Merayakan Kemanusiaan Lewat Sinema di Madani International Film Festival
15 October 2022 |
10:50 WIB
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Muslim telah menerima perhatian global karena semua alasan yang keliru seperti serangan teror, kekejaman atas nama agama, dan perselisihan internal dalam upaya berbagai kelompok untuk meraih supremasi teologis.
Sementara, fakta paling jelas justru kerap terabaikan, bahwa masyarakat Muslim di seluruh dunia menonjol karena praktik budaya mereka yang unik dengan ekspresi kultural berbeda, namun sama-sama dipandu oleh nilai-nilai yang berasal dari ajaran Islam.
Meski begitu, kesenjangan budaya ini dapat dijembatani antara lain melalui film, seperti yang digaungkan oleh Madani International Film Festival (MIFF) 2022.
Festival film berskala internasional tahunan ini bertujuan untuk menggambarkan kehidupan kaum Muslim di berbagai belahan dunia, baik ketika Muslim menjadi mayoritas maupun minoritas. Pada setiap gelarannya, MIFF menghadirkan film-film lokal dan mancanegara, juga diskusi-diskusi untuk membahas isu-isu yang relevan.
Baca juga: Jangan Terlewat! Ini 5 Film Pilihan dari Madani International Film Festival 2022
Ketua Komite Film Dewan Kesenian Jakarta, Hikmat Darmawan, mengatakan beragam tindakan kekerasan dan persekusi atas nama agama harus diredam dalam sebuah gelombang kegiatan, gagasan, dan percakapan yang membangun kebersamaan.
Dengan spirit merayakan keberagaman Muslim di seluruh dunia, ajang MIFF yang memasuki tahun kelima ini pun mengusung tema Ufuk, yang dipahami sebagai batas terjauh pandangan mata kita, batas antara bumi dan langit.
Dalam banyak karya sastra, ufuk seringkali identik dengan pikiran yang terbuka, imajinasi sekaligus harapan yang luas. Tema ini diangkat oleh MIFF 2022 sebagai ikhtiar untuk mewujudkan peradaban baru yang lebih adil dan welas asih, dengan segala konteks sosio-kultural, khususnya pasca pandemi Covid-19.
"Harapannya jelas, ufuk menjadi orientasi bahwa kita masih bisa berjalan, masih menuju horison terjauh pikiran dan pandangan kita," kata Hikmat.
Board of Madani International Film Festival, Putut Widjanarko, menuturkan melalui MIFF, pihaknya ingin memberikan wadah bagi masyarakat untuk memahami sekaligus berempati kepada kehidupan kaum Muslim di seluruh dunia.
Dengan kata lain, film-film yang ditampilkan dalam festival itu bicara soal Muslim dengan segala pengalaman keIslamannya, bukan tentang ajaran Islam.
"Jadi bagaimana orang-orang Islam itu menjalani dan memahami kehidupannya sehari-hari yang pada dasarnya sebagian besar merupakan ekspresi mereka tentang agama mereka dengan berbagai kondisi," ujarnya.
Seperti misalnya The Perfect Candidate (2019), yang menjadi film pembuka pada ajang MIFF 2022. Film itu disutradarai oleh Haifaa Al Mansour, sutradara perempuan pertama di Arab Saudi dan dianggap sebagai salah satu tokoh sinematik paling penting di negara tersebut.
Film ini menampilkan upaya seorang dokter perempuan muda, yang penuh tekad maju menjadi calon pemimpin untuk daerah setempat. Usahanya untuk mendapatkan posisi itu pun cukup terjal, karena dia adalah kandidat pemimpin perempuan pertama di kota dengan mayoritas Muslim itu.
Sementara Until Tomorrow (2021), film asal Iran, dipilih sebagai film penutup gelaran MIFF 2022. Film garapan sutradara Ali Asgari itu bercerita tentang seorang siswa perempuan yang harus menyembunyikan bayi hasil hubungan di luar nikah selama satu malam dari orang tuanya yang mengunjunginya secara mendadak.
Sejak saat itu, didampingi temannya, perempuan itu pun memulai pengembaraan di mana mereka harus berhati-hati menimbang siapa yang akan menjadi sekutu mereka.
"Islam diekspresikan dengan banyak hal, dan akan banyak pengalaman-pengalaman yang mungkin tidak akan kita lihat kalau tidak melalui film," imbuhnya.
Sebab, menurut Putut, ekspresi keIslaman itu tidak hanya berupa ekspresi hukum yang melihat segalanya cenderung hitam dan putih, haram dan halal. Jika itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin pemahaman itu sampai pada level tertinggi yakni menjadi ekstremitas.
Co-Festival Director Madani International Film Festival, Sofia Setyorini, mengatakan gelaran MIFF tahun ini terdiri dari serangkaian program yang mengedepankan spirit kemanusiaan dan keberagaman yakni diantaranya Perempuan Dunia Madani, Migrasi, Madani with Binus University, Madani Classic, East Cinema, Relaksasi Beragama, Madani Kids, dan Madani Short Film Competition.
Adapun, total film tayang di Madani IFF 2022 adalah 70 film dari 22 negara, serta 15 diskusi dari 30 pembicara dalam dan luar negeri. Selain itu, tahun ini MIFF pun menerima sebanyak 2.214 film yang telah mendaftar dari dalam dan luar negeri untuk program East Cinema dan Short Film Competition.
Sofia menjelaskan bahwa tahun ini film-film yang diputar di MIFF lebih bervariasi dengan ragam topik yang menarik untuk menjadi bahan diskusi lebin lanjut, seperti perjuangan kehidupan perempuan Muslim di negara berkonflik, getir pengalaman buruh migran yang terintimidasi, hingga kehidupan kaum Muslim yang berupaya menyelamatkan diri dari perang.
Film-film tersebut merupakan hasil kurasi dari tim penyelenggara MIFF serta beberapa diantaranya terseleksi dari proses submisi (open submission) yang terbuka untuk umum.
Dalam proses kurasinya, pihak penyelenggara pun mempertimbangkan beberapa hal seperti tema film, negara asal, irisan konteks film dengan tema MIFF 2022, serta dari sisi kualitas teknis film.
Selain dihelat di Jakarta mulai 8 hingga 15 Oktober 2022, rangkaian kegiatan MIFF 2022 juga akan berlanjut ke beberapa kota lain di Indonesia untuk memperluas jangkauan partisipasi masyarakat dan komunitas seperti di Aceh, Palembang, Kupang, Jember, dan Ambon.
"Ini salah satu improvisasi dimana kami ingin menjangkau penonton lebih luas, bukan dari kalangan pencinta film saja," katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Sementara, fakta paling jelas justru kerap terabaikan, bahwa masyarakat Muslim di seluruh dunia menonjol karena praktik budaya mereka yang unik dengan ekspresi kultural berbeda, namun sama-sama dipandu oleh nilai-nilai yang berasal dari ajaran Islam.
Meski begitu, kesenjangan budaya ini dapat dijembatani antara lain melalui film, seperti yang digaungkan oleh Madani International Film Festival (MIFF) 2022.
Festival film berskala internasional tahunan ini bertujuan untuk menggambarkan kehidupan kaum Muslim di berbagai belahan dunia, baik ketika Muslim menjadi mayoritas maupun minoritas. Pada setiap gelarannya, MIFF menghadirkan film-film lokal dan mancanegara, juga diskusi-diskusi untuk membahas isu-isu yang relevan.
Baca juga: Jangan Terlewat! Ini 5 Film Pilihan dari Madani International Film Festival 2022
Ketua Komite Film Dewan Kesenian Jakarta, Hikmat Darmawan, mengatakan beragam tindakan kekerasan dan persekusi atas nama agama harus diredam dalam sebuah gelombang kegiatan, gagasan, dan percakapan yang membangun kebersamaan.
Dengan spirit merayakan keberagaman Muslim di seluruh dunia, ajang MIFF yang memasuki tahun kelima ini pun mengusung tema Ufuk, yang dipahami sebagai batas terjauh pandangan mata kita, batas antara bumi dan langit.
Dalam banyak karya sastra, ufuk seringkali identik dengan pikiran yang terbuka, imajinasi sekaligus harapan yang luas. Tema ini diangkat oleh MIFF 2022 sebagai ikhtiar untuk mewujudkan peradaban baru yang lebih adil dan welas asih, dengan segala konteks sosio-kultural, khususnya pasca pandemi Covid-19.
"Harapannya jelas, ufuk menjadi orientasi bahwa kita masih bisa berjalan, masih menuju horison terjauh pikiran dan pandangan kita," kata Hikmat.
Ekspresi
Board of Madani International Film Festival, Putut Widjanarko, menuturkan melalui MIFF, pihaknya ingin memberikan wadah bagi masyarakat untuk memahami sekaligus berempati kepada kehidupan kaum Muslim di seluruh dunia.Dengan kata lain, film-film yang ditampilkan dalam festival itu bicara soal Muslim dengan segala pengalaman keIslamannya, bukan tentang ajaran Islam.
"Jadi bagaimana orang-orang Islam itu menjalani dan memahami kehidupannya sehari-hari yang pada dasarnya sebagian besar merupakan ekspresi mereka tentang agama mereka dengan berbagai kondisi," ujarnya.
Sumber gambar: Music Box Films
Film ini menampilkan upaya seorang dokter perempuan muda, yang penuh tekad maju menjadi calon pemimpin untuk daerah setempat. Usahanya untuk mendapatkan posisi itu pun cukup terjal, karena dia adalah kandidat pemimpin perempuan pertama di kota dengan mayoritas Muslim itu.
Sementara Until Tomorrow (2021), film asal Iran, dipilih sebagai film penutup gelaran MIFF 2022. Film garapan sutradara Ali Asgari itu bercerita tentang seorang siswa perempuan yang harus menyembunyikan bayi hasil hubungan di luar nikah selama satu malam dari orang tuanya yang mengunjunginya secara mendadak.
Sejak saat itu, didampingi temannya, perempuan itu pun memulai pengembaraan di mana mereka harus berhati-hati menimbang siapa yang akan menjadi sekutu mereka.
"Islam diekspresikan dengan banyak hal, dan akan banyak pengalaman-pengalaman yang mungkin tidak akan kita lihat kalau tidak melalui film," imbuhnya.
Sebab, menurut Putut, ekspresi keIslaman itu tidak hanya berupa ekspresi hukum yang melihat segalanya cenderung hitam dan putih, haram dan halal. Jika itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin pemahaman itu sampai pada level tertinggi yakni menjadi ekstremitas.
Co-Festival Director Madani International Film Festival, Sofia Setyorini, mengatakan gelaran MIFF tahun ini terdiri dari serangkaian program yang mengedepankan spirit kemanusiaan dan keberagaman yakni diantaranya Perempuan Dunia Madani, Migrasi, Madani with Binus University, Madani Classic, East Cinema, Relaksasi Beragama, Madani Kids, dan Madani Short Film Competition.
Adapun, total film tayang di Madani IFF 2022 adalah 70 film dari 22 negara, serta 15 diskusi dari 30 pembicara dalam dan luar negeri. Selain itu, tahun ini MIFF pun menerima sebanyak 2.214 film yang telah mendaftar dari dalam dan luar negeri untuk program East Cinema dan Short Film Competition.
Sofia menjelaskan bahwa tahun ini film-film yang diputar di MIFF lebih bervariasi dengan ragam topik yang menarik untuk menjadi bahan diskusi lebin lanjut, seperti perjuangan kehidupan perempuan Muslim di negara berkonflik, getir pengalaman buruh migran yang terintimidasi, hingga kehidupan kaum Muslim yang berupaya menyelamatkan diri dari perang.
Film-film tersebut merupakan hasil kurasi dari tim penyelenggara MIFF serta beberapa diantaranya terseleksi dari proses submisi (open submission) yang terbuka untuk umum.
Dalam proses kurasinya, pihak penyelenggara pun mempertimbangkan beberapa hal seperti tema film, negara asal, irisan konteks film dengan tema MIFF 2022, serta dari sisi kualitas teknis film.
Selain dihelat di Jakarta mulai 8 hingga 15 Oktober 2022, rangkaian kegiatan MIFF 2022 juga akan berlanjut ke beberapa kota lain di Indonesia untuk memperluas jangkauan partisipasi masyarakat dan komunitas seperti di Aceh, Palembang, Kupang, Jember, dan Ambon.
"Ini salah satu improvisasi dimana kami ingin menjangkau penonton lebih luas, bukan dari kalangan pencinta film saja," katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.