anak-anak sebenarnya dapat berpikir dengan baik (sumber gambar ilustrasi: pexels/pixabay)

Manfaat Menerapkan Pola Asuh & Komunikasi Tanpa Kata 'Jangan' pada Anak

20 September 2022   |   06:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya akses informasi, pengasuhan anak usia dini pada masa kini hadir dengan banyak pola yang lebih bermakna dan berorientasi pada kenyamanan serta mental anak. Salah satunya adalah pola asuh dengan meminimalisr penggunaan kata 'jangan'.

Pendidik Prasekolah Rumah Main Cikal Surabaya, Kanaya Bella Safitri, mengatakan bahwa membentuk pola penyampaian komunikasi tanpa kata jangan punya banyak manfaat. Misalnya mendorong anak untuk lebih berani mengelaborasi pertanyaan dan memahami alasan boleh atau tidaknya suatu hal dilakukan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. 

“Studi psikologi menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya berbicara kepada mereka dan menjelaskan hal-hal yang terjadi di situasi sehari-hari, akan menjadikan mereka kaya akan kosa kata dan lebih mudah memahami dan menerima pembicaraan orang tua,” katanya.

Baca juga: 5 Kiat Pola Asuh yang Tepat untuk Anak Hebat 

Dia menuturkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini dapat mengalami pertumbuhan jika orang tua menerapkan pola komunikasii tanpa kata tersebut. Anak-anak, sebenarnya, dapat berpikir dengan baik. Namun, orang tua atau siapa pun yang memberikan instruksi dan larangan juga harus dapat memberikan komunikasi yang jelas kepada mereka. Tujuannya, agar anak mudah mengerti dan menerima maksud yang disampaikan. 

Anak dapat memperoleh alasan yang bisa dipahami ketika tidak boleh melakukan sesuatu, dengan diberikan penjelasan. Orang tua juga bisa mengubah pola komunikasi dengan lebih positif, tetapi mengandung larangan. Dengan komunikasi ini, anak akan memahami alasan dari orang tua sehingga dapat mengetahui aksi yang harus dilakukan.

Menurutnya, anak akan lebih cenderung mendengarkan dan melakukan larangan yang disampaikan tanpa kata jangan dan nada yang negatif. "’Adik, kamu boleh bermain tapi tolong dirapikan ya karena ibu mau menyapu nanti mainan kamu tersapu dan hilang,” katanya memberi contoh. 

Baca juga: Kenali 4 Pola Asuh dan Dampaknya bagi Pertumbuhan Anak

Dia menuturkan anak akan merasa terbatas dalam bergerak jika orang tua selalu membangun komunikasi dengan kata jangan yang selalu berulang. Tidak hanya itu, anak juga bakal merasa kesulitan dalam menjelaskan suatu keadaan pada masa mendatang

Anak bahkan akan merasa bingung seiring waktu jika orang tua melarang anak secara berulang dengan kata jangan atau tidak. Lebih dari itu, anak bahkan bisa merasakan frustasi dalam melakukan keinginan.

“Saat kita melarang anak untuk tidak membiarkan mainannya berserakan, apabila kita hanya memarahi anak dan berkata ‘jangan berantakan begitu!’ atau ‘jangan bermain disini!’, anak cenderung sulit menerima pola komunikasi demikian dan bingung karena perintah yang tidak jelas, ‘apakah saya tidak boleh bermain?’” katanya.

Baca juga: Bunda, Begini Pola Asuh yang Tepat buat Anak Generasi Alpha 


Pola Asuh Anak

Sebagaimana dilansir dari laman Halodoc, terdapat berbagai macam pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak. Pertama adalah nurturant parenting atau pola asuh pendampingan. Pola asuh ini selalu membebaskan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar sehingga anak dapat belajar tentang lilngkungan.

Kedua adalah permissive parenting atau pola asuh permisif. Pola asuh ini kerap longgar terhadap aturan dan disipli meskipun cenderung perhatian terhadap anak. Kemudian, orang tua juga jarang memberi tuntutan dan harapan kepada anak. Biasanya pola asuh ini dapat membuat anak cenderung kurang disiplin.

Ketiga adalah neglectful parenting atau pola asuh lalai. Pola asuh ini lebih mengabaikan emosi dan pendapat dari sang anak. Pola asuh ini kerap menghasilkan anak kurang disiplin, tidak peduli terhadap lingkungan, dewasa sebelum waktunya, dan sering bertengkar dengan orang tua.

Keempat adalah natural parenting atau pola asuh dengan kasih sayang. Pola asuh ini menciptakan keterikatan emosional yang dipupuk dengan baik oleh orang tua. Biasaya, pola asuh ini menghindari hukuman fisik. Anak tetap mendapatkan ajaran sikap disiplin dengan interaksi antara orang tua dan anak. Pola asuh ini kerap membuat anak manja dan tergantung kepada orang tua.

Kelima positive parenting atau pola asuh positif. Pola asuh ini akan membuat anak mendapatkan bimbingan dan nasihat tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Anak juga akan mendapatkan penjelasan bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi.

Keenam adalah authoritative parenting atau pola asuh otoritatif. Pola asuh yang satu ini adalah dengan memberikan pemahaman kepada ank dan menekankan alasan suatu aturan berlaku, dan orang tua akan mengatur batasan-batasan. Anak-anak bisa menjadi lebih mandiri, diterima secara sosial, sukses dalam akademis dan juga berperilaku.

Editor: Syaiful Millah 
 

SEBELUMNYA

TikTok Now, Bisa Atur Konten Jadi Lebih Privasi

BERIKUTNYA

Kenali 3 Miskonsepsi Tentang Menaikkan Berat Badan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: