Waspada Kandungan Gula Tersembunyi Merusak Ginjal Anak, Begini Cara Mengatasinya
30 July 2024 |
21:30 WIB
Mengonsumsi makanan dan minuman manis berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan. Dalam beberapa kasus, kebiasaan ini bisa menciptakan kondisi kronis seperti gagal ginjal yang bisa dialami orang dewasa hingga pada anak-anak. Tak ayal, banyak dari mereka harus menjalani prosedur cuci darah.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso menerangkan tidak hanya gula putih, ada pula istilah high fructose syrup atau sirup jagung fruktosa tinggi. Pemanis yang terbuat dari tepung jagung ini bisa merusak kesehatan apabila dikonsumsi terus menerus.
Baca juga: 5 Cara Membatasi Asupan Gula untuk Cegah Gagal Ginjal Akut pada Anak
Mengutip Alodokter, fruktosa yang tidak bisa dicerna dengan baik, bisa menyebabkan gangguan pencernaan, kadar gula darah meningkat, resistensi insulin, hingga obesitas.
Piprim menyampaikan obesitas menjadi salah satu pemicu gangguan ginjal karena membuat hipertensi, resistensi insulin, hingga inflamasi kronik. “Kombinasi dari hal-hal tersebut bisa membuat ginjal rusak perlahan,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Selasa (30/7/2024).
Gula tambahan lain yang tersembunyi pada minuman dan makanan juga perlu diperhatikan. Piprim menyebut biasanya hidden sugar ini tidak menimbulkan rasa manis dan banyak ditemukan pada snack maupun minuman kemasan yang dijajakan mulai dari supermaket hingga warung kelontong.
Meskipun cukup minum air putih, ketika anak-anak mengonsumsi makanan atau minuman tinggi gula secara rutin, risiko penyakit kronis bisa menghampiri. Oleh karena itu, Piprim menyarankan para orang tua menanamkan budaya minum air putih pada keluarga, termasuk di dalamnya anak-anak mereka.
“Jangan sampai anak-anak itu selalu minuman kemasan. Keluarga harus sangat perhatian dengan anak-anak,” tegasnya.
Untuk mengontrol konsumsi minuman manis, orang tua juga perlu memberi contoh kepada anak-anaknya. Selain itu, ajak anak berdialog guna mengedukasi mereka bahaya dari minuman berpemanis.
Kendati demikian, paling penting mencegah anak terbiasa minum minuman berpemanis sejak dini. Piprim menyarankan agar orang tua memberikan anak-anak mereka real food seperti protein hewani hingga sayuran hijau.
Cara ini menurutnya paling efektif untuk mengendalikan pola makan anak. “Jangan sampai orang tuanya makan juga nggak benar, segala macam yang junk food dimakan, lalu nyuruh anaknya makan sehatnya, susah juga,” tegas Piprim.
Selain itu, biasakan anak-anak olahraga yang cukup. Pripim menilai saat ini anak-anak cenderung malas gerak, padahal olahraga sangat baik untuk meningkatkan aliran darah.
Dia menjelaskan aliran darah ketika dipacu dengan cepat, akan membuat aliran darah termasuk ginjal juga berfungsi dengan baik, yang berujung pada peningkatan kesehatan. Batasi pula konsumsi obat-obatan tertentu yang merusak ginjal, dan yang juga penting adalah check-up.
“Kenapa check-up? Karena masalah ginjal itu kadang-kadang enggak ketahuan, sudah tahap akhir baru kelihatannya,” ungkap Piprim.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso menerangkan tidak hanya gula putih, ada pula istilah high fructose syrup atau sirup jagung fruktosa tinggi. Pemanis yang terbuat dari tepung jagung ini bisa merusak kesehatan apabila dikonsumsi terus menerus.
Baca juga: 5 Cara Membatasi Asupan Gula untuk Cegah Gagal Ginjal Akut pada Anak
Mengutip Alodokter, fruktosa yang tidak bisa dicerna dengan baik, bisa menyebabkan gangguan pencernaan, kadar gula darah meningkat, resistensi insulin, hingga obesitas.
Piprim menyampaikan obesitas menjadi salah satu pemicu gangguan ginjal karena membuat hipertensi, resistensi insulin, hingga inflamasi kronik. “Kombinasi dari hal-hal tersebut bisa membuat ginjal rusak perlahan,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Selasa (30/7/2024).
Gula tambahan lain yang tersembunyi pada minuman dan makanan juga perlu diperhatikan. Piprim menyebut biasanya hidden sugar ini tidak menimbulkan rasa manis dan banyak ditemukan pada snack maupun minuman kemasan yang dijajakan mulai dari supermaket hingga warung kelontong.
Meskipun cukup minum air putih, ketika anak-anak mengonsumsi makanan atau minuman tinggi gula secara rutin, risiko penyakit kronis bisa menghampiri. Oleh karena itu, Piprim menyarankan para orang tua menanamkan budaya minum air putih pada keluarga, termasuk di dalamnya anak-anak mereka.
“Jangan sampai anak-anak itu selalu minuman kemasan. Keluarga harus sangat perhatian dengan anak-anak,” tegasnya.
Untuk mengontrol konsumsi minuman manis, orang tua juga perlu memberi contoh kepada anak-anaknya. Selain itu, ajak anak berdialog guna mengedukasi mereka bahaya dari minuman berpemanis.
Kendati demikian, paling penting mencegah anak terbiasa minum minuman berpemanis sejak dini. Piprim menyarankan agar orang tua memberikan anak-anak mereka real food seperti protein hewani hingga sayuran hijau.
Cara ini menurutnya paling efektif untuk mengendalikan pola makan anak. “Jangan sampai orang tuanya makan juga nggak benar, segala macam yang junk food dimakan, lalu nyuruh anaknya makan sehatnya, susah juga,” tegas Piprim.
Selain itu, biasakan anak-anak olahraga yang cukup. Pripim menilai saat ini anak-anak cenderung malas gerak, padahal olahraga sangat baik untuk meningkatkan aliran darah.
Dia menjelaskan aliran darah ketika dipacu dengan cepat, akan membuat aliran darah termasuk ginjal juga berfungsi dengan baik, yang berujung pada peningkatan kesehatan. Batasi pula konsumsi obat-obatan tertentu yang merusak ginjal, dan yang juga penting adalah check-up.
“Kenapa check-up? Karena masalah ginjal itu kadang-kadang enggak ketahuan, sudah tahap akhir baru kelihatannya,” ungkap Piprim.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.