Filosofi Bibit Bobot Bebet Kini Tak Lagi Jadi Prioritas, Kok Bisa?
09 August 2022 |
15:39 WIB
1
Like
Like
Like
Filosofi ‘Bibit, Bebet, Bobot’ atau 3B masih menjadi tiga kriteria yang turun temurun digunakan keluarga dalam menentukan calon pasangan hidup yang terbaik bagi anak mereka. Pemahaman lama mengenai filosofi ini tidak jarang mengakibatkan banyak pasangan, utamanya mereka yang menjalin hubungan unconventional atau tidak biasa, terpaksa menyudahi hubungan karena merasa tidak mampu memenuhi harapan dari keluarga maupun lingkungan.
Seperti yang ditunjukkan dalam studi kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan Closeup. Studi ini melibatkan lebih dari 160 responden dari berbagai wilayah Indonesia, terdiri dari mereka yang sedang menjalani hubungan unconventional, orang tua, hingga individu yang masih single.
Hasilnya memperlihatkan bahwa penilaian dari lingkungan masih menghambat kelanjutan hubungan yang unconventional atau tidak sesuai dengan norma di keluarga maupun lingkungan. “5 dari 10 orang yang menjalani hubungan tersebut jadi meragukan masa depan hubungannya,” ujar Head of Marketing Oral Care Category PT Unilever Indonesia Tbk Distya Tarworo Endri dalam konferensi pers di bilangan Kuningan, Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Terkait filosofi 3B, ditemukan bahwa di semua kelompok responden hampir seluruhnya setuju bahwa pedoman ini pada dasarnya masih baik untuk diterapkan. Namun, hanya 2 dari 10 orang merasa bahwa definisi 3B yang sekarang berlaku masih relevan.
Baca juga: Tips Mencintai Diri Sendiri dalam Kehidupan Berkeluarga
Distya menyebut 5 dari 10 orang menginginkan makna yang lebih fresh dari filosofi 3B. Mereka lebih mendambakan chemistry secara interpersonal, pemikiran yang luas, dan visi yang sejalan. “Usia yang sepantar, latar belakang ekonomi, dan persamaan suku atau ras kini katanya kurang diprioritaskan,” paparnya.
Melihat fenomena ini, melalui kampanye #SpeakUpforLove, Closeup mengubah makna 3B dari ‘Bibit, Bebet, Bobot’ menjadi ‘Berbeda Bertumbuh Bersama’,” lanjut Distya.
Dia menjabarkan Bibit kini lebih kepada memastikan asal-usul seseorang bukanlah untuk memvalidasi stereotype mengenai suku atau ras tertentu, melainkan meyakinkan bahwa dia memiliki lingkungan atau support system yang mendorongnya untuk bertumbuh.
Bebet berupa latar belakang ekonomi keluarga bukan jaminan masa depan yang cerah, melainkan kemampuan seseorang untuk memaksimalkan potensi diri. Sementara bobot yakni latar belakang pendidikan dan keahlian tidak cukup, harus dipertajam dengan visi dan tujuan yang sama dengan pasangan.
Baca juga: 6 Gaya Hidup Sehat & Menyenangkan Bersama Keluarga
Psikolog Klinis dan Peneliti Relasi Interpersonal Pingkan Rumondor menilai memang zaman dahulu keluarga selalu mementingkan B sesuai dengan tujuan pernikahan, yaitu untuk mengamankan harta, tanah, dan kedudukan. Ketika itu, cinta tidak termasuk dalam kriteria yang dianggap penting, dan kehidupan seseorang bergantung pada status yang dibawa sejak lahir, bukan diperoleh dengan kerja keras dan keterampilan.
Hal ini berevolusi seiring perubahan zaman. Kaum dewasa muda kini punya kesempatan untuk menyampaikan perspektif tentang pasangan pilihan, sehingga diperlukan penyelerasan pandangan antara pasangan, keluarga dan masyarakat.
“Ketika seseorang menikah dengan suku lain, itu bukan lagi menjadi hal penting. Namun tantangannya mengubah dinamika keluarga,” jelasnya.
Di sisi lain, Closeup merilis tayangan web series di Tiktok dan Instagram @CloseupID tentang tantangan yang dihadapi tiga pasangan muda dalam menjalani hubungan unconventional. Ditonton oleh lebih dari 50.000 orang, web series ini telah mendapatkan animo yang sangat positif.
Selanjutnya, kemasan Closeup #SpeakUpforLove limited edition juga diluncurkan secara eksklusif di pertengahan Agustus mendatang. Kemasan ini menampilkan ilustrasi dan pesan unik tentang pasangan muda yang menjalani hubungan unconventional, yang akhirnya mampu bersatu mengatasi tantangan karena persamaan tujuan.
Baca juga: Ingin Menjadi Teman yang Baik untuk Pasangan? Coba Lakukan 7 Cara Ini
Selain itu, dalam waktu dekat Closeup juga memberikan dukungan melalui sebuah website yang akan menjadi hub sekaligus safe space bagi generasi muda untuk mencari dan berbagi inspirasi dalam menjalani hubungan. Nah, kamu bisa nih curhat mengenai pengalaman kamu yang menjalin hubungan unconventional di website ini.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Seperti yang ditunjukkan dalam studi kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan Closeup. Studi ini melibatkan lebih dari 160 responden dari berbagai wilayah Indonesia, terdiri dari mereka yang sedang menjalani hubungan unconventional, orang tua, hingga individu yang masih single.
Hasilnya memperlihatkan bahwa penilaian dari lingkungan masih menghambat kelanjutan hubungan yang unconventional atau tidak sesuai dengan norma di keluarga maupun lingkungan. “5 dari 10 orang yang menjalani hubungan tersebut jadi meragukan masa depan hubungannya,” ujar Head of Marketing Oral Care Category PT Unilever Indonesia Tbk Distya Tarworo Endri dalam konferensi pers di bilangan Kuningan, Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Terkait filosofi 3B, ditemukan bahwa di semua kelompok responden hampir seluruhnya setuju bahwa pedoman ini pada dasarnya masih baik untuk diterapkan. Namun, hanya 2 dari 10 orang merasa bahwa definisi 3B yang sekarang berlaku masih relevan.
Baca juga: Tips Mencintai Diri Sendiri dalam Kehidupan Berkeluarga
Distya menyebut 5 dari 10 orang menginginkan makna yang lebih fresh dari filosofi 3B. Mereka lebih mendambakan chemistry secara interpersonal, pemikiran yang luas, dan visi yang sejalan. “Usia yang sepantar, latar belakang ekonomi, dan persamaan suku atau ras kini katanya kurang diprioritaskan,” paparnya.
Melihat fenomena ini, melalui kampanye #SpeakUpforLove, Closeup mengubah makna 3B dari ‘Bibit, Bebet, Bobot’ menjadi ‘Berbeda Bertumbuh Bersama’,” lanjut Distya.
Konferensi pers #SpeakUpforLove (Foto : Desyinta Nuraini)
Dia menjabarkan Bibit kini lebih kepada memastikan asal-usul seseorang bukanlah untuk memvalidasi stereotype mengenai suku atau ras tertentu, melainkan meyakinkan bahwa dia memiliki lingkungan atau support system yang mendorongnya untuk bertumbuh.
Bebet berupa latar belakang ekonomi keluarga bukan jaminan masa depan yang cerah, melainkan kemampuan seseorang untuk memaksimalkan potensi diri. Sementara bobot yakni latar belakang pendidikan dan keahlian tidak cukup, harus dipertajam dengan visi dan tujuan yang sama dengan pasangan.
Baca juga: 6 Gaya Hidup Sehat & Menyenangkan Bersama Keluarga
Psikolog Klinis dan Peneliti Relasi Interpersonal Pingkan Rumondor menilai memang zaman dahulu keluarga selalu mementingkan B sesuai dengan tujuan pernikahan, yaitu untuk mengamankan harta, tanah, dan kedudukan. Ketika itu, cinta tidak termasuk dalam kriteria yang dianggap penting, dan kehidupan seseorang bergantung pada status yang dibawa sejak lahir, bukan diperoleh dengan kerja keras dan keterampilan.
Hal ini berevolusi seiring perubahan zaman. Kaum dewasa muda kini punya kesempatan untuk menyampaikan perspektif tentang pasangan pilihan, sehingga diperlukan penyelerasan pandangan antara pasangan, keluarga dan masyarakat.
“Ketika seseorang menikah dengan suku lain, itu bukan lagi menjadi hal penting. Namun tantangannya mengubah dinamika keluarga,” jelasnya.
Di sisi lain, Closeup merilis tayangan web series di Tiktok dan Instagram @CloseupID tentang tantangan yang dihadapi tiga pasangan muda dalam menjalani hubungan unconventional. Ditonton oleh lebih dari 50.000 orang, web series ini telah mendapatkan animo yang sangat positif.
Selanjutnya, kemasan Closeup #SpeakUpforLove limited edition juga diluncurkan secara eksklusif di pertengahan Agustus mendatang. Kemasan ini menampilkan ilustrasi dan pesan unik tentang pasangan muda yang menjalani hubungan unconventional, yang akhirnya mampu bersatu mengatasi tantangan karena persamaan tujuan.
Baca juga: Ingin Menjadi Teman yang Baik untuk Pasangan? Coba Lakukan 7 Cara Ini
Selain itu, dalam waktu dekat Closeup juga memberikan dukungan melalui sebuah website yang akan menjadi hub sekaligus safe space bagi generasi muda untuk mencari dan berbagi inspirasi dalam menjalani hubungan. Nah, kamu bisa nih curhat mengenai pengalaman kamu yang menjalin hubungan unconventional di website ini.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.