Ilustrasi lansia yang menderita demensia (Sumber gambar : Freepik/Shurkin_son)

Sering Tertukar, Ini 5 Jenis Demensia yang Perlu Diketahui

06 September 2022   |   21:36 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Pikun adalah istilah awam yang menggambarkan lupa terhadap sesuatu ini sering disematkan pada orang lanjut usia (lansia). Sebutannya dalam medis adalah demensia, kondisi yang bukan sekadar soal kehilangan memori saja, tetapi juga kesulitan untuk berpikir, pemecahan masalah, hingga menurunnya kemampuan berbahasa dan bersosialisasi.

Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan, paling umum karena penyakit Alzheimer. Psikiatri dari RS Pondok Indah dr. Zulvia Oktanida Syarif menerangkan penyakit Alzheimer adalah suatu gangguan neurodegeneratif yang ditandai dengan penurunan daya kognitif dan perilaku, hingga mengganggu fungsi sosial dan okupasional seseorang.

"Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia. Demensia ada berbagai jenis, salah satunya Demensia Alzheimer," ujar wanita yang karib disapa Vivi itu saat diwawancarai Hypeabis.id beberapa waktu lalu.

Penyebab demensia bukan hanya Alzheimer. Penyebab lain termasuk demensia vaskular, demensia dengan Lewy body, demensia frontotemporal, dan demensia campuran. Biar lebih paham perbedaannya, berikut penjelasan dari jenis-jenis demensia tersebut.

Baca juga: Yuk Rawat Lansia, Kenali Risiko Alzheimer yang Bisa Bikin Pikun


1. Demensia Alzheimer

Vivi menjelaskan Alzheimer timbul bukan hanya karena satu faktor. Faktor risiko Alzheimer yakni usia di atas 65 tahun, genetik atau adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit tersebut, faktor lingkungan seperti paparan bahan aluminium, cedera kepala, dan penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, serta diabetes. 

Gejala paling umum dari Alzheimer selain hilangnya memori adalah salah mengenali orang, tempat, dan waktu. Lansia yang mengalami penyakit ini sulit berkomunikasi, mengalami depresi, hingga delusi. "Seperti keyakinan yang kuat, yang beda dari realita, misal meyakini barangnya hilang dicuri," terang Vivi. 

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Vivi menegaskan apabila kamu atau orang terdekat menunjukkan gejala mudah lupa, jangan dimaklumi namun konsultasikan segera ke dokter. 

Dia menegaskan Alzheimer bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi gizi seimbang, hindari rokok dan narkoba. Kemudian kelola stres, bersosialisasi, gunakan otak untuk belajar hal baru atau keterampilan baru.

Bisa dengan bermain teka teki silang, hingga berdansa poco-poco guna menghafal memori seperti gerakan dengan musik. "Ketika sudah terjadi, Alzheimer tidak bisa sembuh. Pengobatan hanya memperlambat perburukan gejala," tegas Vivi.


2. Demensia Vaskular

Jenis demensia ini paling umum setelah penyakit Alzheimer. Demensia vaskular terjadi ketika pembuluh darah di otak, khususnya arteri, rusak. Tugas arteri mengantarkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi dari jantung ke otak. 

Pada demensia vaskular, perubahan dalam kemampuan berpikir terkadang terjadi secara tiba-tiba terutama setelah stroke, yang menyumbat pembuluh darah utama di otak. Kerusakan pembuluh darah yang dimulai di area otak sebagai peran kunci dalam menyimpan dan mengambil informasi, dapat menyebabkan kehilangan memori yang sangat mirip dengan penyakit Alzheimer. 

Namun demikian, gejala paling jelas dari demensia vaskular berupa kebingungan, disorientasi, kesulitan berbicara atau memahami ucapan, sakit kepala mendadak, kesulitan berjalan, keseimbangan yang buruk, dan mati rasa atau kelumpuhan pada satu sisi wajah atau tubuh. Ya, gejala ini merupakan gejala stroke.
 

3. Demensia dengan badan Lewy (DLB) 

Ini adalah jenis demensia progresif yang menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, menalar, dan fungsi mandiri. Ciri-cirinya termasuk perubahan spontan dalam perhatian dan kewaspadaan, halusinasi visual berulang, gangguan perilaku tidur REM, gerakan lambat, tremor atau kekakuan.

Istilah Demensia dengan badan Lewy dinamai Frederich H. Lewy, ahli saraf yang menemukan kondisi ini saat bekerja di laboratorium Dr. Alois Alzheimer selama awal 1900an. Protein alpha-synuclein, komponen utama badan Lewy, ditemukan secara luas di otak, tetapi fungsi normalnya belum diketahui.

Para peneliti belum mengidentifikasi penyebab spesifik demensia dengan badan Lewy. Kebanyakan orang yang didiagnosis dengan DLB tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tersebut. Selain itu, tidak ada gen yang terkait dengan DLB yang telah diidentifikasi.

Biasanya orang dengan DLB mengalami gejala gerakan seperti postur membungkuk, otot kaku, berjalan terseok-seok, dan kesulitan memulai gerakan. Menuntut asosiasi Alzheimer, ALZ, DLB seringkali memburuk seiring waktu dan memperpendek usia penderitanya.  
1
2


SEBELUMNYA

Ingin Fokus Bermusik, Simak Dulu Untung Rugi Memilih Jalur Indie dan Major Label

BERIKUTNYA

5 Rekomendasi Mix and Match Outfit Oversized ala Selebriti

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: