Fakta & Penyebab Asfiksia, Pemicu Meninggalnya Korban Tragedi Kanjuruhan
07 October 2022 |
17:10 WIB
Pemicu meninggalnya sebagian besar korban tragedi Kanjuruhan, Malang, akhirnya diungkap oleh pihak kepolisian. Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyebut sebagian besar korban meninggal karena mengalami asfiksia. Apa itu sebenarnya asfiksia?
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan asfiksia adalah kondisi kekurangan suplai oksigen ke dalam tubuh manusia, karena saluran napas yang terganggu. Kekurangan oksigen akan menimbulkan reaksi tertentu di tubuh, termasuk kematian.
Baca juga: Efek Tragedi Kanjuruhan, Anak-Anak Butuh Layanan Psikososial
Sebab, oksigen adalah hal yang krusial bagi tubuh. Saat menarik napas, oksigen akan masuk ke dalam paru-paru melalui hidung. Oksigen kemudian masuk ke pembuluh darah kecil atau kapiler dan dibawa oleh sel darah merah menuju jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh.
Kondisi asfeksia termasuk ke dalam kegawatan napas. Tubuh tidak bisa mentolerir kekurangan oksigen dalam waktu lama. Dokter Agus menyebut biasanya seseorang hanya mampu bertahan 40 detik sebelum akhirnya pingsan karena mengalami asfiksia.
Seseorang yang mengalami asfiksia dan pingsan harus segera mendapat pertolongan yang intensif. Jika tidak segera ditolong, hanya dalam 5 menit sampai dengan 6 menit setelah terjadi asfiksia, risiko kematian bisa muncul.
Orang yang mengalami asfiksia biasanya bisa dikenali dengan beberapa ciri. Seseorang yang mengalami asfiksia biasanya akan merasa sesak napas, baik ketika akan menarik maupun mengembuskan napasnya. Hal itu akan membuat napasnya jadi tersengal-sengal.
Saat mengalami asfiksia, seseorang juga akan merasa sangat lemas dan pandangan matanya terasa kabur. Kemudian, bagian tenggorokan juga akan terasa sakit.
Jika tak segera ditangani, kondisi tersebut bakal membuat denyut nadi melemah dan korban bisa tidak sadarkan diri. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami asfiksia memang harus mendapatkan pertolongan sesegera mungkin.
Sesuai namanya, asfiksia mekanik terjadi karena ada pengaruh secara mekanik atau fisik pada tubuh. Beberapa di antaranya yaitu:
Adapun, pada penyebab asfiksia kimia, seseorang mengalami kekurangan oksigen karena menghirup terlalu banyak bahan-bahan kimia seperti gas sianida, karbon monoksida, hidrogen sulfida, dan sebagainya.
Dokter Agus mengatakan untuk gas airmata sendiri bukan termasuk asfiksian (zat penyebab asfiksia). Gas air mata termasuk ke dalam kategori bahan iritan.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Begini Proses Gas Air Mata Bisa Sebabkan Kematian
Editor: Dika Irawan
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan asfiksia adalah kondisi kekurangan suplai oksigen ke dalam tubuh manusia, karena saluran napas yang terganggu. Kekurangan oksigen akan menimbulkan reaksi tertentu di tubuh, termasuk kematian.
Baca juga: Efek Tragedi Kanjuruhan, Anak-Anak Butuh Layanan Psikososial
Sebab, oksigen adalah hal yang krusial bagi tubuh. Saat menarik napas, oksigen akan masuk ke dalam paru-paru melalui hidung. Oksigen kemudian masuk ke pembuluh darah kecil atau kapiler dan dibawa oleh sel darah merah menuju jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh.
Kondisi asfeksia termasuk ke dalam kegawatan napas. Tubuh tidak bisa mentolerir kekurangan oksigen dalam waktu lama. Dokter Agus menyebut biasanya seseorang hanya mampu bertahan 40 detik sebelum akhirnya pingsan karena mengalami asfiksia.
Seseorang yang mengalami asfiksia dan pingsan harus segera mendapat pertolongan yang intensif. Jika tidak segera ditolong, hanya dalam 5 menit sampai dengan 6 menit setelah terjadi asfiksia, risiko kematian bisa muncul.
Orang yang mengalami asfiksia biasanya bisa dikenali dengan beberapa ciri. Seseorang yang mengalami asfiksia biasanya akan merasa sesak napas, baik ketika akan menarik maupun mengembuskan napasnya. Hal itu akan membuat napasnya jadi tersengal-sengal.
Saat mengalami asfiksia, seseorang juga akan merasa sangat lemas dan pandangan matanya terasa kabur. Kemudian, bagian tenggorokan juga akan terasa sakit.
Jika tak segera ditangani, kondisi tersebut bakal membuat denyut nadi melemah dan korban bisa tidak sadarkan diri. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami asfiksia memang harus mendapatkan pertolongan sesegera mungkin.
Apa Saja Penyebab Asfiksia?
Dokter Agus mengatakan penyebab asfiksia umumnya disebabkan oleh dua hal, yakni asfiksia mekanik dan asfiksia kimia. Kedua penyebab ini punya potensi bahaya yang sama bagi kesehatan.Sesuai namanya, asfiksia mekanik terjadi karena ada pengaruh secara mekanik atau fisik pada tubuh. Beberapa di antaranya yaitu:
- Choking/tersedak: Kondisi ini terjadi karena saluran napas tersumbat oleh sesuatu sehingga mengganggu jalan napas. Tersedak umumnya terjadi karena adanya benda asing dari luar yang masuk dan menyumbat saluran pernapasan. Misalnya, anak-anak yang tidak sengaja menelan kelereng dan membuat jalur napas tersumbat.
- Aspirasi: Kondisi ini terjadi karena masuknya sesuatu zat yang tidak sesuai ke saluran napas. Misalnya, aspirasi makanan ke saluran napas dan aspirasi air ke saluran napas, terutama lebih sering terjadi saat seseorang tenggelam.
- Suffocation: Kondisi fisik atau mekanik yang berat, sehingga membuat muka tertutup atau dada terhambat untuk mengembang saat bernapas. Hal ini bisa terjadi seperti saat terhimpit-himpit, dada tertindih benda berat, atau berada pada ruang sempit dengan kadar oksigen yang rendah.
- Strangulation: Kondisi leher yang terjerat tali atau objek yang panjang yang menjerat leher. Hal itu akan menekan saluran napas, sehingga oksigen tidak masuk ke dalam saluran napas.
- Overdosis obat: Kondisi overdosis yang diakibatkan obat-obatan tertentu, seperti overdosis opioid yang bisa membuat asphyxia.
- Birth Asphyxia: Kondisi ini terjadi pada bayi yang baru lahir karena gangguan oksigenasi saat di rahim dan saat persalinan.
Adapun, pada penyebab asfiksia kimia, seseorang mengalami kekurangan oksigen karena menghirup terlalu banyak bahan-bahan kimia seperti gas sianida, karbon monoksida, hidrogen sulfida, dan sebagainya.
Dokter Agus mengatakan untuk gas airmata sendiri bukan termasuk asfiksian (zat penyebab asfiksia). Gas air mata termasuk ke dalam kategori bahan iritan.
Pertolongan Pada Asfiksia
Dokter Agus mengatakan ada beberapa cara untuk memberikan pertolongan pada korban asfiksia.- Memeriksa korban. Bila ada henti jantung akibat asfiksia, segera berikan pertolongan bantuan RJP atau resusitasi jantung paru.
- Pastikan saluran napas terbuka. Bila ada sumbatan akibat choking, lalukanlah heimlich manuver.
- Berikan oksigen sembari menunggu pengobatan selanjutnya.
- Bawalah korban ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untk mendapat pengobatan atau terapi sesuai penyebab asfiksia.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Begini Proses Gas Air Mata Bisa Sebabkan Kematian
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.