Pengunjung menyaksikan lukisan di pameran Memoar Perupa TIM (Sumber gambar: Yudi Supriyanto)

Karya-karya Seni di Pameran Memoar Perupa Tim Ini Mesti Kalian Lihat

21 September 2022   |   21:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) menyelenggarakan pameran besar seni rupa bertajuk Memoar Perupa Tim di Galeri Emiria Soenassa, Gedung Ali Sadikin, Pusat Kesenian Jakarta. Pameran yang berlangsung dari 16 September – 12 Oktober 2022 merupakan refleksi kebudayaan tentang eksistensi PKJ TIM.

Kurator Citra Smara Dewi mengatakan bahwa pameran ini mengingat kembali ‘kenangan sejarah’ melalui karya-karya seni rupa, khususnya anggota Dewan Kesenian Jakarta pertama (1968), Akademi Jakarta (AJ) pertama (1970), para pendidik Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta - Institut Kesenian Jakarta ra 1970-an, hingga sekarang. 

Baca juga: Review Perpustakaan Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Tempat Baca yang Asyik & Berdesain Kekinian

Menurutnya, memoar adalah bentuk sastra nonimajinatif yang berupa kenangan pada satu masa, tentang kehidupan seseorang, sosok, atau tokoh yang memiliki nilai-nilai. Dalam konteks pameran ini, memoar berkaitan dengan kenangan sejarah.

Pameran ini menjadi sangat penting karena menghadirkan 33 sosok dan tokoh PKJ TIM, sejak era 1950-an hingga kekinian. Karya yang ditampilkan memiliki dimensi kesejarahan yang sangat  penting. Sejumlah karya bahkan baru pertama kali dipamerkan ke publik.

Contoh karya yang terdapat di pameran ini seperti lukisan Upacara Bali dengan ukuran 59x48 cm yang dibuat pada 1959, dengan medium cat minyak pada kanvas dan merupakan koleksi Galeri Nasional Indonesia.
 

(Sumber gambar: Hypeabis/Yudi Supriyanto)

Upacara Bali (Sumber gambar: Hypeabis/Yudi Supriyanto)

Lukisan ini merupakan karya Trisno Sumardjo yang merupakan Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pertama pada 1968. Selain itu, terdapat juga karya berjudul Pemandangan Sungai Landis yang dibuat pada 1967 dengan medium cat air pada kertas.

Lukisan karya Oesman Effendi ini merupakan lukisan yang belum pernah dipamerkan ke masyarakat sejak sang seniman menghibahkannya ke Museum Pusat (Museum Nasional) pada 1968. Oesman merupakan anggota DKJ 1968 dan juga merupakan pendiri Akademi Seni Rupa LPKJ – IKJ pada 1970.

Kemudian, terdapat juga karya patung berjudul Patung Bayi yang dibuat pada 1974 dari seniman yang juga kritikus Jim Supangkat. Karya ini merupakan bentuk karya penolakan terhadap kemapanan estetika, dan terakhir dipamerkan di Balai Budaya pada 1974.

Para penikmat seni juga dapat menikmati karya lukisan dari seniman Danarto yang merupakan pengajar LPKJ-IKJ  pada 1973-1984. Karya berjudul Sang Pembisik dengan ukuran 180 x 180 cm yang dibuat pada 2006 menggunakan medium akrilik pada kanvas.
 

(Sumber gambar: Hypeabis/Yudi Supriyanto)

Sang Pembisik (Sumber gambar: Hypeabis/Yudi Supriyanto)

Karya ini menggambarkan sosok Gus Dur menggunakan jas hitam sedang berdiri sambil tertawa. Sementara itu, di sebelahnya, terlihat sosok bersayap seperti malaikat sedang membisikkan sesuatu. Karya dari Danarto ini terinspirasi ketika Gus Dur bertemu Raja Arab Saudi.

Pada saat itu, sang raja tertawa mendengar humor tingkat dewa dari Gus Dur. Padahal, sang raja disebut sangat jarang tertawa. Karya sang seniman ini sempat dikabarkan menghilang, dan ternyata ada di koleksi Studio Nasirun, Yogyakarta.

Di pameran ini juga para penikmat seni dapat menikmati karya seni rupa kontemporer melalui karya keramik dari Hildawati Soemantri, seni instalasi dari Sri Astari Rasjid, dan seni patung karya seniman Dolorosa Sinaga.

Kemudian, pameran ini juga sekaligus sebagai bentuk kontemplasi dalam menyongsong wajah baru PKJ TIM. Dengan melihat dan memahami karya seni pada masa lalu, pengamat seni dapat menilai kualitas seni rupa pada masa kini.

Tidak hanya itu, para penikmat seni juga dapat mengetahui bagaimana pemikiran dan nilai yang ditanamkan oleh para tokoh yang tercermin dalam karya yang tersaji.

Melalui pameran ini, keberagaman dalam perkembangan seni rupa juga dapat terlihat, dan bagaimana keberagaman itu bukan semata berbasis pada seni murni. Namun, bersifat lintas disiplin sebagai spirit seni rupa di lingkungan PKJ TIM.

Baca juga: Melihat Wajah Baru Taman Ismail Marzuki, Berubah Hampir 100 Persen & Lebih Modern

Karya-karya yang dipamerkan merupakan koleksi dari berbagai instansi, baik pemerintah, swasta maupun individu yaitu DKJ, GNI, Museum Seni Rupa dan Keramik Prov DKI, FSRD IKJ, Nasirun Studio, Galeri keramik F Widayanto, dan Art Sociaetes-Lawangwangi.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Cek 16 Film yang Tayang di Korea Indonesia Film Festival 2022

BERIKUTNYA

Harga & Cara Beli Tiket HITC Jakarta 2022, NIKI hingga YOASOBI Siap Tampil

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: