Under The Volcano (Sumber gambar: ©bumipurnati)

Under The Volcano: Mengangkat Drama Bencana Krakatau ke Panggung Ibu Kota

14 August 2022   |   13:12 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Gunung Krakatau meletus hebat pada 27 Agustus 1883. Nyaris semua catatan kajian ilmiah dan bibliografinya dilaporkan oleh orang asing, tanpa kesaksian pribumi yang ada di sekitarnya. Sampai akhirnya ditemukan sumber tertulis pribumi berjudul Inilah Syair Lampung Karam Adanya karangan Muhammad Saleh pada 1883.

Dalam syair itu, pengarang menjelaskan kehancuran desa-desa dan kematian massal akibat letusan dahsyat dari Gunung Krakatau. Kini, Inilah Syair Lampung Karam Adanya akan diadaptasi dan dipentaskan menjadi suatu pertunjukan teater berjudul Under the Volcano.

Pertunjukan ini mencoba merekam reaksi manusia terhadap bencana alam, sebagai bagian dari kehidupan kita dengan alam. Kepanikan, kehancuran, dan setelah itu selalu diikuti dengan mawas diri dan kewaspadaan.

Kendati membawa cerita lokal, pementasan teater ini lebih dahulu tampil di panggung mancanegara. Pertunjukan perdana Under the Volcano digelar pada 7 dan 8 November 2014 di ajang Olimpiade Teater ke-6 di Dayin Theater, Beijing, China. Kemudian pada 21-23 April 2016, Under the Volcano manggung di Theatre Works, Singapura.

Baca jugaCiputra Artpreneur akan Gelar Pertunjukan Teater Under the Volcano 27 Agustus

Baru pada 24 November 2018, Under the Volcano mudik ke Tanah Air, tepatnya ketika mereka tampil pada perhelatan Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2018 di Panggung Akshobya, Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Untuk menghadirkan pementasan teater berkelas internasional tersebut di ibu kota, Ciputra Artpreneur bersama Bumi Purnati Indonesia dan Bakti Budaya Djarum Foundation membawa perhelatan tersebut ke panggung Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta.
 

G

Under The Volcano (Sumber gambar: ©bumipurnati)

Presiden Direktur Ciputra Artpreneur, Rina Ciputra Sastrawinata, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya penikmat seni pertunjukan teater, perlu menyaksikan pementasan kelas dunia dan bertaraf festival internasional seperti Under the Volcano.

Dia tak memungkiri, pertunjukan semacam itu mungkin hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Meski begitu, katanya, melalui pementasan Under the Volcano, justru akan memperkenalkan atau memperluas penikmat seni pertunjukan teater semacam ini.

"Kami ingin kasih lihat kepada publik bahwa ada show-show yang berkelas seperti ini. Saya rasa kita bisa menjadi lebih besar atau banyak pengetahuannya, kalau kita diekspos dengan banyak hal," katanya saat diwawancarai Hypeabis.id, baru-baru ini.

Menurut Rina, Under the Volcano juga bisa menjadi salah satu bukti bahwa Indonesia memiliki banyak cerita lokal. Cerita yang jika dikemas menjadi sebuah pertunjukan berkelas internasional, akan menghasilkan karya yang memukau.

Dari pementasan ini, dia pun menginginkan ke depannya akan muncul pertunjukan-pertunjukan lain yang mengangkat cerita-cerita lokal. "Saya mengharapkan nantinya akan ada anak muda yang mau berkecimpung dalam dunia ini [teater], apakah sebagai penulis, direktur, atau pembuat busana. Ini kan sebenarnya industri kreatif yang bisa menjadi alternatif untuk berkarier," ujarnya.

Baca jugaMari Kenalan dengan Kelompok Teater Legendaris Indonesia

Pada kesempatan yang sama, Direktur Bumi Purnati Indonesia sekaligus Direktur Artistik Under the Volcano, Restu Imansari Kusumaningrum, mengatakan bahwa pertunjukan teater yang mengangkat tema kebencanaan masih jarang di Indonesia.

Padahal, tema itu cukup dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. "Di balik gunung meletus itu ada drama kehidupan. Putus cinta, ibunya meninggal, bapaknya tenggelam, segala macam cerita ada disitu," imbuh perempuan yang juga dikenal sebagai penari itu.

Dalam proses penggarapannya, pertunjukan Under the Volcano akan disutradarai oleh Yusril Katil dan dipentaskan oleh para seniman teater dari Komunitas Hitam Putih, sebuah komunitas seni yang berbasis di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. 

Restu menerangkan bahwa pertunjukan ini bukan didasari atas cerita dramaturgi yang terlalu mengada-ada. Dia justru membiarkan para aktor--yang memang tinggal di kawasan gunung merapi-- merasakan sekaligus menerjemahkan reaksi atas bencana itu sendiri. Dari sisi dramaturgi untuk kebutuhan cerita, dia mempercayakan penulis Rhoda Grauer.
 

Dalam pertunjukan ini, Restu juga mencoba menampilkan irisan antara kenyataan potensi kebencanaan yang besar di Indonesia mulai dari gempa bumi, gunung meletus, kekeringan, dan kebakaran hutan, dengan sikap kesadaran penuh sebagai manusia untuk tetap menjaga alam agar lestari.

"Jadi ini adalah ajakan atau undangan kalau kita enggak ngurusin alam kita, itu akan terjadi bencana alam besar-besaran. Laku hidup lestari harus ada setiap hari di hidup kita," tegasnya.

Di samping itu, Under the Volcano akan ditampilkan dengan memadukan tarian, musik, dan seni bela diri dari Minangkabau, Sumatera Barat, yang dikemas melalui unsur tradisional dan kontemporer. 

Para seniman teater Hitam Putih melakukan eksplorasi tubuh dengan memadukan Silek dan Ulu Ambek, seni bela diri tradisional dari Minangkabau, dan seni koreografi teater menggunakan elemen tangga.

Silek tidak saja sebagai alat untuk beladiri, tetapi juga mengilhami atau menjadi dasar gerakan berbagai tarian dan randai (drama Minangkabau). Di pertunjukan teater tersebut, para pemain dituntut untuk dapat mengolah emosi sekaligus mengatur keseimbangan dengan aksi tangganya. Perpaduan ini akan menghadirkan cerita pertunjukan yang penuh emosi dan atraksi.

Menariknya, para pemain juga nantinya akan mengenakan wardrobe atau busana yang menjadi bagian dari pertunjukan itu sendiri. Restu menjelaskan bahwa busana yang digunakan terbuat dari kertas foto berwarna putih yang dirancang dengan desain tradisional. 

"Kostum itu menjadi bagian dari panggung. Jadi slide atau [tayangan] filmnya ada di baju itu. Ada air ada api dan sebagainya. Sementara pemainnya bergerak," katanya.
 

Pembeda

Walau sempat dipentaskan di China, Singapura, dan Indonesia (Borobudur), Restu memastikan sajian Under the Volcano di Ciputra Artpreneur nanti akan berbeda dari perhelatan sebelumnya. Salah satu faktor pembedanya adalah kehadiran aktris Tanah Air, Jajang C. Noer pada pertunjukan nanti.

Proses persiapan pementasan Under the Volcano berjalan bukan tanpa hambatan. Restu menuturkan bahwa kendala terbesar dalam mempersiapkan pertunjukan ini adalah pergantian aktor dengan berbagai alasan. Namun, dia pun memastikan bahwa hal tersebut tidak akan mengurangi kualitas pertunjukan.

Sebab, pertunjukan ini telah memiliki standard operating procedure (SOP) yang ajek. Dengan begitu, meski pemain berganti, maka jalan cerita dan tata panggung tidak berubah. Apalagi, para pemain Under the Volcano merupakan seniman profesional dengan latar belakang pendidikan sarjana seni.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla
 

SEBELUMNYA

Wahana Kereta Zombie Viral 'Train to Apocalypse', Cek Harga Tiket & Aturan Mainnya!

BERIKUTNYA

Joko Anwar dan Upi Hadapi Tantangan Ini saat Garap Film Sri Asih

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: