Psikolog Jabarkan Bahayanya Konten Laporan KDRT Baim Wong
03 October 2022 |
16:52 WIB
1
Like
Like
Like
Konten prank laporan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di kantor polisi yang dibuat YouTuber Baim Wong dan istrinya, Paula Varhoeven dianggap tidak bijak. Hal ini pun dapat memicu kembali trauma yang dialami para korban KDRT.
Psikolog dari Enlightmind, Nirmala Ika mengatakan para korban KDRT biasanya mengalami trauma yang cukup dalam. Apabila melihat peristiwa serupa atau bahkan menjadi konten lucu-lucuan, trauma dan ketakutan itu bisa kembali muncul dan menimbulkan rasa tidak nyaman. “Dampaknya ke korban triggering,” tegasnya saat dihubungi Hypeabis.id, Senin (3/10/2022).
Semakin tidak bijak ketika Baim dan Paula sebagai publik figur mendapat penanganan dari pihak Kepolisian yang tidak mengetahui sedang dikerjai. Nirmala menyebut di Indonesia, banyak kasus KDRT yang tidak tertangani dengan baik.
Baca juga: Ramai Kasus Lesty-Billar, Psikolog Tekankan Korban dan Pelaku KDRT Butuh Terapi
Banyak faktor yang melandasinya seperti layanan kepolisian yang belum terstandar dengan baik, terutama di daerah pelosok dan tertinggal. Selain itu, karakteristik dari korban KDRT yang dipenuhi kebingungan dan ketakutan, hingga akhirnya mereka sering kali mencabut laporan. Pada akhirnya, kepolisian menjadi tidak responsif terhada kasus ini karena menganggap toh nanti dicabut lagi.
Kasus KDRT pun lantas bukan menjadi prioritas dibandingkan kasus kriminalitas lain yang harus ditangani pihak Kepolisian. “Kebayangkan kalau buat becandaan, polisi makin malas bantu, yang kena orang lain,” singgung Nirmala.
Dia menerangkan KDRT bersifat sistematis. Bukan sekadar relasi suami istri, namun juga menyinggung budaya hingga agama. Orang, terutama perempuan cenderung berada pada situasi KDRT dan menerima perlakuan tersebut karena dalam agama mereka diajarkan untuk patuh terhadap suami sebagai imam keluarga.
Banyak korban yang akhirnya bungkam dan tidak berani melapor tindakan tersebut. “Adanya kasus ini yang seolah menyepelekan, menyederhanakan kasus KDRT, padahal KDRT itu kompleks,” sebutnya.
Oleh karena kompleks, pencegahan dan pemutusan rantai KDRT cukup sulit di Indonesia. Dengan adanya konten prank laporan kekerasan dalam rumah tangga tersebut, bisa saja timbul pemikiran bahwa kasus terkait ini memang bisa dijadikan lelucon, terutama oleh orang yang tidak memahami konteks KDRT.
“Ini kekerasan dipermainkan, dibuat jokes. Kalau dibuat jadi lucu-lucuan, orang mikir KDRT lucu-lucuan. Apalagi pemirsa dia luas, anak kecil saja bisa lihat,” tutur Nirmala.
Dia menilai sebelu membuat konten, ada baiknya para konten kreator lebih memahami posisinya. Sebagai contoh, jika tidak pernah terlibat dalam kasus KDRT, sebaiknya tidak seenaknya membuat konten terkait kasus tersebut. Kecuali, pembuat konten itu menggali formasi lebih dalam belajar memahami kasus KDRT. Konten yang dibuat pun bukan asal prank melainkan edukasi.
“Jangan pakai cara pandang kita, seolah-olah kita tahu. KDRT bukan cuma pemukulan tetapi sistemik dan turun temurun, bukan sesuatu yang bisa dibuat konten,” imbuhnya.
Dia pun meminta kepada semua konten kreator agar lebih kreatif dan memperhatikan nilai kemanusiaan, tidak asal buat demi meraih penonton dan cuan.
Selain prank KDRT, ada baiknya tidak membuat konten yang bisa merendahkan manusia seperti memberi uang kepada pengemis dengan mengeksposnya terlalu jauh. “Prank harus sesuatu yang entertain, bukan merendahkan manusia,” pungkasnya.
Saat ini, kasus KDRT sedang menjadi sorotan setelah Lesty Kejora melaporkan suaminya, Rizky Billar ke Polres Metro Jakarta Selatan. Penyanyi dangdut itu mengaku mengalami KDRT pada Rabu (28/9/2022), pukul 01.51 WIB dan 09.47 WIB.
KDRT ini berlangsung di rumah Lesty dan Billar di Cilandak, Jakarta Selatan. Dalam laporan yang diajukan di Polres Metro Jakarta Selatan, dugaan KDRT bermula saat Lesty mengetahui suaminya berselingkuh dan meminta untuk dipulangkan ke rumah orang tuanya.
Baca juga: Genhype, Simak Langkah yang Harus ditempuh Saat Mengalami KDRT
Langkah ini diambil Lesty lantaran dia mengetahui suaminya berselingkuh. Tidak terima dengan permohonan Lesty, Billar pun mendorong, membanting, dan mencekik istrinya mulai dari atas kasur hingga jatuh ke lantai. Kekerasan tersebut terjadi berulang. Atas kejadian ini, selain melaporkan Billar, Lesty pun langsung dirawat di rumah sakit.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Psikolog dari Enlightmind, Nirmala Ika mengatakan para korban KDRT biasanya mengalami trauma yang cukup dalam. Apabila melihat peristiwa serupa atau bahkan menjadi konten lucu-lucuan, trauma dan ketakutan itu bisa kembali muncul dan menimbulkan rasa tidak nyaman. “Dampaknya ke korban triggering,” tegasnya saat dihubungi Hypeabis.id, Senin (3/10/2022).
Semakin tidak bijak ketika Baim dan Paula sebagai publik figur mendapat penanganan dari pihak Kepolisian yang tidak mengetahui sedang dikerjai. Nirmala menyebut di Indonesia, banyak kasus KDRT yang tidak tertangani dengan baik.
Baca juga: Ramai Kasus Lesty-Billar, Psikolog Tekankan Korban dan Pelaku KDRT Butuh Terapi
Banyak faktor yang melandasinya seperti layanan kepolisian yang belum terstandar dengan baik, terutama di daerah pelosok dan tertinggal. Selain itu, karakteristik dari korban KDRT yang dipenuhi kebingungan dan ketakutan, hingga akhirnya mereka sering kali mencabut laporan. Pada akhirnya, kepolisian menjadi tidak responsif terhada kasus ini karena menganggap toh nanti dicabut lagi.
Kasus KDRT pun lantas bukan menjadi prioritas dibandingkan kasus kriminalitas lain yang harus ditangani pihak Kepolisian. “Kebayangkan kalau buat becandaan, polisi makin malas bantu, yang kena orang lain,” singgung Nirmala.
Dia menerangkan KDRT bersifat sistematis. Bukan sekadar relasi suami istri, namun juga menyinggung budaya hingga agama. Orang, terutama perempuan cenderung berada pada situasi KDRT dan menerima perlakuan tersebut karena dalam agama mereka diajarkan untuk patuh terhadap suami sebagai imam keluarga.
Banyak korban yang akhirnya bungkam dan tidak berani melapor tindakan tersebut. “Adanya kasus ini yang seolah menyepelekan, menyederhanakan kasus KDRT, padahal KDRT itu kompleks,” sebutnya.
Oleh karena kompleks, pencegahan dan pemutusan rantai KDRT cukup sulit di Indonesia. Dengan adanya konten prank laporan kekerasan dalam rumah tangga tersebut, bisa saja timbul pemikiran bahwa kasus terkait ini memang bisa dijadikan lelucon, terutama oleh orang yang tidak memahami konteks KDRT.
“Ini kekerasan dipermainkan, dibuat jokes. Kalau dibuat jadi lucu-lucuan, orang mikir KDRT lucu-lucuan. Apalagi pemirsa dia luas, anak kecil saja bisa lihat,” tutur Nirmala.
Dia menilai sebelu membuat konten, ada baiknya para konten kreator lebih memahami posisinya. Sebagai contoh, jika tidak pernah terlibat dalam kasus KDRT, sebaiknya tidak seenaknya membuat konten terkait kasus tersebut. Kecuali, pembuat konten itu menggali formasi lebih dalam belajar memahami kasus KDRT. Konten yang dibuat pun bukan asal prank melainkan edukasi.
“Jangan pakai cara pandang kita, seolah-olah kita tahu. KDRT bukan cuma pemukulan tetapi sistemik dan turun temurun, bukan sesuatu yang bisa dibuat konten,” imbuhnya.
Dia pun meminta kepada semua konten kreator agar lebih kreatif dan memperhatikan nilai kemanusiaan, tidak asal buat demi meraih penonton dan cuan.
Selain prank KDRT, ada baiknya tidak membuat konten yang bisa merendahkan manusia seperti memberi uang kepada pengemis dengan mengeksposnya terlalu jauh. “Prank harus sesuatu yang entertain, bukan merendahkan manusia,” pungkasnya.
Kasus KDRT Sedang Viral
Saat ini, kasus KDRT sedang menjadi sorotan setelah Lesty Kejora melaporkan suaminya, Rizky Billar ke Polres Metro Jakarta Selatan. Penyanyi dangdut itu mengaku mengalami KDRT pada Rabu (28/9/2022), pukul 01.51 WIB dan 09.47 WIB. KDRT ini berlangsung di rumah Lesty dan Billar di Cilandak, Jakarta Selatan. Dalam laporan yang diajukan di Polres Metro Jakarta Selatan, dugaan KDRT bermula saat Lesty mengetahui suaminya berselingkuh dan meminta untuk dipulangkan ke rumah orang tuanya.
Baca juga: Genhype, Simak Langkah yang Harus ditempuh Saat Mengalami KDRT
Langkah ini diambil Lesty lantaran dia mengetahui suaminya berselingkuh. Tidak terima dengan permohonan Lesty, Billar pun mendorong, membanting, dan mencekik istrinya mulai dari atas kasur hingga jatuh ke lantai. Kekerasan tersebut terjadi berulang. Atas kejadian ini, selain melaporkan Billar, Lesty pun langsung dirawat di rumah sakit.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.