Ilustrasi bayi dan ibu (Sumber gambar: Freepik)

Waspada Moms, Penyakit Hipotiroid Kongenital pada Bayi, Ini Dampaknya

07 October 2022   |   18:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Bayi dengan hipotiroid kongenital sering kali tidak menunjukkan gejala-gejala yang jelas. Lantaran tidak bergejala, bayi dengan hipotiroid kongenital kerap tidak terdiagnosis. Oleh karena itu, Bunda harus berhati-hati dan segera melakukan pengecekan sedini mungkin buah hatinya ke dokter.

PLT Direktur Gizi KIA Kemenkes Ni Made Diah mengatakan hipotiroid kongenital merupakan kondisi bayi kekurangan hormon tiroid. Kondisi ini membutuhkan diagnosis dan pengobatan yang sedini mungkin. Jika tidak, penyakit hipotiroid kongenital bisa mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang anak sekaligus sisi kognitifnya.

Baca juga: Bunda, Kekurangan Berat Badan selama Kehamilan Berisiko Stunting pada Bayi

“Gangguan tumbuh kembang ini bisa seperti cebol dan gangguan kognitifnya berupa IQ si anak jadi rendah. Hal ini akan berpotensi menurunkan kualitas anak,” ujar Diah dalam konferensi pers Kemenkes, Jumat (10/7/2022).

Sebagai informasi, hipotiroid merupakan kondisi rendahnya hormon tiroid di dalam tubuh. Adapun kongenital adalah penyakit yang sudah ada sejak lahir atau bawaan.

Kekurangan hormon tiroid pada tubuh terbilang sangat berpengaruh pada kondisi anak. Sebab, hormon tiroid berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan otak, dan metabolisme di dalam tubuh. Jika anak mengalami hipotiroid kongenital, umumnya anak tidak dapat bertumbuh dengan baik.

Kondisi anak dengan hipotiroid kongenital ternyata cukup banyak terjadi di dunia. Prevalensi anak dengan hipotiroid kongenital secara global mencapai 1:3.000 kelahiran. Di Indonesia sendiri, sebenarnya belum ada angka pasti soal prevalensi anak dengan hipotiroid kongenital.

Namun, mengacu dari prevalensi global, maka sekitar 1.500 anak dari 4,4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya diperkirakan lahir dengan hipotiroid kongenital.
 

Dampak Anak dengan Hipotiroid Kongenital

Gejala dan tanda anak dengan hipotiroid kongenital biasanya baru dikenali 1 bulan setelah kelahirannya. Bayi yang lahir dengan hipotiroid kongenital umumnya akan bertubuh lebih pendek, lunglai, kurang aktif, bayi kuning, dan lidah besar.

Selain itu, tanda-tanda lain yang muncul adalah bayi mudah tersedak, suara serak, pusar bodong, dan ubun-ubun melebar. Diah mengatakan identifikasi sedini mungkin jadi kunci agar bayi bisa ditangani dengan segera.

Sebab, beban biaya yang akan ditanggung anak dengan hipotiroid kongenital akan berlaku seumur hidup. Belum lagi soal beban psikologi dan sosial keluarga yang juga bisa muncul karena anak bertumbuh tidak normal.

“Seharusnya Indonesia pada 2035 akan mendapatkan bonus demografi, tetapi bisa tidak terwujud (karena banyaknya anak dengan hipotiroid kongenital, Red),” imbuhnya.


Alur Skrining Hipotiroid Kongenital

Skrining hipotiroid kongenital sebenarnya cukup simpel. Setelah Bunda bersalin di klinik atau puskesmas, tenaga kesehatan akan mengambil sampel darah di bagian tumit bayi. Kemudian, sampel darah tumit akan dikirimkan ke laboratorium di rumah sakit.

Nantinya, hasil dari laboratorium akan mendeteksi dengan tepat terkait kadar hormon tiroid yang dimiliki oleh bayi. Jika hormon tiroid kurang, bayi akan mendapatkan pengobatan sesuai dengan penanganan rujukan mengikuti mekanisme BPJS Kesehatan.

Dokter Diah mengatakan ada golden period dalam penanganan bayi dengan hipotiroid kongenital. Setidaknya, satu bulan setelah lahir si bayi harus sudah didiagnosis apakah mengalami hipotiroid kongenital atau tidak.

Oleh karena itu, penanganan hipotiroid kongenital juga perlu kolaborasi dari seluruh fasilitas kesehatan. Namun, peran Bunda juga tidak kalah penting dalam menangkal hipotiroid kongenital sedini mungkin.

Pengecekan sampel pada bayi setidaknya sudah dilakukan dalam umur 48 jam-72 jam sejak bayi dilahirkan. Harapannya, pengobatan hipotiroid kongenital bisa dilakukan sebelum bayi berusia satu bulan sehingga bisa mencegah kecacatan lebih jauh.

“Soal obat, sudah terjangkau dan termasuk ke dalam  tanggungan BPJS Kesehatan,” ungkap Diah.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

KFC Tutup Layanan Pesan Antar 14022, Sekarang Order KFC Lewat Mana?

BERIKUTNYA

Fakta & Penyebab Asfiksia, Pemicu Meninggalnya Korban Tragedi Kanjuruhan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: