Jangan Abaikan Sakit Gigi pada Anak, Ini Alasannya
15 August 2022 |
18:17 WIB
Sakit gigi mungkin menjadi salah satu penyakit yang jamak diderita masyarakat. Penyakit ini bahkan seringkali sudah dirasakan oleh anak kecil. Namun, tidak semua orang tua mengambil tindakan serius terhadap penyakit ini jika dialami oleh sang buah hatinya. Tindakan yang diambil biasanya hanya memberikan obat pereda rasa sakit.
Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi Desember 2016, menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Melanie S. Djamil, perilaku tersebut memang jamak dilakukan masyarakat di Indonesia. Padahal, obat sakit gigi hanya meredakan sakitnya, tetapi tidak menyelesaikan permasalahan utama. “Jika sumber masalah utamanya tidak ditangani dengan baik maka rasa sakit itu akan terus berulang,” katanya.
Baca juga: Cara Mencegah Gigi Berlubang pada Anak
Pada dasarnya, sakit pada gigi bisa diakibatkan oleh beberapa hal, mulai dari gigi berlubang, gusi berlubang atau bahkan tulang penahan gigi di rahang yang bermasalah. Ketiga hal tersebut memilki strategi penanganannya masing-masing.
Drg Udijanto Tedjosasongko menjelaskan salah satu masalah gigi paling sering ditemui adalah gigi berlubang. Prevalensinya mencapai 53 persen pada usia 12 tahun ke atas. “Gigi berlubang atau karies gigi merupakan kelainan pada jaringan terluar gigi akibat demineralisasi,” ujarnya.
Demineralisasi terjadi karena empat faktor yaitu gigi itu sendiri, mikroorganisme dalam mulut, waktu, dan makanan. Udijanto mengatakan, dua faktor pertama bisa dihindari. Namun, faktor makanan dan waktu yang terkait erat dengan gaya hidup lebih sulit dikurangi.
Pasalnya, hal ini terkait dengan kebersihan gigi dan kebiasaan menyantap makanan tinggi gula dalam jangka waktu lama. Selain karies atau gigi berlubang, anakanak biasanya juga banyak menderita karang gigi.
Ini adalah hasil tumpukan kotoran yang mengapur dalam jangka waktu tertentu. Karang gigi dapat memicu sejumlah masalah seperti gusi berdarah.
Drg Sindy C. Nelwan bahkan menjelaskan karang gigi juga berisiko menyebabkan alergi berupa asma. Asma ini tidak terjadi permanen dan bergantung erat pada kebersihan gigi. Alergi terjadi karena kuman yang menempel pada gigi akan melepaskan endotoksin bernama lipopolisakarida.
Racun inilah yang meningkatkan respons imun yang berperan terhadap alergi. Ketika naik, akan terjadi hipersensitif. Jika karies atau karang gigi terjadi pada gigi sulung, hal ini akan membuat gigi tersebut tanggal sebelum waktunya. Padahal, gigi belum sempat tumbuh. “Susunan gigi akhirnya menjadi berantakan sehingga mempengaruhi proses mengunyah makanan,” ujarnya.
Akibat proses mengunyah makanan yang tidak sempurna, fungsi pencernaan dalam tubuh juga akan terganggu atau bahkan rusak. Kendati berisiko tinggi, masih banyak orangtua yang mengabaikan kesehatan gigi sulung. Alasannya karena gigi tersebut akan digantikan oleh gigi dewasa. Padahal, jika tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah kesehatan di masa mendatang. Udijanto menjelaskan masalah kesehatan gigi sebenarnya tidak turun secara genetik.
Baca juga: Mau Punya Gigi Putih dan Sehat? Hindari Makanan Ini
Namun, akibat gaya hidup yang mirip. Anak-anak seringkali memiliki masalah yang sama dengan orangtuanya. Salah satu upaya sederhana yang bisa dilakukan adalah sikat gigi secara rutin dua kali sehari. Namun, hindari gerakan maju mundur di permukaan gigi. Idealnya, cara yang benar adalah dengan gerakan dari atas ke bawah. “Anak-anak juga harus diperiksa ke dokter gigi enam bulan sekali,” ujarnya.
Editor: Dika Irawan
Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi Desember 2016, menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Melanie S. Djamil, perilaku tersebut memang jamak dilakukan masyarakat di Indonesia. Padahal, obat sakit gigi hanya meredakan sakitnya, tetapi tidak menyelesaikan permasalahan utama. “Jika sumber masalah utamanya tidak ditangani dengan baik maka rasa sakit itu akan terus berulang,” katanya.
Baca juga: Cara Mencegah Gigi Berlubang pada Anak
Pada dasarnya, sakit pada gigi bisa diakibatkan oleh beberapa hal, mulai dari gigi berlubang, gusi berlubang atau bahkan tulang penahan gigi di rahang yang bermasalah. Ketiga hal tersebut memilki strategi penanganannya masing-masing.
Drg Udijanto Tedjosasongko menjelaskan salah satu masalah gigi paling sering ditemui adalah gigi berlubang. Prevalensinya mencapai 53 persen pada usia 12 tahun ke atas. “Gigi berlubang atau karies gigi merupakan kelainan pada jaringan terluar gigi akibat demineralisasi,” ujarnya.
Demineralisasi terjadi karena empat faktor yaitu gigi itu sendiri, mikroorganisme dalam mulut, waktu, dan makanan. Udijanto mengatakan, dua faktor pertama bisa dihindari. Namun, faktor makanan dan waktu yang terkait erat dengan gaya hidup lebih sulit dikurangi.
Pasalnya, hal ini terkait dengan kebersihan gigi dan kebiasaan menyantap makanan tinggi gula dalam jangka waktu lama. Selain karies atau gigi berlubang, anakanak biasanya juga banyak menderita karang gigi.
Ini adalah hasil tumpukan kotoran yang mengapur dalam jangka waktu tertentu. Karang gigi dapat memicu sejumlah masalah seperti gusi berdarah.
Drg Sindy C. Nelwan bahkan menjelaskan karang gigi juga berisiko menyebabkan alergi berupa asma. Asma ini tidak terjadi permanen dan bergantung erat pada kebersihan gigi. Alergi terjadi karena kuman yang menempel pada gigi akan melepaskan endotoksin bernama lipopolisakarida.
Racun inilah yang meningkatkan respons imun yang berperan terhadap alergi. Ketika naik, akan terjadi hipersensitif. Jika karies atau karang gigi terjadi pada gigi sulung, hal ini akan membuat gigi tersebut tanggal sebelum waktunya. Padahal, gigi belum sempat tumbuh. “Susunan gigi akhirnya menjadi berantakan sehingga mempengaruhi proses mengunyah makanan,” ujarnya.
Akibat proses mengunyah makanan yang tidak sempurna, fungsi pencernaan dalam tubuh juga akan terganggu atau bahkan rusak. Kendati berisiko tinggi, masih banyak orangtua yang mengabaikan kesehatan gigi sulung. Alasannya karena gigi tersebut akan digantikan oleh gigi dewasa. Padahal, jika tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah kesehatan di masa mendatang. Udijanto menjelaskan masalah kesehatan gigi sebenarnya tidak turun secara genetik.
Baca juga: Mau Punya Gigi Putih dan Sehat? Hindari Makanan Ini
Namun, akibat gaya hidup yang mirip. Anak-anak seringkali memiliki masalah yang sama dengan orangtuanya. Salah satu upaya sederhana yang bisa dilakukan adalah sikat gigi secara rutin dua kali sehari. Namun, hindari gerakan maju mundur di permukaan gigi. Idealnya, cara yang benar adalah dengan gerakan dari atas ke bawah. “Anak-anak juga harus diperiksa ke dokter gigi enam bulan sekali,” ujarnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.