Rekomendasi konten di media sosial oleh algoritma platform tidak sesuai keinginan pengguna (Sumber gambar: Pixabay/Geralt)

Algoritma Rekomendasi Konten di Medsos & Keluhan Para Pengguna

24 September 2022   |   11:00 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Like
Media sosial tidak bisa dimungkiri telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Instagram, Facebook, Twitter, TikTok, YouTube dan platform lainnya merupakan dunia tempat kita beraktivitas; berinteraksi dengan orang lain, mencari informasi dan hiburan, hingga melakoni pekerjaan. 

Laporan Digital 2022 Global Overview Reports dari We Are Social dan Hootsuite mencatat bahwa ada 4,62 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia per Januari tahun ini. Mereka rerata menggunakan 7 jenis platform media sosial berbeda setiap bulannya. 

Rata-rata waktu yang dihabiskan pengguna global untuk berselancar di media sosial mencapai 2 jam 27 menit per hari. Jumlah itu setara dengan 32,5 persen waktu aktif pengguna di internet. Angka ini juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sejak 2013 lalu. 

 

(Sumber gambar: We Are Social/Hootsuite)

 

(Sumber gambar: We Are Social/Hootsuite)

(Sumber gambar: We Are Social/Hootsuite)

Baca juga: Riset Ini Tunjukkan Kebiasaan Bermedia Sosial Masyarakat Indonesia, Kalian Setuju? 


YouTube 

Bicara soal aplikasi medsos yang paling menyedot waktu para pengguna, platform video YouTube menempati posisi pertama. Laporan mencatat bahwa pengguna media sosial menghabiskan waktu hingga 23,7 jam per bulan berada di dalam aplikasi guna menikmati ragam konten yang tersedia. 

Tingginya konsumsi tersebut tidak bisa dilepaskan dari banyaknya pilihan konten yang ada di dalam platform. Belum lagi, algoritma YouTube yang dirancang untuk memperlihatkan konten rekomendasi berdasarkan aktivitas penggunanya. 

Rekomendasi ini bersifat personal. Berbeda-beda untuk setiap individu yang mengakses YouTube, karena dilandaskan pada preferensi masing-masing. Perusahaan akan memberikan saran berdasarkan konten apa yang dilihat, konten apa yang disukai, dan konten yang tidak disukai. 

Ya, selain memberikan rekomendasi tontonan, perusahaan juga coba menjauhkan konten yang tidak sesuai dengan preferensi dari tiap-tiap pengguna. Untuk itu, fitur atau pilihan seperti Dislike dan Not Interested dihadirkan. 

Akan tetapi, laporan terbaru dari Mozilla bertajuk Does This Button Work? Investigating YouTube Ineffective User Controls yang dirilis September tahun ini menemukan hal menarik. Laporan mencatat fitur-fitur yang disediakan tidak lantas menghentikan platform dalam memberikan rekomendasi konten serupa. 

Jadi, bahkan ketika pengguna memberitahu YouTube bahwa mereka tidak tertarik dengan konten tertentu - lewat fitur dan menu yang disediakan, rekomendasi konten yang mirip tetap muncul di laman penggunanya. 

Baca juga: Dukung Kreator, YouTube Luncurkan 2 Program Monetisasi Konten 

Peneliti dari Mozilla menggunakan lebih dari 20.000 data rekomendasi video pengguna YouTube untuk mencapai kesimpulan tersebut. Dalam laporannya, mereka menyatakan bahwa tombol Dislike, Not Interested, Stop Recommending Channel, dan Remove from Watch History, sebagian besar tidak efektif dalam mencegah konten serupa untuk direkomendasikan. 

Lebih spesifik, penelitian dengan kelompok terkontrol itu menunjukkan bahwa tombol Dislike hanya mencegah 12 persen rekomendasi yang tidak diinginkan. Pilihan Not Interested bahkan hanya efektif sekitar 11 persen. 

Fitur Remove from Watch History sedikit lebih efektif dengan 29 persen dan pilihan Stop Recommending Channel lebih efektif lagi dengan persentase tertinggi sekitar 43 persen. Kendati demikian, peneliti menyebut tools yang ditawarkan oleh platform masih tidak memadai untuk menjauhkan pengguna dari konten yang tidak mereka inginkan. 

Menanggapi laporan ini, Juru Bicara YouTube, Elena Hernandez, mengatakan bahwa hal tersebut memang disengaja karena platform tidak mencoba memblokir semua konten terkait dengan satu topik untuk para penggunanya. 

Dia juga mengkritik laporan Mozilla yang disebutnya tidak mempertimbangkan bagaimana kontrol YouTube dirancang untuk setiap pengguna. “Yang penting, kontrol kami tidak menyaring seluruh topik atau sudut pandang, karena ini bisa berdampak negatif untuk penonton,” katanya seperti dilansir dari The Verge

Halaman selanjutnya: Algoritma TikTok & Instagram 
1
2


SEBELUMNYA

Febinda Tito Ajak Galau Berjamaah lewat Single Berantakan

BERIKUTNYA

Setlist Lengkap Lagu Konser SEVENTEEN Be The Sun In Jakarta, Yuk Hafalin Lagu-lagunya!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: