Science Film Festival Kembali Digelar, Usung Tema Kesempatan yang Setara di Dunia Sains
18 October 2022 |
16:30 WIB
Lembaga kebudayaan Jerman Goethe-Institut kembali mengadakan Science Film Festival atau Festival Film Sains. Pada tahun ini, acara tersebut menjadi edisi ke-13 penyelenggaraan, dan akan dihelat dengan konsep hibrida (daring dan luring), mulai dari 18 Oktober hingga 30 November 2022.
Festival film dengan fokus dunia sains itu mengangkat tema 'Kesempatan yang Setara di Dunia Sains'. Stefan Dreyer, Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru mengatakan bahwa tema ini dimaknai sebagai kondisi yang adil, yaitu saat semua orang di bidang sains, teknologi, perekayasaan, dan matematika mendapatkan perlakuan sama.
“Tanpa diskriminasi, prasangka, ataupun sikap mengutamakan kelompok tertentu,” katanya.
Baca juga: Merayakan Kemanusiaan Lewat Sinema di Madani International Film Festival
Dreyer menilai bahwa pada saat ini, masih banyak yang harus dilakukan terkait kesempatan yang setara di dunia sains, terutama mengenai tidak banyaknya komunitas terentu di bidang sains, termasuk kelompok perempuan. Menurutnya, kesempatan ini juga meliputi pengakuan terhadap keberagaman dan inklusi. Keberagaman akan menghadirkan kekayaan telenta di bidang sains dan mendorong inklusi penuh untuk semua lapisan masyarakat.
Dia menuturkan hasil-hasil besar di bidang sains, teknologi, perekayasaan, dan matematika dapat dicapai melalui keberadaan tenaga kerja yang bragam dan inklusif, yang masing-masing membawa latar belakang, perspektif, dan pengalaman berbeda. Hal inilah yang dapat memaksimalkan inovasi dan kreativitas di bidang sains.
Dengan demikian, dia berharap Science Film Festival dapat menginspirasi para pemuda dari berbagai latar belakang, dan membuat mereka memilih sains sebagai karier. Menurutnya, sains kerap dianggap sebagai bidang yang membosankan dan sulit. Tidak hanya itu, dia juga berharap sain bisa menjadi bidang yang menyenangkan bagi generasi muda dengan penyampaian melalui film di festival ini.
“Pandemi membuka mata banyak orang bahwa isu keberagaman dan inklusi kian penting. Science Film Festival adalah wujud komitmen kami untuk mengangkat kedua isu ini, menunjukkan bahwa bidang sains terbuka untuk dipelajari demi kemajuan masyarakat,” katanya.
Baca juga: Before, Now & Then (Nana) Menang Kategori Global Feature Competition di Jakarta Film Week 2022
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan bahwa isu kesetaraan di dunia sains sangat penting. Dia menyebut hingga kini masih ada persepsi yang sangat kuat bahwa pendidikan sains adalah milik sebagian siswa dan bukan sebagian lainnya.
Menurutnya, terdapat siswa yang dianggap lebih cocok dengan pendidikan vokasi, sehingga pendidikan sains tidak didalami. Tidak hanya itu, dia menuturkan bahwa saat ini juga di masyarakat masih terdapat masalah mengenai kesempatan yang tidak setara, termasuk antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh pendidikan.
“Ada satu trailer yang saya tonton yang menggambarkan keadaan anak perempuan, yang laki-lakinya didorong belajar, dan perempuan secukupnya saja. Tentu ini masih menjadi bagian dari keseharian kita,” katanya.
Dia juga menilai bahwa tema mengenai Kesempatan yang Setara di Dunia Sains sangat penting lantaran tidak hanya mendidik dengan sains, tapi juga menyoroti permasalahan di masyarakat tentang hal tersebut. Kemudian, dia juga menilai penggunaan media audio visual seperti film dalam mendidik generasi muda saat ini sangat diperlukan, lantaran generasi kekinian adalah mereka yang lahir dengan audio dan visual.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Festival film dengan fokus dunia sains itu mengangkat tema 'Kesempatan yang Setara di Dunia Sains'. Stefan Dreyer, Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru mengatakan bahwa tema ini dimaknai sebagai kondisi yang adil, yaitu saat semua orang di bidang sains, teknologi, perekayasaan, dan matematika mendapatkan perlakuan sama.
“Tanpa diskriminasi, prasangka, ataupun sikap mengutamakan kelompok tertentu,” katanya.
Baca juga: Merayakan Kemanusiaan Lewat Sinema di Madani International Film Festival
Dreyer menilai bahwa pada saat ini, masih banyak yang harus dilakukan terkait kesempatan yang setara di dunia sains, terutama mengenai tidak banyaknya komunitas terentu di bidang sains, termasuk kelompok perempuan. Menurutnya, kesempatan ini juga meliputi pengakuan terhadap keberagaman dan inklusi. Keberagaman akan menghadirkan kekayaan telenta di bidang sains dan mendorong inklusi penuh untuk semua lapisan masyarakat.
Dia menuturkan hasil-hasil besar di bidang sains, teknologi, perekayasaan, dan matematika dapat dicapai melalui keberadaan tenaga kerja yang bragam dan inklusif, yang masing-masing membawa latar belakang, perspektif, dan pengalaman berbeda. Hal inilah yang dapat memaksimalkan inovasi dan kreativitas di bidang sains.
Dengan demikian, dia berharap Science Film Festival dapat menginspirasi para pemuda dari berbagai latar belakang, dan membuat mereka memilih sains sebagai karier. Menurutnya, sains kerap dianggap sebagai bidang yang membosankan dan sulit. Tidak hanya itu, dia juga berharap sain bisa menjadi bidang yang menyenangkan bagi generasi muda dengan penyampaian melalui film di festival ini.
“Pandemi membuka mata banyak orang bahwa isu keberagaman dan inklusi kian penting. Science Film Festival adalah wujud komitmen kami untuk mengangkat kedua isu ini, menunjukkan bahwa bidang sains terbuka untuk dipelajari demi kemajuan masyarakat,” katanya.
Baca juga: Before, Now & Then (Nana) Menang Kategori Global Feature Competition di Jakarta Film Week 2022
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan bahwa isu kesetaraan di dunia sains sangat penting. Dia menyebut hingga kini masih ada persepsi yang sangat kuat bahwa pendidikan sains adalah milik sebagian siswa dan bukan sebagian lainnya.
Menurutnya, terdapat siswa yang dianggap lebih cocok dengan pendidikan vokasi, sehingga pendidikan sains tidak didalami. Tidak hanya itu, dia menuturkan bahwa saat ini juga di masyarakat masih terdapat masalah mengenai kesempatan yang tidak setara, termasuk antara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh pendidikan.
“Ada satu trailer yang saya tonton yang menggambarkan keadaan anak perempuan, yang laki-lakinya didorong belajar, dan perempuan secukupnya saja. Tentu ini masih menjadi bagian dari keseharian kita,” katanya.
Dia juga menilai bahwa tema mengenai Kesempatan yang Setara di Dunia Sains sangat penting lantaran tidak hanya mendidik dengan sains, tapi juga menyoroti permasalahan di masyarakat tentang hal tersebut. Kemudian, dia juga menilai penggunaan media audio visual seperti film dalam mendidik generasi muda saat ini sangat diperlukan, lantaran generasi kekinian adalah mereka yang lahir dengan audio dan visual.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.