Tips Mengatur Kondisi Finansial bagi Pasangan Milenial
02 September 2022 |
08:30 WIB
2
Likes
Like
Likes
Keuangan kerap menjadi salah satu alasan dan permasalahan yang membuat sebuah hubungan retak, tak terkecuali bagi mereka pasangan milenial. Pasangan dari generasi tersebut tidak hanya dituntut untuk saling beradaptasi satu sama lain. Lebih dari itu, mereka juga harus sama-sama cepat belajar cara mengatur keuangan keluarga.
Sebab, mengatur keuangan rumah tangga bisa dibilang susah-susah gampang. Pengelolaan keuangan yang tepat akan membantu pasangan milenial untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sendiri.
Menjalani kehidupan yang sehat, tidak ada utang, cicilan, dan bisa membeli semua kebutuhan merupakan kondisi yang diimpikan para pasangan milenail. Inilah yang disebut sebagai finansial keluarga yang sehat.
Namun, kondisi finansial keluarga yang sehat tidak datang dengan sendirinya. Perlu ada kerja keras untuk menyatukan pandangan dalam mengelola keuangan yang baik.
Baca juga: Begini Cara Kelola Keuangan jika Terjebak Generasi Sandwich
Dengan banyak mengobrol, kamu dan pasangan bica punya kesempatan untuk menyatukan visi pengelolaan keuangan. Dalam hal ini, pemilihan kata dan waktu yang tepat saat mengobrol kerap menjadi faktor besar keberhasilan.
“Mindset yang perlu ditanamkan adalah keterbukaan tentang keuangan dalam rumah tangga itu sangat diperlukan, apalagi jika tidak memiliki perjanjian pranikah. Sebab, aset maupun utang berpotensi jadi milik bersama,” kata Anisa kepada Hypeabis.id, Jumat (2/9).
Anisa menambahkan bila keterbukaan sudah tercapai, mencari pengaturan keuangan yang tepat ialah prioritas selanjutnya. Salah satu yang penting ialah menentukan peran dan tanggung jawab, baik untuk istri dan suami.
Dalam rumah tangga, sebaiknya ada yang menjalankan peran sebagai direktur keuangan. Pengaturan keluarga memang mirip dengan perusahaan. Dengan demikian, pengambilan keputusan akhir atas aktivitas keuangan bisa jelas.
Sementara itu, pihak lainnya bisa menjalankan peran sebagai manager keuangan yang mengelola pemasukkan dan pengeluaran dalam rumah tangga.
“Buatlah rencana pengeluaran baru, pengeluaran sebelum dan setelah menikah pasti berbeda. jadi, penting sekali untuk membuat rencana dan bujet pengeluaran berdasarkan kebutuhan bersama,” ungkapnya.
Soal berapa persentase dari masing-masing pos? Semua bergantung dari kebutuhan dan nilainya tentu akan berbeda setiap pasangan. Hanya saja, yang penting sekali ialah persentasi cicilan keluarga tidak boleh lebih dari 30 persen total penghasilan yang ada. Selain itu, pasangan milenial juga sedini mungkin menabung atau investasi untuk membiayai kebutuhan masa depan, sehingga sangat penting menyisihkan saat penghasilan diterima.
Jangan lupa Genhype, dana darurat juga mesti disiapkan dan dijadikan prioritas sebelum memulai investasi atau menabung. Target sangat minimalnya ialah 3x pengeluaran rutin bulanan. Jika sudah terpenuhi, sebagian porsi keuangan dapat ditujukan ke pos dana pensiun.
“Di sisi lain, pasangan milenial juga mesti me-review kebutuhan proteksi untuk memitigasi risiko kehidupan rumah tangga. Asuransi kesehatan dan asuransi jiwa cukup penting. Asuransi jiwa dibutuhkan untuk memberikan perlindungan bagi pasangan atau anak yang bergantung hidup kepada salah satu pasangan,” tambahnya.
Baca juga: 5 Kesalahan Mengatur Keuangan yang Sering Terjadi di Usia 20an
Saat memulai kehidupan rumah tangga, Anisa sendiri menyarankan penggabungan penghasilan suami dan istri. Penggabungan dinilai jadi cara yang tepat. Jadi, satu pihak bisa fokus mencari penghasilan untuk keluarga, sedangkan pihak lain akan mengelolanya.
Pengaturan tabungan sebaiknya dilakukan agar keuangan lebih terbuka dan terkontrol.
Namun, hal tersebut harus berdasarkan keputusan bersama. Jika pasangan tidak menyetujui, selama pengeluaran dan investasi sesuai perencanaan sah-sah saja dilakukan berbeda.
Misalnya, masing-masing pihak memberikan kontribusi dalam membangun kondisi finansial keluarga yang sehat. Adapun sisanya bisa untuk kebutuhan pribadi. Akan tetapi, pengeluaran-pengeluaran hendaknya tetap dicatat.
“Pola mana yang lebih baik? Tidak ada. Yang penting kesepakatan bersama,” imbuhnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sebab, mengatur keuangan rumah tangga bisa dibilang susah-susah gampang. Pengelolaan keuangan yang tepat akan membantu pasangan milenial untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sendiri.
Menjalani kehidupan yang sehat, tidak ada utang, cicilan, dan bisa membeli semua kebutuhan merupakan kondisi yang diimpikan para pasangan milenail. Inilah yang disebut sebagai finansial keluarga yang sehat.
Namun, kondisi finansial keluarga yang sehat tidak datang dengan sendirinya. Perlu ada kerja keras untuk menyatukan pandangan dalam mengelola keuangan yang baik.
Baca juga: Begini Cara Kelola Keuangan jika Terjebak Generasi Sandwich
Keterbukaan
Certified Financial Planner Anisa Aprilia menerangkan tantangan pasangan baru biasanya adalah keterbukaan dan perbedaan prioritas. Akan tetapi, hal tersebut dapat diatasi dengan komunikasi yang baik dan tidak memaksa.Dengan banyak mengobrol, kamu dan pasangan bica punya kesempatan untuk menyatukan visi pengelolaan keuangan. Dalam hal ini, pemilihan kata dan waktu yang tepat saat mengobrol kerap menjadi faktor besar keberhasilan.
“Mindset yang perlu ditanamkan adalah keterbukaan tentang keuangan dalam rumah tangga itu sangat diperlukan, apalagi jika tidak memiliki perjanjian pranikah. Sebab, aset maupun utang berpotensi jadi milik bersama,” kata Anisa kepada Hypeabis.id, Jumat (2/9).
Peran & Tanggung Jawab
Anisa menambahkan bila keterbukaan sudah tercapai, mencari pengaturan keuangan yang tepat ialah prioritas selanjutnya. Salah satu yang penting ialah menentukan peran dan tanggung jawab, baik untuk istri dan suami.Dalam rumah tangga, sebaiknya ada yang menjalankan peran sebagai direktur keuangan. Pengaturan keluarga memang mirip dengan perusahaan. Dengan demikian, pengambilan keputusan akhir atas aktivitas keuangan bisa jelas.
Sementara itu, pihak lainnya bisa menjalankan peran sebagai manager keuangan yang mengelola pemasukkan dan pengeluaran dalam rumah tangga.
“Buatlah rencana pengeluaran baru, pengeluaran sebelum dan setelah menikah pasti berbeda. jadi, penting sekali untuk membuat rencana dan bujet pengeluaran berdasarkan kebutuhan bersama,” ungkapnya.
Poin Pengeluaran
Anisa menyebut setidaknya pengeluaran keluarga bisa dibagi menjadi 3 poin besar. Pertama, pengeluaran wajib, pos ini mengatur soal cicilan, pembayaran pajak, zakat, dan asuransi. Kedua, pengeluaran primer, mencakup kebutuhan rumah tangga, sekolah anak, makan, transportasi, dan sebagainya. Ketiga, pengeluaran sekunder, yang berisi kebutuhan belanja, pakaian, liburan, tabungan, dan investasi.Soal berapa persentase dari masing-masing pos? Semua bergantung dari kebutuhan dan nilainya tentu akan berbeda setiap pasangan. Hanya saja, yang penting sekali ialah persentasi cicilan keluarga tidak boleh lebih dari 30 persen total penghasilan yang ada. Selain itu, pasangan milenial juga sedini mungkin menabung atau investasi untuk membiayai kebutuhan masa depan, sehingga sangat penting menyisihkan saat penghasilan diterima.
Jangan lupa Genhype, dana darurat juga mesti disiapkan dan dijadikan prioritas sebelum memulai investasi atau menabung. Target sangat minimalnya ialah 3x pengeluaran rutin bulanan. Jika sudah terpenuhi, sebagian porsi keuangan dapat ditujukan ke pos dana pensiun.
“Di sisi lain, pasangan milenial juga mesti me-review kebutuhan proteksi untuk memitigasi risiko kehidupan rumah tangga. Asuransi kesehatan dan asuransi jiwa cukup penting. Asuransi jiwa dibutuhkan untuk memberikan perlindungan bagi pasangan atau anak yang bergantung hidup kepada salah satu pasangan,” tambahnya.
Baca juga: 5 Kesalahan Mengatur Keuangan yang Sering Terjadi di Usia 20an
Saat memulai kehidupan rumah tangga, Anisa sendiri menyarankan penggabungan penghasilan suami dan istri. Penggabungan dinilai jadi cara yang tepat. Jadi, satu pihak bisa fokus mencari penghasilan untuk keluarga, sedangkan pihak lain akan mengelolanya.
Pengaturan tabungan sebaiknya dilakukan agar keuangan lebih terbuka dan terkontrol.
Namun, hal tersebut harus berdasarkan keputusan bersama. Jika pasangan tidak menyetujui, selama pengeluaran dan investasi sesuai perencanaan sah-sah saja dilakukan berbeda.
Misalnya, masing-masing pihak memberikan kontribusi dalam membangun kondisi finansial keluarga yang sehat. Adapun sisanya bisa untuk kebutuhan pribadi. Akan tetapi, pengeluaran-pengeluaran hendaknya tetap dicatat.
“Pola mana yang lebih baik? Tidak ada. Yang penting kesepakatan bersama,” imbuhnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.