Penelitian Ini Temukan Orang yang Menikah Cenderung Lebih Sehat
28 September 2022 |
15:30 WIB
Sebelumnya, maaf ya buat kalian yang masih menyandang status jomblo. Sebab, artikel ini akan mengulas tentang pernikahan. Nah, bagi kalian yang memiliki rencana atau sudah menikah, mari merapat. Menurut sebuah penilitian, pernikahan memiliki beberapa manfaat.
Mengutip Bisnis Indonesia Weekly edisi Maret 2017, laporan yang dikeluarkan oleh para peneliti di Carnegie Mellon University di Pittsburgh, Pennsylvania, menemukan bahwa pasangan menikah terbukti lebih terjamin kesehatannya, dibandingkan dengan orang yang tidak dalam hubungan pernikahan. Menurut mereka faktor itu disebabkan oleh kurangnya tingkat stres pada pasangan menikah.
Dalam penelitian sebelumnya disebutkan bahwa pernikahan dihubungkan dengan masa hidup yang lebih lama, yang dimungkinkan karena dukungan beberapa faktor seperti pendapatan rumah tangga lebih tinggi, atau mudahnya akses kesehatan.
Baca juga: 5 Persiapan Penting untuk Menikah biar Awet & Bahagia
Hal yang berbeda pada studi tersebut adalah para peneliti menguji hormon yang produksinya semakin tinggi ketika sedang stres atau biasa disebut kortisol. Mengutip Alodokter, kortisol merupakan hormon yang berfungsi memengaruhi respons tubuh terhadap stres, baik secara fisiologis maupun psikologis. Hormon ini tercipta secara natural oleh tubuh, saat menghadapi situasi tertentu. Bahkan ketika menghadapi tekanan psikis.
Pengujian dilakukan pada 572 laki-laki dan perempuan yang berumur 21 tahun–55 tahun. Hasilnya, menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah.
Brian Chin, penggagas penelitian di Carneige Mellon University mengatakan penelitian tersebut juga mencoba mengusut benang merah hubungan sosial dapat berdampak pada kesehatan secara fisik.
“[Namun] kami tidak bisa menggambarkan kesimpulan yang cukup kuat dari studi ini untuk menjelaskan bagaimana ini bisa terjadi, tetapi kami mampu menyimpulkan dugaan yang ilmiah dari penelitian-penelitian sebelumnya,” ungkapnya.
Dengan memiliki pasangan, seseorang akan lebih memiliki mengakses kesehatan yang lebih terjamin. Sebab, biasanya pasangan menikah akan mengurus dengan serius asuransi kesehatan dan tentunya didukung dengan biaya yang lebih memadai.
Baca juga: 9 Cara Memilih Cincin Pernikahan yang Sempurna
Seorang istri atau suami, misalnya, akan memberikan dorongan kepada pasangannya untuk menjaga gaya hidup yang sehat seperti melarang merokok dan mengonsumsi alkohol.
Menurut Chin, kadar hormon kortisol akan naik ketika seseorang bangun dari tidur. Sementara itu, pasangan yang telah menikah hormon kortisolnya lebih cepat turun. Terutama saat malam hari, sebuah tanda yang berdampak positif terhadap kesehatan, seperti terhindar dari penyakit jantung dan daya tahan terhadap penyakit kanker.
“Perbandingan kadar kortisol pada siang hari di antara orang yang sudah menikah dan yang belum bukanlah disebabkan oleh perbedaan level kortisol saat pagi hari,” jelasnya.
Hal itu terjadi pada pasangan yang telah menikah, karena mereka memiliki kepuasan dalam hubungan mereka sehingga hormon kortisol jauh lebih rendah ketika siang hari dibandingkan dengan orang yang memiliki hubungan yang buruk dengan pasangannya atau yang memang tidak menikah.
Kendati demikian, peneliti mencatat bahwa studi sebelumnya belum mampu menjelaskan hubungan antara kualitas hubungan pernikahan seseorang dan tingkat kortisol.
“Sayangnya, studi ini tidak menindaklanjuti penilaian terkait terjadinya stres atau interaksi sosial sehari-hari untuk memahami efek dari bermacam pengalaman pada orang yang telah menikah dan yang belum menikah," ujarnya.
Sejatinya, penelitian ini tidak didesain menjadi eksperimen untuk membuktikan bahwa pernikahan memengaruhi tingkat stres untuk mengukur benefit bagi kesehatan. Terlepas dari penelitian-penelitian tersebut, terjadinya stres dapat dipicu oleh faktor yang bervariasi.
Oleh sebab itu, kita tidak bisa menjadikan penelitian ini sebagai satu-satunya referensi. Apalagi untuk menikah, momen sakral dalam kehidupan seseorang. Menikah bukan tentang mengucapkan ijab qabul, melainkan langkah awal bagi mereka menjalani kehidupan yang nyata. Jadi enggak bisa main-main ya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Mengutip Bisnis Indonesia Weekly edisi Maret 2017, laporan yang dikeluarkan oleh para peneliti di Carnegie Mellon University di Pittsburgh, Pennsylvania, menemukan bahwa pasangan menikah terbukti lebih terjamin kesehatannya, dibandingkan dengan orang yang tidak dalam hubungan pernikahan. Menurut mereka faktor itu disebabkan oleh kurangnya tingkat stres pada pasangan menikah.
Dalam penelitian sebelumnya disebutkan bahwa pernikahan dihubungkan dengan masa hidup yang lebih lama, yang dimungkinkan karena dukungan beberapa faktor seperti pendapatan rumah tangga lebih tinggi, atau mudahnya akses kesehatan.
Baca juga: 5 Persiapan Penting untuk Menikah biar Awet & Bahagia
Hal yang berbeda pada studi tersebut adalah para peneliti menguji hormon yang produksinya semakin tinggi ketika sedang stres atau biasa disebut kortisol. Mengutip Alodokter, kortisol merupakan hormon yang berfungsi memengaruhi respons tubuh terhadap stres, baik secara fisiologis maupun psikologis. Hormon ini tercipta secara natural oleh tubuh, saat menghadapi situasi tertentu. Bahkan ketika menghadapi tekanan psikis.
Pengujian dilakukan pada 572 laki-laki dan perempuan yang berumur 21 tahun–55 tahun. Hasilnya, menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki tingkat kortisol yang lebih rendah.
Brian Chin, penggagas penelitian di Carneige Mellon University mengatakan penelitian tersebut juga mencoba mengusut benang merah hubungan sosial dapat berdampak pada kesehatan secara fisik.
“[Namun] kami tidak bisa menggambarkan kesimpulan yang cukup kuat dari studi ini untuk menjelaskan bagaimana ini bisa terjadi, tetapi kami mampu menyimpulkan dugaan yang ilmiah dari penelitian-penelitian sebelumnya,” ungkapnya.
Dengan memiliki pasangan, seseorang akan lebih memiliki mengakses kesehatan yang lebih terjamin. Sebab, biasanya pasangan menikah akan mengurus dengan serius asuransi kesehatan dan tentunya didukung dengan biaya yang lebih memadai.
Baca juga: 9 Cara Memilih Cincin Pernikahan yang Sempurna
(Sumber gambar: Pexels/Mentatdgt)
Menurut Chin, kadar hormon kortisol akan naik ketika seseorang bangun dari tidur. Sementara itu, pasangan yang telah menikah hormon kortisolnya lebih cepat turun. Terutama saat malam hari, sebuah tanda yang berdampak positif terhadap kesehatan, seperti terhindar dari penyakit jantung dan daya tahan terhadap penyakit kanker.
“Perbandingan kadar kortisol pada siang hari di antara orang yang sudah menikah dan yang belum bukanlah disebabkan oleh perbedaan level kortisol saat pagi hari,” jelasnya.
Hal itu terjadi pada pasangan yang telah menikah, karena mereka memiliki kepuasan dalam hubungan mereka sehingga hormon kortisol jauh lebih rendah ketika siang hari dibandingkan dengan orang yang memiliki hubungan yang buruk dengan pasangannya atau yang memang tidak menikah.
Kendati demikian, peneliti mencatat bahwa studi sebelumnya belum mampu menjelaskan hubungan antara kualitas hubungan pernikahan seseorang dan tingkat kortisol.
Faktor Lain Pemicu Stres
Kira Birditt, peneliti di University of Michigan yang tidak berhubungan dengan riset ini menilai bahwa penemuan tersebut menarik. Kortisol menjadi ukuran terjadinya respons stres yang dapat menunjukkan bagaimana hubungan dapat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.“Sayangnya, studi ini tidak menindaklanjuti penilaian terkait terjadinya stres atau interaksi sosial sehari-hari untuk memahami efek dari bermacam pengalaman pada orang yang telah menikah dan yang belum menikah," ujarnya.
Sejatinya, penelitian ini tidak didesain menjadi eksperimen untuk membuktikan bahwa pernikahan memengaruhi tingkat stres untuk mengukur benefit bagi kesehatan. Terlepas dari penelitian-penelitian tersebut, terjadinya stres dapat dipicu oleh faktor yang bervariasi.
Oleh sebab itu, kita tidak bisa menjadikan penelitian ini sebagai satu-satunya referensi. Apalagi untuk menikah, momen sakral dalam kehidupan seseorang. Menikah bukan tentang mengucapkan ijab qabul, melainkan langkah awal bagi mereka menjalani kehidupan yang nyata. Jadi enggak bisa main-main ya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.