Marak Selingkuh Berujung Trust Issue, Kenali Penyebab dan Dampaknya dari Kacamata Psikologi
26 September 2022 |
17:30 WIB
1
Like
Like
Like
Kasus selingkuh yang sedang marak di kalangan selebriti mengundang tanya netizen. Tidak hanya mempertanyakan alasan dibalik selingkuh, sebagian dari netizen tertangkap mengungkapkan rasa ketidakpercayaannya dalam menjalin hubungan. Fenomena ini akrab dikenal sebagai trust issue.
Trust issue berkaitan dengan sebuah situasi saat rasa kepercayaan seseorang mengalami masalah. Orang dengan trust issue cenderung kesusahaan dalam mempercayai seseorang. Bukan tanpa alasan, mereka yang mengalami trust issue biasanya pernah mengalami pengalaman masa kecil yang tidak mengenakan, hingga ketidaksetiaan atau pengkhianatan dalam hubungan.
Dilansir dari psychcentral, penelitian pada 2014 menemukan fakta jika orang dengan pengalaman trauma dari pengkhianatan akan cenderung kurang mempercayai pasangan dan orang lain secara umum. Meski perilaku sehari-hari tidak terlalu terdampak dari trust issue ini, masalah ini dapat berakibat lebih jauh jika tidak ditangani oleh profesional.
Baca juga: 5 Cara Ini Bisa Bantu Genhype Memaafkan Pasangan yang Selingkuh
Psikolog praktek di Enlightmind, Nirmala Ika menggambarkan trust issue sebagai sesuatu yang secara tidak sadar terbentuk dari pengalaman hidup manusia. Raca tidak percaya terhadap orang lain ini terbentuk sejak kecil, dan cenderung tidak terjadi di masa dewasa. “Adanya trust issue atau mistrust itu sudah tumbuh sejak 5 tahun pertama dalam hidup manusia,” ungkap Nirmala.
Berbeda dengan sikap skeptis yang cenderung curiga akan sesuatu, trust issue bisa saja tumbuh bersama sikap skeptis. Akan tetapi, sikap skeptis belum tentu terjadi karena adanya trust issue. Identik dengan masa lalu yang buruk, Nirmala menilai trust issue terjadi seiring dengan masa tumbuh kembang manusia.
“Ini terjadi seiring dengan bagaimana interaksi kita dengan orang terdekat seperti keluarga, pertemanan, hingga relasi personal. Kemudian juga bagaimana nilai-nilai yang diajarkan, semuanya akan membentuk kondisi saat ini untuk cenderung memiliki trust issue atau tidak,” jelas Nirmala.
Trust issue bukanlah hal sepele. Hal ini dapat berdampak jauh pada kesehatan mental dan jiwa pada manusia. “Mind and body soul manusia itu saling terkoneksi, apa yang kita pikirkan pasti akan mempengaruhi emosi, dan emosi itu pun akan mempengaruhi tubuh dan reaksio kita dalam merespon peristiwa,” jelas Nirmala.
Selain itu, bahaya trust issue juga dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia, seperti pemilihan pasangan, pemilihan kerja, hingga membuat manusia mensabotase dirinya sendiri sehingga tidak bisa mencapai tujuan hidup.
Baca juga: Mengenal Micro Cheating, Istilah Selingkuh Tipis yang Tenar di Kalangan Gen Z
Meski tidak masuk dalam kategori gangguan mental, trust issue ini bisa mempengaruhi hidup manusia dalam keseharian. Tidak ada ukuran pasti kapan seseorang dengan trust issue harus ke profesional, namun Nirmala menyarankan agar orang dengan trust issue agar segera menghubungi profesional saat merasa masalah ini sudah cukup menganggu.
Dalam praktik psikologi, biasanya orang yang mengalami trust issue akan menjalani treatment berupa konseling dan terapi sesuai kebutuhan dari latar belakang trust issue yang dimilikinya. Proses konseling juga tetap membutuhkan dukungan keluarga.
Diharapkan keluarga dengan orang yang memiliki trust issue dapat memberikan dukungan berupa rasa aman dan percaya, disertai pendampingan dan tidak mudah menghakimi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Trust issue berkaitan dengan sebuah situasi saat rasa kepercayaan seseorang mengalami masalah. Orang dengan trust issue cenderung kesusahaan dalam mempercayai seseorang. Bukan tanpa alasan, mereka yang mengalami trust issue biasanya pernah mengalami pengalaman masa kecil yang tidak mengenakan, hingga ketidaksetiaan atau pengkhianatan dalam hubungan.
Dilansir dari psychcentral, penelitian pada 2014 menemukan fakta jika orang dengan pengalaman trauma dari pengkhianatan akan cenderung kurang mempercayai pasangan dan orang lain secara umum. Meski perilaku sehari-hari tidak terlalu terdampak dari trust issue ini, masalah ini dapat berakibat lebih jauh jika tidak ditangani oleh profesional.
Baca juga: 5 Cara Ini Bisa Bantu Genhype Memaafkan Pasangan yang Selingkuh
Ilustrasi trust issue (Sumber gambar: Rodnae Production/Unsplash)
Psikolog praktek di Enlightmind, Nirmala Ika menggambarkan trust issue sebagai sesuatu yang secara tidak sadar terbentuk dari pengalaman hidup manusia. Raca tidak percaya terhadap orang lain ini terbentuk sejak kecil, dan cenderung tidak terjadi di masa dewasa. “Adanya trust issue atau mistrust itu sudah tumbuh sejak 5 tahun pertama dalam hidup manusia,” ungkap Nirmala.
Berbeda dengan sikap skeptis yang cenderung curiga akan sesuatu, trust issue bisa saja tumbuh bersama sikap skeptis. Akan tetapi, sikap skeptis belum tentu terjadi karena adanya trust issue. Identik dengan masa lalu yang buruk, Nirmala menilai trust issue terjadi seiring dengan masa tumbuh kembang manusia.
“Ini terjadi seiring dengan bagaimana interaksi kita dengan orang terdekat seperti keluarga, pertemanan, hingga relasi personal. Kemudian juga bagaimana nilai-nilai yang diajarkan, semuanya akan membentuk kondisi saat ini untuk cenderung memiliki trust issue atau tidak,” jelas Nirmala.
Trust issue bukanlah hal sepele. Hal ini dapat berdampak jauh pada kesehatan mental dan jiwa pada manusia. “Mind and body soul manusia itu saling terkoneksi, apa yang kita pikirkan pasti akan mempengaruhi emosi, dan emosi itu pun akan mempengaruhi tubuh dan reaksio kita dalam merespon peristiwa,” jelas Nirmala.
Selain itu, bahaya trust issue juga dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia, seperti pemilihan pasangan, pemilihan kerja, hingga membuat manusia mensabotase dirinya sendiri sehingga tidak bisa mencapai tujuan hidup.
Baca juga: Mengenal Micro Cheating, Istilah Selingkuh Tipis yang Tenar di Kalangan Gen Z
Meski tidak masuk dalam kategori gangguan mental, trust issue ini bisa mempengaruhi hidup manusia dalam keseharian. Tidak ada ukuran pasti kapan seseorang dengan trust issue harus ke profesional, namun Nirmala menyarankan agar orang dengan trust issue agar segera menghubungi profesional saat merasa masalah ini sudah cukup menganggu.
Dalam praktik psikologi, biasanya orang yang mengalami trust issue akan menjalani treatment berupa konseling dan terapi sesuai kebutuhan dari latar belakang trust issue yang dimilikinya. Proses konseling juga tetap membutuhkan dukungan keluarga.
Diharapkan keluarga dengan orang yang memiliki trust issue dapat memberikan dukungan berupa rasa aman dan percaya, disertai pendampingan dan tidak mudah menghakimi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.