Fosil berusia 31.000 tahun yang menjalani operasi kaki. (Sumber gambar : Jurnal Nature/Tim Maloney)

Fosil 31.000 Tahun di Kalimantan Ungkap Prosedur Amputasi Pertama di Dunia

12 September 2022   |   14:03 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Prosedur bedah ternyata sudah dilakukan sejak zaman prasejarah lho, Genhype. Bahkan, tindakan medis kuno itu tercatat terjadi di wilayah Indonesia, tepatnya di Tanah Borneo. Hal ini terbukti ketika para arkeologmenemukan fosil manusia zaman purba yang kakinya diamputasi. 

Dalam laporan tim arkeolog internasional yang diterbitkan di Jurnal Nature, tim gabungan dari beberapa negara itu menemukan sisa-sisa kerangka pemuda di dalam gua batu kapur, Liang Tebo di Kalimantan sejak penggalian pada 2020. Gua tersebut terletak di pedalaman terpencil, dan hanya bisa diakses dengan perahu pada waktu-waktu tertentu setiap tahunnya. 

Setelah mengamati fosil yang diperkirakan berusia 31.000 tahun itu, didapati bahwa kaki dari manusia purba yang tergolong remaja tersebut tampak pernah menjalani prosedur pemotongan kaki bagian bawah. Para arkeolog sepakat bahwa operasi kuno ini adalah amputasi medis paling awal dalam sejarah manusia. 

Baca juga: Penemuan Fosil Baru Dorong Mundur Evolusi Hewan hingga Ratusan Juta Tahun 
 

Peta fosil berusia 31.000 tahun yang menjalani operasi kaki. (Sumber gambar : Jurnal Nature/Tim Maloney)

Peta fosil berusia 31.000 tahun yang menjalani operasi kaki. (Sumber gambar : Jurnal Nature/Tim Maloney)

Peneliti ini pun terkagum-kagum dengan keterampilan ahli bedah Zaman Batu tersebut. Pasalnya, dari penelitian lanjutan, remaja purba itu mampu hidup enam sampai sembilan tahun pascaoperasi. Fakta tersebut didapat setelah para ahli melakukan penanggalan radiokarbon dari enamel gigi si manusia purba.  

“Ini adalah kejutan besar bahwa penjelajah purba ini selamat dari operasi masa kanak-kanak yang sangat serius dan mengancam jiwa, lukanya sembuh untuk membentuk tunggul dan mereka kemudian hidup selama bertahun-tahun di daerah pegunungan dengan mobilitas yang berubah," tulis ahli bioarkeolog di University of Sydney Melandri Vlok dalam sebuah pernyataan dikutip dari Live Science, Senin (12/9/2022). 

Secara detail para arkeolog menggambarkan bahwa kerangka kaki bagian bawah fosil itu dihilangkan melalui prosedur bedah. Mereka juga melihat adanya pertumbuhan tulang yang berkaitan dengan penyembuhan. Adanya tulang itu menguatkan bahwa kaki tersebut benar diamputasi melalui pembedahan, bukan akibat serangan binatang atau kecelakaan. 

Sebelum penemuan di Kalimantan, prosedur amputasi juga ditemukan para kerangka manusia purba berusia 7.000 tahun. Dalam sebuah penelitian yang terbit di jurnal Nature pada 2007, didapati bahwa fosil tersebut merupakan petani tua di zamannya. Lengan kirinya dipangkas melalui prosedur pembedahan. 
 

Fosil berusia 31.000 tahun yang menjalani operasi kaki. (Sumber gambar : Jurnal Nature/Tim Maloney)

Fosil berusia 31.000 tahun yang menjalani operasi kaki. (Sumber gambar : Jurnal Nature/Tim Maloney)


Para arkeolog menilai, temuan-temuan ini menunjukkan bahwa manusia purba ternyata memiliki pengetahuan dan alat untuk melakukan operasi kompleks yang sering melibatkan jaringan pembuluh darah, saraf, dan otot. 

“Temuan baru di Borneo menunjukkan bahwa manusia sudah memiliki kemampuan untuk berhasil mengamputasi anggota tubuh yang sakit atau rusak jauh sebelum kita mulai bertani dan tinggal di pemukiman permanen,” sebut rekan penulis studi Maxime Aubert, seorang arkeolog dan ahli geokimia di Griffith University Australia dalam siaran pers.

Sementara itu, menurut penulis utama studi ini, Tim Maloney, arkeologi dari Griffith University menilai penemuan manusia purba berusia 31.000 tahun di Kalimantan memiliki implikasi besar bagi pemahaman kita tentang sejarah kedokteran.

Penemuan ini juga mengungkapkan bahwa manusia harus memiliki pengetahuan rinci tentang anatomi tungkai dan sistem otot, pembuluh darah untuk mengekspos dan menegosiasikan vena, serta anatomi saraf dan mencegah kehilangan darah yang fatal juga infeksi.

Adhi Agus Oktaviana, mahasiswa doktoral arkeologi di Griffith University yang berbasis di Jakarta menyampaikan penemuan ini adalah yang terbaru dan mengisyaratkan seperti apa kehidupan penjelajah zaman es di Indonesia.

Baca juga: Waduh, Lukisan Purbakala di Gua Tertua Dunia di Sulawesi Terancam Rusak 
 

Penampakan fosil berusia 31.000 tahun (Sumber gambar : Jurnal Nature/Tim Maloney)

Penampakan fosil berusia 31.000 tahun (Sumber gambar : Jurnal Nature/Tim Maloney)


Manusia Purba Ditemukan di Sulawesi

Sebelumnya, para peneliti dari Senckenberg Center for Human Evolution and Palaeoenvironment di Universitas Tubingen, Jerman, berhasil mengidentifikasi jejak manusia purbakala di Sulawesi Selatan, dan mengungkap kemungkinan asal usul garis keturunan yang ditemukan di daerah tersebut. 

Temuan itu didapat dari studi yang dipublikasikan secara online di jurnal Nature, Rabu (25/8/2021). Para peneliti sebelumnya menemukan pemakaman wanita misterius di gua Leang Panninge, Sulawesi pada 2015. Mereka lalu menemukan satu set artefak kerangka manusia yang relatif lengkap. Kerangka itu milik wanita yang dikubur sekitar 7.200 tahun yang lalu.

Genom wanita purba tersebut juga mengungkapkan bahwa dia adalah kerabat jauh dari orang Aborigin Australia dan Melanesia saat ini, atau orang pribumi di Pulau New Guinea dan Pasifik Barat yang nenek moyangnya adalah manusia pertama yang mencapai Oceania. 
 

Artefak manusia purbakala di Sulawesi Selatan (dok. Universitas Hasanuddin)

Artefak manusia purbakala di Sulawesi Selatan (dok. Universitas Hasanuddin)

Wakil pemimpin penelitian Profesor Cosimo Posth menerangkan seperti orang Aborigin Australia dan New Guinea, wanita itu memiliki proporsi DNA yang signifikan dari spesies manusia purba yang dikenal sebagai Denisova.

Denisova adalah nenek moyang manusia modern yang sudah punah dan dulu tinggal di Siberia dan Asia Timur. Mereka merupakan spesies baru manusia, namun sebagian lain menyebut mereka adalah Neandertal yang hidup di timur.

Menurut Posth, temuan ini tentu sangat kontras dengan manusia purba pemburu-pengumpul lainnya dari Asia Tenggara seperti di Laos dan Malaysia yang tidak memiliki banyak keturunan Denisova.

Penemuan genetik ini menunjukkan bahwa Indonesia dan pulau-pulau sekitarnya, yang dulu dikenal sebagai Wallacea memang merupakan titik pertemuan untuk peristiwa pencampuran utama antara Denisovan dan manusia modern dalam perjalanan awal mereka ke Oceania. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

4 Seniman Kontemporer Dunia yang Perlu Kalian Ketahui, Salah Satunya dari Indonesia

BERIKUTNYA

Wayang Motekar Bawa Isu Kerusakan Lingkungan ke Panggung Musim Seni Salihara

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: