Anak-anak yang orang tuanya meninggal dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu (sumber gambar ilustrasi: pexels/ pixabay)

Efek Tragedi Kanjuruhan, Anak-Anak Butuh Layanan Psikososial

05 October 2022   |   22:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan ratusan orang, memiliki dampak sosial yang tidak boleh luput dari perhatian. Korban meninggal dalam tragedi itu tidak menutup kemungkinan adalah para orang tua yang memiliki anak-anak sehingga mereka mengalami trauma dan membutuhkan layanan psikososial. 

Troy Pantouw, Chief Advocacy, Campaing, Communication, and Media Save the Children Indonesia, mengatakan bahwa Save the Children Indonesia mendorong agar terbentuk sistem satu pintu dalam mengelola pendataan korban, terutama anak-anak.

“Hal ini untuk memastikan informasi yang disampaikan komprehensif dan lengkap, serta tidak menambah kerentanan anak dan keluarga karena harus menceritakan pengalaman traumatis yang dialami para korban,” katanya.

Dia menuturkan bahwa beberapa hal yang perlu segera dilakukan adalah mengidentifikasi anak-anak yang meninggal, luka-luka, dan terpisah dari keluarga; identifikasi anak-anak yang menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu karena orang tua meninggal dalam tragedi tersebut untuk memastikan keberlanjutan pengasuhan anak.

Kemudian, memastikan terdapat layanan bagi anak-anak dan keluarga yang teridentifikasi sebagai korban, termasuk anak-anak yang kehilangan keluarga maupun teman-temannya.

“Serta mengedepankan prinsip keselamatan dan keamanan terutama pada supporter/ pendukung usia anak dalam setiap penyelenggaraan pertandingan,” katanya.

Dia menambahkan bahwa hidup dan selamat dari segala bentuk ancaman bahaya termasuk kerusuhan adalah hak anak. Menurutnya, peristiwa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan meninggalkan luka yang mendalam bagi korban dan keluarga terutama anak-anak yang menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu.

Kemudian, tragedi itu juga meninggalkan luka yang membekas dalam jiwa bagi anak-anak yang mengalami luka fisik baik kategori ringan maupun berat.

Merespon Peristiwa Kanjuruhan, lanjutnya, Save the Children Indonesia berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Malang untuk segera melakukan identifikasi data dan kondisi anak terutama bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga atau menjadi yatim piatu karena peristiwa ini.

Tidak hanya itu, organisasi ini juga memberikan layanan dukungan psikososial secara langsung kepada keluarga dan anak-anak yang menjadi korban.

Dia menuturkan bahwa Save the Children Indonesia juga menyampaikan potensi risiko yang mungkin terjadi pada pendukung usia anak ketika menyaksikan pertandingan sepak bola secara langsung, yakni berpotensi terpapar segala bentuk kekerasan baik sebelum, selama, dan sesudah masa pertandingan.

Kemudian, risiko lainnya saat anak menyaksikan pertandingan sepak bola secara langsung di stadion adalah menjadi korban dari kerusuhan, kehilangan nyawa, atau meninggal dunia.

Menurutnya, fnformasi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 4 Oktober 2022, terdapat sebanyak tiga puluh tiga anak yang meninggal dunia karena peristiwa berdarah di Stadion Kanjuruhan saat pertandingan antara Persebaya Surabaya dan Arema FC. Save the Children Indonesia, lanjutnya, menyatakan duka dan simpati yang mendalam bagi para korban terutama anak-anak.

Editor: Fajar Sidik 
 

SEBELUMNYA

5 Destinasi  Solo Traveling yang Aman untuk Perempuan

BERIKUTNYA

Sejarah dan Fakta Tren Standar Kecantikan dari Masa ke Masa

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: