Viral Minuman Manis, Begini Kiat Praktis Mengurangi Asupan Gula
26 September 2022 |
20:11 WIB
Topik Es Teh Indonesia masih bertengger di daftar trending Twitter sejak akhir pekan lalu. Hal ini tidak terlepas dari langkah manajemen perusahaan minuman manis kekinian tersebut yang melayangkan somasi terhadap salah seorang pelanggannya.
Somasi diberikan lantaran pelanggan bernama Ghandi melalui akun Twitternya, @gandhoyy, mengkritik salah satu varian minuman Es Teh Indonesia, Chizu Red Velvet. Minuman tersebut dianggap terlalu manis dan mengandung banyak gula.
Utas di Twitter ini lantas menarik perhatian warganet. Pembahasan mengenai gula berlebih di dalam minuman kemasan pun menjadi viral. Pasalnya, beberapa ahli menjabarkan batas konsumsi gula dan dampaknya jika dikonsumsi secara berlebihan.
Baca juga: Viral Soal Bahaya Minuman Manis, Berapa Jumlah Konsumsi Gula Harian?
Spesialis penyakit dalam, subspesialis hematologi-onkologi dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan konsumsi gula harian seharusnya tidak lebih dari 10 persen kebutuhan energi.
“Ini setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram per hari. Untuk pasien diabetes harus di bawah 4 sendok teh,” katanya di Twitter.
Apabila dikonsumsi berlebihan, Zubairi menyebut kadar gula darah dapat meningkat, kemudian diubah oleh tubuh menjadi lemak, sehingga menyebabkan obesitas. Dari kondisi obesitas ini, risiko terkena kanker, gangguan jantung, dan masalah pada otak akan lebih besar.
Seringkali masyarakat tidak menyadari bahwa konsumsi gula harian mereka sudah melampaui batas. Pasalnya, mayoritas warga Indonesia mengenal gula sebagai bentuk gula pasir atau gula merah.
Baca juga: Jangan Keliru, Ini Perbedaan Gula Alami dan Rafinasi
Pada kenyataannya, Ahli Gizi Tan Shot Yen menyebut ada gula tersembunyi yang biasanya terkandung di dalam makanan atau minuman olahan dan kemasan. Gula tersembunyi ini diberi nama lain dalam kemasan. “Biasanya berakhiran dengan -ol seperti manitol, sorbitol, xylitol,” imbuhnya.
Selain itu, nama gula pada label juga berupa sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa, gula tetes, maupun sirup jagung. Buat kalian yang kecandunan dengan makanan atau minuman manis yang tentu mengandung gula, berikut cara menyiasatinya.
Memang, kita tidak bisa lepas dari gula sebagai sumber energi bagi tubuh. Namun demikian, Tan menyarankan untuk mengonsumsi gula dari sumber aslinya seperti beras, umbi, jagung, sagu, sayur, maupun buah.
Sebisa mungkin tidak perlu menambah gula rafinasi atau gula yang diolah di pabrik seperti gula pasir atau pemanis buatan. Terutama ketika kamu membuat smoothies atau jus buah, biarkan rasa buahnya lebih dominan ketimbang menambah gula pasir berlebih.
Mayoritas makanan atau minuman penutup mengandung banyak gula yang bisa membuat gula darah kamu melonjak, merasa lelah, dan justru ingin terus mengonsumsi makanan atau minuman manis. Makanan atau minuman penutup ini seperti kue, biskuit, pai, donat, susu, atau es krim.
Namun, jika kamu tetap menginginkan sesuatu yang manis setelah makan, coba konsumsi buah segar atau cokelat hitam. Mengganti makanan penutup yang mengandung banyak gula dengan buah segar atau cokelat hitam tidak hanya mengurangi asupan gula kamu, tetapi juga meningkatkan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan dalam makanan.
Buat penggemar saus kemasan seperti saus tomat, saus barbekyu, saus spageti, dan saus cabai manis, produk ini ternyata mengandung gula tersembunyi. Faktanya, satu sendok makan saus tomat ternyata mengandung satu sendok teh gula.
Untuk itu, cari alternatif lain untuk memperkuat rasa masakan di lidah kamu. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menambah bumbu, rempah, cabai, mustard, cuka, maupun jeruk nipis guna memunculkan cita rasa yang lebih lagi.
Zubairi mengatakan bahwa FDA mengembangkan label makanan baru yang mencantumkan gula tambahan secara terpisah. Label gula tambahan itu harus dipasang produsen sehingga konsumen terbantu untuk mengeceknya.
Oleh karena itu, dia menyarankan masyarakat untuk tidak mengabaikan label kemasan. “Cek komposisi gula tambahan, yang biasanya memakai nama lain gula, seperti corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, dan banyak lagi,” tuturnya.
Kebiasaan tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan. Apabila kamu kurang tidur secara berkepanjangan, hal ini bisa meningkatkan risiko depresi, konsentrasi yang buruk, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan obesitas.
Zubairi menyebut apabila kita kurang tidur dan stres berkepanjangan, kondisi tersebut membuat tubuh mengeluarkan hormon kortisol. “Hormon kortisol ini meningkatkan keinginan kita untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis,” katanya.
Editor: Syaiful Millah
Somasi diberikan lantaran pelanggan bernama Ghandi melalui akun Twitternya, @gandhoyy, mengkritik salah satu varian minuman Es Teh Indonesia, Chizu Red Velvet. Minuman tersebut dianggap terlalu manis dan mengandung banyak gula.
Utas di Twitter ini lantas menarik perhatian warganet. Pembahasan mengenai gula berlebih di dalam minuman kemasan pun menjadi viral. Pasalnya, beberapa ahli menjabarkan batas konsumsi gula dan dampaknya jika dikonsumsi secara berlebihan.
Baca juga: Viral Soal Bahaya Minuman Manis, Berapa Jumlah Konsumsi Gula Harian?
Spesialis penyakit dalam, subspesialis hematologi-onkologi dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan konsumsi gula harian seharusnya tidak lebih dari 10 persen kebutuhan energi.
“Ini setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram per hari. Untuk pasien diabetes harus di bawah 4 sendok teh,” katanya di Twitter.
Apabila dikonsumsi berlebihan, Zubairi menyebut kadar gula darah dapat meningkat, kemudian diubah oleh tubuh menjadi lemak, sehingga menyebabkan obesitas. Dari kondisi obesitas ini, risiko terkena kanker, gangguan jantung, dan masalah pada otak akan lebih besar.
Seringkali masyarakat tidak menyadari bahwa konsumsi gula harian mereka sudah melampaui batas. Pasalnya, mayoritas warga Indonesia mengenal gula sebagai bentuk gula pasir atau gula merah.
Baca juga: Jangan Keliru, Ini Perbedaan Gula Alami dan Rafinasi
Pada kenyataannya, Ahli Gizi Tan Shot Yen menyebut ada gula tersembunyi yang biasanya terkandung di dalam makanan atau minuman olahan dan kemasan. Gula tersembunyi ini diberi nama lain dalam kemasan. “Biasanya berakhiran dengan -ol seperti manitol, sorbitol, xylitol,” imbuhnya.
Selain itu, nama gula pada label juga berupa sukrosa, glukosa, fruktosa, maltosa, gula tetes, maupun sirup jagung. Buat kalian yang kecandunan dengan makanan atau minuman manis yang tentu mengandung gula, berikut cara menyiasatinya.
1. Konsumsi Gula dari Sumbernya
Memang, kita tidak bisa lepas dari gula sebagai sumber energi bagi tubuh. Namun demikian, Tan menyarankan untuk mengonsumsi gula dari sumber aslinya seperti beras, umbi, jagung, sagu, sayur, maupun buah.Sebisa mungkin tidak perlu menambah gula rafinasi atau gula yang diolah di pabrik seperti gula pasir atau pemanis buatan. Terutama ketika kamu membuat smoothies atau jus buah, biarkan rasa buahnya lebih dominan ketimbang menambah gula pasir berlebih.
2. Hindari Camilan Penutup
Mayoritas makanan atau minuman penutup mengandung banyak gula yang bisa membuat gula darah kamu melonjak, merasa lelah, dan justru ingin terus mengonsumsi makanan atau minuman manis. Makanan atau minuman penutup ini seperti kue, biskuit, pai, donat, susu, atau es krim.Namun, jika kamu tetap menginginkan sesuatu yang manis setelah makan, coba konsumsi buah segar atau cokelat hitam. Mengganti makanan penutup yang mengandung banyak gula dengan buah segar atau cokelat hitam tidak hanya mengurangi asupan gula kamu, tetapi juga meningkatkan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan dalam makanan.
3. Hindari Saus
Buat penggemar saus kemasan seperti saus tomat, saus barbekyu, saus spageti, dan saus cabai manis, produk ini ternyata mengandung gula tersembunyi. Faktanya, satu sendok makan saus tomat ternyata mengandung satu sendok teh gula. Untuk itu, cari alternatif lain untuk memperkuat rasa masakan di lidah kamu. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menambah bumbu, rempah, cabai, mustard, cuka, maupun jeruk nipis guna memunculkan cita rasa yang lebih lagi.
4. Baca Label Pangan
Zubairi mengatakan bahwa FDA mengembangkan label makanan baru yang mencantumkan gula tambahan secara terpisah. Label gula tambahan itu harus dipasang produsen sehingga konsumen terbantu untuk mengeceknya. Oleh karena itu, dia menyarankan masyarakat untuk tidak mengabaikan label kemasan. “Cek komposisi gula tambahan, yang biasanya memakai nama lain gula, seperti corn syrup, dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, dan banyak lagi,” tuturnya.
5. Tidur yang Cukup
Kebiasaan tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan. Apabila kamu kurang tidur secara berkepanjangan, hal ini bisa meningkatkan risiko depresi, konsentrasi yang buruk, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan obesitas. Zubairi menyebut apabila kita kurang tidur dan stres berkepanjangan, kondisi tersebut membuat tubuh mengeluarkan hormon kortisol. “Hormon kortisol ini meningkatkan keinginan kita untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis,” katanya.
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.