemudian, orang tua bisa memberikan pemahaman secara pelan-pelan bahwa apa yang dilakukan mungkin keliru. Sebaliknya, jika anak bercerita tentang berita yang menggembirakan, orang tua juga mesti merespons hal itu dengan baik. Komunikasi yang menyenangkan akan menghindari anak jadi pribadi yang takut bercerita.
Selain itu, mungkin saja anak merasa masih bisa mengendalikan masalahnya sendiri. Jadi, mereka merasa belum terlalu membutuhkan bimbingan dari orang tua. Meskipun demikian, orang tua juga mesti waspada ketika anak menunjukkan tanda-tanda yang tidak wajar. Sebab, bisa jadi ada kecemasan berlebih yang sedang dirasakan anak.
Baca juga: 5 Persiapan Sebelum Menjalani Peran Baru Sebagai Orang Tua
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Ada beberapa alasan kenapa anak yang mulai remaja enggan bercerita tentang aktivitasnya lagi. Remaja mulai tidak nyaman bercerita dengan orang tua karena takut disalahkan. Alih-alih mendapat dukungan atas masalah yang dihadapi, remaja justru malah dipaksa mendengarkan ceramah dan ancaman dari orang tua.
Timbal balik komunikasi yang tidak sepadan ini yang membuat banyak remaja enggan menjadikan orang tua tempat curhatnya. Psikolog Klinis Forensik dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto mengatakan orang tua perlu menjaga komunikasi dengan anak sebaik mungkin.
Baca juga: Mengenal Fenomena Self Diagnosis pada Remaja yang Marak Terjadi
Anak-anak yang merasa terhubung cenderung lebih mudah mengungkapkan isi hatinya. Jadi, dengan membangun komunikasi yang efektif, anak akan merasa aman dan nyaman berbagi keluh kesah atau masalahnya. “Jika hubungan orang tua dan anak begitu dekat sejak kecil, sampai dewasa pun mereka akan selalu membutuhkan arahan dan bimbingan orang tuanya,” ujar Kasandra kepada Hypeabis.id.
Sebagai orang tua, mereka tidak selalu harus sebagai pihak yang berbicara. Orang tua juga mesti belajar mendengarkan dengan empatinya. Dengan demikian, anak akan lebih nyaman dan tidak merasa sendiri atau sepi saat terjadi masalah. Mereka punya orang tua sebagai tempat bercerita dan berkeluh kesah.
Kasandra mengatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua agar anak terbuka dengan mereka. Berikut beberapa tips yang bisa dicoba:
Baca juga: Menurut Penelitian Ini Medsos Memiliki Pengaruh Negatif Bagi Kesehatan Mental Remaja
1. Menyapa Anak dengan Kalimat Positif
Dibanding langsung menanyakan aktivitas hariannya, lebih baik orang tua menyapa anak dengan lembut terlebih dahulu. Orang tua juga bisa memuji dan mengapresiasi hal-hal kecil yang sudah dilakukan oleh anak.Kalimat positif tersebut secara tidak langsung akan memengaruhi hati anak. Mereka jadi merasa rumah adalah tempat yang aman dan nyaman. Dengan demikian, obrolan ringan pun bisa terjadi. Ketika kenyamanan sudah muncul, anak akan dengan sendirinya membuka obrolan tentang masalah yang sedang dihadapinya.
2. Jangan Menghakimi Anak
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula anak-anak. Mereka mungkin bisa melakukan kesalahan atau tindakan yang keliru. Namun, sebagai orang tua, sebaiknya tidak langsung menghakimi tindakan yang telah dilakukannya tanpa tahu cerita lengkapnya.Biarkanlah anak bercerita menurut versinya. Kemudian, orang tua bisa memberikan pemahaman secara pelan-pelan bahwa apa yang dilakukan mungkin keliru. Sebaliknya, jika anak bercerita tentang berita yang menggembirakan, orang tua juga mesti merespons hal itu dengan baik. Komunikasi yang menyenangkan akan menghindari anak jadi pribadi yang takut bercerita.
3. Menjadi Pendengar yang Baik
Komunikasi yang baik adalah yang terjadi dua arah. Artinya, ketika satu pihak berbicara, yang lain mendengarkan dengan saksama. Saat anak bercerita, orang tua mesti menunjukkan bahwa dirinya antusias mendengar hal tersebut. Hal itu akan membuat anak merasa lebih dihargai. Jangan sampai membuat anak merasa apa pun yang diceritakannya tidak penting bagi orang tuanya.4. Sabar
Beberapa orang kesulitan membagikan cerita ke orang lain. Orang tua mesti memahami bahwa anak pun butuh waktu untuk berani menceritakan sesuatu, apalagi ketika berhubungan dengan kesalahan.Selain itu, mungkin saja anak merasa masih bisa mengendalikan masalahnya sendiri. Jadi, mereka merasa belum terlalu membutuhkan bimbingan dari orang tua. Meskipun demikian, orang tua juga mesti waspada ketika anak menunjukkan tanda-tanda yang tidak wajar. Sebab, bisa jadi ada kecemasan berlebih yang sedang dirasakan anak.
5. Menghabiskan Waktu Bersama dengan Anak
Orang tua perlu menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak. Misalnya, dengan bermain bersama, liburan, dan aktivitas lain yang menyenangkan hati anak. Cara-cara tersebut dapat membangun hubungan emosional anak dengan orang tua. Interaksi tersebut akan membuat anak merasa orang tuanya telah peduli dan memperhatikan dirinya dengan baik.Baca juga: 5 Persiapan Sebelum Menjalani Peran Baru Sebagai Orang Tua
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.