Mari Kenalan dengan Kelompok Teater Legendaris Indonesia
16 May 2021 |
00:00 WIB
Tidak hanya di Indonesia, seni teater tampaknya sedang mengalami perkembangan yang lebih pesat jika dibandingkan dengan sebelumnya. Dari waktu ke waktu, teater bukan hanya sekadar media hiburan saja. Seni pertunjukan ini bahkan banyak digunakan sebagai media propaganda hingga kritik sosial.
Seni teater Indonesia telah melewati waktu yang panjang untuk melahirkan sejumlah kelompok teater kenamaan yang cukup legendaris di Indonesia.
Dilansir melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yuk kita kenalan dengan mereka.
1. Teater Koma
Pentas pertama Teater Koma Indonesia digelar di Taman Ismail Marzuki pada 1977. Pemilihan nama ‘Koma’ merujuk pada harapan agar kelompok teater Indonesia ini terus berkelanjutan, tanpa henti dan tidak mengenal titik.
Karakter pertunjukan Teater Koma yang kuat sebenarnya berasal dari proses kreatif yang unik, dan selalu berusaha mendekatkan diri dengan masyarakat.
Kelompok Teater Koma Indonesia ini dikenal memiliki banyak penggemar setia yang selalu hadir dalam pementasan-pementasannya.
Karya “Sampek Engtay” dari Teater Koma pernah meraih Hibah Seni Kelola untuk kategori Pentas Keliling. Pentas teaternya sering digelar lebih dari dua pekan, bahkan pernah berpentas lebih dari satu bulan.
2. Teater Mandiri
Semangat perjuangan Teater Mandiri tak pernah padam meskipun sudah berjalan hampir lima puluh tahun.
Teater Mandiri merupakan kelompok teater yang didirikan oleh tokoh legendaris teater Indonesia, Putu Wijaya, pada 1971, dengan anggota generasi awal yang terdiri dari karyawan Majalah Tempo dan beberapa seniman yang kerap berada di Taman Ismail Marzuki.
Filosofi teater Indonesia ini adalah “Bertolak dari yang ada”, sebuah upaya menerima apa yang ada dan memaksimalkannya demi tujuan bersama.
“Aduh” merupakan naskah pertama yang dibawakan oleh Teater Mandiri pada 1974 di Taman Ismail Marzuki.
3. Teater Payung Hitam
Kelompok teater yang berdiri di Bandung pada 1982 silam ini dikenal dengan bentuk teater non verbal yang didirikan oleh Rachman Sabur.
Awalnya, teater ini sering membawakan drama realis karya para penulis Indonesia, seiring misi eksplorasi untuk menemukan bentuk ekspresi dan gaya pementasan yang cocok, mereka akhirnya dikenal sebagai teater non verbal.
Ciri khas dari Teater Payung Hitam adalah minimnya kata-kata yang lebih sarat akan lambang visual, auditif, dan kinestetik. Mayoritas karya pementasan Teater Payung Hitam bersifat kritik sosial.
Gaya pementasannya yang unik mengantarkan Teater Payung Hitam memenangkan beberapa kali Hibah Seni dari Yayasan Kelola.
4. Studiklub Teater Bandung
Studiklub Teater Bandung atau STB merupakan kelompok studi teater modern yang membuka ruang belajar bagi banyak seniman teater Indonesia.
Kelompok teater Indonesia ini didirikan pada 1958 oleh tujuh tokoh, yakni Jim Lim, Suyatna Anirun, Sutardjo A. Wiramihardja, Adrian Kahar, Tin SriKartini, Thio Tjong Gie (Gigo), dan Soeharmono Tjitrosuwarno.
Usia STB yang cukup dewasa sejalan dengan berbagai prestasi yang berhasil diraihnya.
Pada 2007 STB meraih penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung dari Pemerintah Kota Bandung dan Bandung Art & Culture Council.
Pada 2008, STB mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas prestasinya sebagai kelompok teater modern pertama dan tertua yang masih eksis pentas.
Seni teater Indonesia telah melewati waktu yang panjang untuk melahirkan sejumlah kelompok teater kenamaan yang cukup legendaris di Indonesia.
Dilansir melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yuk kita kenalan dengan mereka.
1. Teater Koma
Pentas pertama Teater Koma Indonesia digelar di Taman Ismail Marzuki pada 1977. Pemilihan nama ‘Koma’ merujuk pada harapan agar kelompok teater Indonesia ini terus berkelanjutan, tanpa henti dan tidak mengenal titik.
Karakter pertunjukan Teater Koma yang kuat sebenarnya berasal dari proses kreatif yang unik, dan selalu berusaha mendekatkan diri dengan masyarakat.
Kelompok Teater Koma Indonesia ini dikenal memiliki banyak penggemar setia yang selalu hadir dalam pementasan-pementasannya.
Karya “Sampek Engtay” dari Teater Koma pernah meraih Hibah Seni Kelola untuk kategori Pentas Keliling. Pentas teaternya sering digelar lebih dari dua pekan, bahkan pernah berpentas lebih dari satu bulan.
2. Teater Mandiri
Semangat perjuangan Teater Mandiri tak pernah padam meskipun sudah berjalan hampir lima puluh tahun.
Teater Mandiri merupakan kelompok teater yang didirikan oleh tokoh legendaris teater Indonesia, Putu Wijaya, pada 1971, dengan anggota generasi awal yang terdiri dari karyawan Majalah Tempo dan beberapa seniman yang kerap berada di Taman Ismail Marzuki.
Filosofi teater Indonesia ini adalah “Bertolak dari yang ada”, sebuah upaya menerima apa yang ada dan memaksimalkannya demi tujuan bersama.
“Aduh” merupakan naskah pertama yang dibawakan oleh Teater Mandiri pada 1974 di Taman Ismail Marzuki.
3. Teater Payung Hitam
Kelompok teater yang berdiri di Bandung pada 1982 silam ini dikenal dengan bentuk teater non verbal yang didirikan oleh Rachman Sabur.
Awalnya, teater ini sering membawakan drama realis karya para penulis Indonesia, seiring misi eksplorasi untuk menemukan bentuk ekspresi dan gaya pementasan yang cocok, mereka akhirnya dikenal sebagai teater non verbal.
Ciri khas dari Teater Payung Hitam adalah minimnya kata-kata yang lebih sarat akan lambang visual, auditif, dan kinestetik. Mayoritas karya pementasan Teater Payung Hitam bersifat kritik sosial.
Gaya pementasannya yang unik mengantarkan Teater Payung Hitam memenangkan beberapa kali Hibah Seni dari Yayasan Kelola.
4. Studiklub Teater Bandung
Studiklub Teater Bandung atau STB merupakan kelompok studi teater modern yang membuka ruang belajar bagi banyak seniman teater Indonesia.
Kelompok teater Indonesia ini didirikan pada 1958 oleh tujuh tokoh, yakni Jim Lim, Suyatna Anirun, Sutardjo A. Wiramihardja, Adrian Kahar, Tin SriKartini, Thio Tjong Gie (Gigo), dan Soeharmono Tjitrosuwarno.
Usia STB yang cukup dewasa sejalan dengan berbagai prestasi yang berhasil diraihnya.
Pada 2007 STB meraih penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung dari Pemerintah Kota Bandung dan Bandung Art & Culture Council.
Pada 2008, STB mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas prestasinya sebagai kelompok teater modern pertama dan tertua yang masih eksis pentas.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.