Ilustrasi Self Diagnosis (Sumber gambar: Freepik)

Mengenal Fenomena Self Diagnosis pada Remaja yang Marak Terjadi

21 October 2022   |   18:10 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Belakangan ini media sosial diramaikan dengan munculnya sejumlah remaja yang mengaku memiliki isu kesehatan mental. Mereka melakukan self diagnosis terhadap kesehatan mentalnya sendiri yang sebenarnya tidak boleh dilakukan. Sebab, diagnosis seharusnya dilakukan oleh seorang ahli.

Namun, tren mengaku punya isu kesehatan mental tetap marak terjadi. Kesehatan mental yang seharusnya membutuhkan penanganan serius seolah berubah jadi ajang kebanggaan para remaja. Mereka tidak pergi ke psikolog, tetapi justru ke media sosial dan memamerkannya.

Meski di zaman sekarang informasi sudah tersebar sangat luas, bukan berarti seseorang dapat mendiagnosis dirinya sendiri. Alih-alih bermanfaat, self diagnosis justru bisa merugikan kesehatan metal.

Baca juga: Merasa Sakit? Jangan Coba-Coba Self Diagnosis, Ini Bahayanya

Fenomena seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Riset dari Pew Research Center yang berbasis di Amerika Serikat menyebutkan 35 persen orang dewasa di sana sengaja mencari tahu kondisi medisnya sendiri melalui internet.

Dalam diagnosis online yang dilakukan, hanya 46 persen yang pergi memastikan ke tenaga profesional. Sebanyak 38 persen di antaranya mengaku bisa menangani masalahnya sendiri dan 11 persen lainnya berada di tengah-tengah.

Psikolog Amanasa Indonesia Marsha Tengker mengatakan self diagnosis adalah kegiatan mendiagnosis diri sendiri telah mengalami gangguan mental tanpa adanya pemeriksaan dari ahli. Jadi, bisa dibilang self diagnosis hanyalah asumsi belaka karena tidak ada pembuktiannya.

“Itu sebaiknya dihindari. Dokter sekolahnya panjang banget untuk bisa mendiagnosis seseorang. Apalagi, diagnosis punya peran penting dalam terapi terhadap pengidap,” ujar Marsha saat ditemui di Auditorium Rizal Sini, Jakarta Pusat.

Perempuan yang akrab disapa Caca itu mengatatakan diagnosis punya peran penting dalam penyembuhan penyakit mental. Sebab, diagnosis sangat berkaitan dengan terapi yang akan diberikan oleh psikolog untuk membantu pengidap penyakit mental sembuh.

Caca menyebutkan diagnosis seharusnya jadi langkah yang baik menuju proses penyembuhan, bukan malah menambah gejalanya. Oleh karena itu, diagnosis sebaiknya dilakukan oleh ahli dan hanya bertujuan untuk proses menuju kesembuhan.

Menjadi psikolog itu tidak mudah, Caca bercerita saat membaca buku panduan, rasanya semua tanda-tanda seseorang yang alami sakit mental itu ada dirinya semua. Akan tetapi, Caca tidak lantas menyebut dirinya punya penyakit mental.

Caca mengatakan efek mendiagnosis diri sendiri cukup berbahaya bagi kesehatan mental orang tersebut. Adik Nagita Slavina itu menganalogikan seseorang yang sakit mental dengan sakit fisik. Akan sangat berbahaya jika seseorang yang mengaku terkena penyakit tipes, lalu dibawa ke dokter dan ternyata diagnosisnya berbeda.

Sebab, penangan dan pengobatan tipes dan penyakit lain tentu berbeda. Diagnosis yang salah akan berujung pada pengobatan atau perawatan yang keliru. Itulah pentingnya menghindari self diagnose.


Sisi Positif

Meski self diagnosis sebaiknya tidak dilakukan, fenomena ini sebenarnya punya sisi positif. Sebab, makin banyak orang yang mulai menyadari ada sesuatu yang salah dengan kesehatan mental mereka.

Caca mengatakan fenomena ini membuat banyak orang mau belajar mengenali masalah mental yang mungkin mereka sedang alami. Sebab, tidak sedikit pula orang yang terus menyangkal bahwa ada sesuatu yang salah dalam kesehatan mentalnya.

“Jadi, belajar soal diri kita, tentang kemungkinan-kemungkinannya apa, itu sangat baik. Akan tetapi, kalau sudah mendiagnosis diri sendiri, itu malah bahaya,” imbuhnya.


(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Mau Berlibur ke Korea? Yuk Cari Promo di Korea Hybrid Travel Fair 2022

BERIKUTNYA

Recap Fashion Parade 5 di Jakarta Muslim Fashion Week 2022, Tampilkan Kreasi Unik Para Desainer

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: