Mengenang Pengabdi Setan 1980, Horor & Sindiran Terhadap Rezim Pembangunan
08 August 2022 |
13:32 WIB
1
Like
Like
Like
Jika ditanya, film horor apa yang sedang hype saat ini? Kemungkinan besar jawabannya adalah Pengabdi Setan 2 Communion. Film arahan sutradara Joko Anwar ini baru saja dirilis pada 4 Agustus lalu. Baru beberapa hari tayang, film ini sudah meraup jutaan penonton.
Film ini seakan membuntuti kesuksesan edisi pertamanya Pengabdi Setan (2017). Berdasarkan catatan filmindonesia.or.id, Pengabdi Setan (2017) sukses meraih 4,2 juta penonton selama masa penayangannya.
Namun sepertinya para ‘Pengabdi Setan’ karya Joko Anwar ini tak akan hadir, jika tak ada Pengabdi Setan edisi lawas. Tayang pada 1980, film arahan sutradara Sisworo Gautama itu juga termasuk sebagai salah satu film paling horor pada masanya. Bayangkan, pada salah satu adegan, setan tiba-tiba muncul, ketika seorang anak sedang sembahyang.
Untuk mengenang kembali kehororan Pengabdi Setan (1980), yuk simak cerita horor film tersebut, serta fakta-fakta menariknya.
Batin Tomi yang diperankan oleh aktor Fachrul Rozy terguncang, ketika ibunya Mawarti (Diana Suarkom) meninggal. Dia tidak dapat menerima kepergiannya. Pada satu malam, saat tengah tidur Tomi didatangi oleh arwah ibunya. Tanpa sadar, dia keluar dari kamar berjalan menuju arwah yang memanggil-manggil namanya itu. Setelah peristiwa tersebut, Tomi makin gelisah.
Baca juga: Review Pengabdi Setan 2: Communion, Horor Mencekam dengan Sinematik Ciamik
Oleh teman-temannya, Tomi disarankan mencari peramal. Akhirnya bertemulah Tomi dengan peramal wanita. Saran peramal itu meminta Tomi untuk belajar ilmu hitam supaya terhindar dari gangguan mahluk halus.
Tanpa berpikir panjang, Tomi menuruti perintah dukun tersebut. Bukan mendapat ketenangan Tomi yang masih labil justru semakin dihantui oleh bayangan ibunya.
Tomi merupakan anak yang jauh dari bimbingan orang tuanya. Ayahnya, Munarto (W.D. Mochtar) terlalu sibuk dengan urusan kantor sehingga mengabaikan anaknya.
Sementara itu sang kakak, Rita (Siska Karabety) rupanya merasakan hal yang sama. Dia melihat penampakan ibunya di rumah. Selain itu, Rita juga melihat gelagat yang aneh dari adiknya.
Di sisi lain, sang ayah mendatangkan asisten rumah tangga bernama Darminah (Ruth Pelupessy) untuk membantu membereskan rumah. Namun, Tomi kaget ketika berjumpa dengan Darminah karena mirip dengan peramal yang ditemuinya.
Sejak kedatangan Darminah, rupanya membuat rumah mereka tidak nyaman. Gangguan mahluk halus semakin menjadi-jadi. Pak Karto (Damsyik), tukang kebun akhirnya mengetahui Darminah adalah peramal yang memiliki ilmu hitam.
Belum sempat memberi tahu kepada majikannya, Karto keburu meninggal. Bukan hanya Karto, Herman (Simon Cader), pacar Rita ikut mengalami musibah. Dia tewas tertabrak truk usai berpapasan dengan perempuan mirip dengan Darminah di jalan. Rita meminta ayahnya untuk meminta bantuan dukun untuk mengusir mahluk halus tersebut. Namun, dukun itu tak sanggup.
Puncaknya, keluarga tersebut didatangi oleh mahluk halus Karto, Herman dan Mawarti. Mereka tidak dapat berbuat apa apa mengusir mahluk-mahluk halus itu. Di sinilah Darminah menampakan dirinya. Rupanya dia adalah majikan mahluk-mahluk halus tersebut. Darminah ingin menghabiskan keluarga Karto yang tidak beriman.
Sayang, usaha Darminah gagal karena Pak Kiai (Doddy Sukma) mendatangi rumah Munarto untuk menyingkirkannya. Dengan membaca ayat suci Alquran, Pak Kiai melenyapkan Darminah beserta mahluk-mahluk halusnya.
Kisah horror film ini menyajikan pesan moral tentang perlunya manusia mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal itu bukan semata untuk mengusir mahluk halus tetapi ketenangan batin.
Melalui film ini, tampaknya sineas secara tidak langsung menyindir pemerintah kala itu yang sibuk membangun fisik tetapi lupa membangun spiritual masyarakatnya. Setidaknya hal ini terlihat saat Pak Kiai mengingatkan Munarto bahwa pembangunan juga perlu diimbangi pembangunan nilai-nilai spiritual.
Baca juga: Uji Nyali di Lokasi Syuting Pengabdi Setan 2: Communion, Rumah Susun yang Terbengkalai 15 Tahun
Era 1980-an merupakan saat di mana Presiden Soeharto sedang gencar-gencarnya membangun. Sejumlah proyek, mulai dari bendungan, masjid, bandara hingga pabrik didirikan di berbagai daerah di Indonesia. Berbagai proyek pembangunan ini adalah rangkaian program Pelita yang dicanangkan Soeharto. Oleh karena itu, rezim tersebut dikenal sebagai rezim pembangunan.
Di sela-sela kegiatannya sebagai aktor, dia tercatat pernah mendirikan Libra Musical Show yang menggelar pertunjukan hiburan ke berbagai pelosok Indonesia. Adapun, para pengisi acaranya adalah para pemain film. Dia pun turut tampil sebagai dalam acara nanyi dan tari di sana.
Suatu ketika sutradara Asrul Sani melihat bahwa Ruth sesuai untuk memerankan tokoh Corry di film Salah Asuhan (1972). Mendapat tawaran tersebut, Ruth tidak menolaknya. Dia pun bermain dalam film itu bersama temannya, Rima Melati. Ternyata, setelah memainkan karakter Corry, Ruth ketagihan bermain film.
Di dunia perfilman, nama dia sempat diunggulkan sebagai aktor utama pada Festival Film Indonesia 1980. Selain itu, dia juga berhasil mendapat piala Mitra pada Festival Film Asia (Pasifik) 1980. Selain di layar lebar, dia pun beberapa kali pernah bermain di layar kaca.
Melihat perjalanan kariernya, ternyata Damsyik sempat terkenal sebagai penari. Bahkan dia berhasil menjadi juara dansa pada dekade 1950-an di tingkat internasional. Bahkan dia dikabarkan ikut mendirikan sebuah sekolah dansa.
Karier keaktorannya dimulai pada 1959. Saat itu dia bergabung dalam film Bertamasja. Setelah itu berlanjut, dalam film Matjan Kemayoran (1965), Djampang Mentjari Naga Hitam (1968) dan Apa Yang Kau Tjari, Palupi (1969). Menariknya dalam film Bertamasja dan Apa Jang Kau Tjari, Palupi, Damsyk merangkap sebagai penata tari.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Film ini seakan membuntuti kesuksesan edisi pertamanya Pengabdi Setan (2017). Berdasarkan catatan filmindonesia.or.id, Pengabdi Setan (2017) sukses meraih 4,2 juta penonton selama masa penayangannya.
Namun sepertinya para ‘Pengabdi Setan’ karya Joko Anwar ini tak akan hadir, jika tak ada Pengabdi Setan edisi lawas. Tayang pada 1980, film arahan sutradara Sisworo Gautama itu juga termasuk sebagai salah satu film paling horor pada masanya. Bayangkan, pada salah satu adegan, setan tiba-tiba muncul, ketika seorang anak sedang sembahyang.
Untuk mengenang kembali kehororan Pengabdi Setan (1980), yuk simak cerita horor film tersebut, serta fakta-fakta menariknya.
Batin Tomi yang diperankan oleh aktor Fachrul Rozy terguncang, ketika ibunya Mawarti (Diana Suarkom) meninggal. Dia tidak dapat menerima kepergiannya. Pada satu malam, saat tengah tidur Tomi didatangi oleh arwah ibunya. Tanpa sadar, dia keluar dari kamar berjalan menuju arwah yang memanggil-manggil namanya itu. Setelah peristiwa tersebut, Tomi makin gelisah.
Baca juga: Review Pengabdi Setan 2: Communion, Horor Mencekam dengan Sinematik Ciamik
Oleh teman-temannya, Tomi disarankan mencari peramal. Akhirnya bertemulah Tomi dengan peramal wanita. Saran peramal itu meminta Tomi untuk belajar ilmu hitam supaya terhindar dari gangguan mahluk halus.
Tanpa berpikir panjang, Tomi menuruti perintah dukun tersebut. Bukan mendapat ketenangan Tomi yang masih labil justru semakin dihantui oleh bayangan ibunya.
Tomi merupakan anak yang jauh dari bimbingan orang tuanya. Ayahnya, Munarto (W.D. Mochtar) terlalu sibuk dengan urusan kantor sehingga mengabaikan anaknya.
Sementara itu sang kakak, Rita (Siska Karabety) rupanya merasakan hal yang sama. Dia melihat penampakan ibunya di rumah. Selain itu, Rita juga melihat gelagat yang aneh dari adiknya.
Di sisi lain, sang ayah mendatangkan asisten rumah tangga bernama Darminah (Ruth Pelupessy) untuk membantu membereskan rumah. Namun, Tomi kaget ketika berjumpa dengan Darminah karena mirip dengan peramal yang ditemuinya.
Sejak kedatangan Darminah, rupanya membuat rumah mereka tidak nyaman. Gangguan mahluk halus semakin menjadi-jadi. Pak Karto (Damsyik), tukang kebun akhirnya mengetahui Darminah adalah peramal yang memiliki ilmu hitam.
Belum sempat memberi tahu kepada majikannya, Karto keburu meninggal. Bukan hanya Karto, Herman (Simon Cader), pacar Rita ikut mengalami musibah. Dia tewas tertabrak truk usai berpapasan dengan perempuan mirip dengan Darminah di jalan. Rita meminta ayahnya untuk meminta bantuan dukun untuk mengusir mahluk halus tersebut. Namun, dukun itu tak sanggup.
Puncaknya, keluarga tersebut didatangi oleh mahluk halus Karto, Herman dan Mawarti. Mereka tidak dapat berbuat apa apa mengusir mahluk-mahluk halus itu. Di sinilah Darminah menampakan dirinya. Rupanya dia adalah majikan mahluk-mahluk halus tersebut. Darminah ingin menghabiskan keluarga Karto yang tidak beriman.
Sayang, usaha Darminah gagal karena Pak Kiai (Doddy Sukma) mendatangi rumah Munarto untuk menyingkirkannya. Dengan membaca ayat suci Alquran, Pak Kiai melenyapkan Darminah beserta mahluk-mahluk halusnya.
Kisah horror film ini menyajikan pesan moral tentang perlunya manusia mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal itu bukan semata untuk mengusir mahluk halus tetapi ketenangan batin.
Melalui film ini, tampaknya sineas secara tidak langsung menyindir pemerintah kala itu yang sibuk membangun fisik tetapi lupa membangun spiritual masyarakatnya. Setidaknya hal ini terlihat saat Pak Kiai mengingatkan Munarto bahwa pembangunan juga perlu diimbangi pembangunan nilai-nilai spiritual.
Baca juga: Uji Nyali di Lokasi Syuting Pengabdi Setan 2: Communion, Rumah Susun yang Terbengkalai 15 Tahun
Era 1980-an merupakan saat di mana Presiden Soeharto sedang gencar-gencarnya membangun. Sejumlah proyek, mulai dari bendungan, masjid, bandara hingga pabrik didirikan di berbagai daerah di Indonesia. Berbagai proyek pembangunan ini adalah rangkaian program Pelita yang dicanangkan Soeharto. Oleh karena itu, rezim tersebut dikenal sebagai rezim pembangunan.
Fakta-fakta Pemeran Pengabdi Setan (1980)
Wagino Dachrin Mochtar (Munarto)
Wajah W.D. Mochtar sering menghiasi film-film nasional pada masa lalu. Namanya melambung saat dia beradu peran dalam film Matjan Kemayoran (1965). Sebelum bermain di Pengabdi Setan, aktingnya telah teruji di berbagai film. Misalnya, Pengantin Remaja (1971), Mama (1972), Krakatau (1977), dan Petualang-petualang (1978).Di sela-sela kegiatannya sebagai aktor, dia tercatat pernah mendirikan Libra Musical Show yang menggelar pertunjukan hiburan ke berbagai pelosok Indonesia. Adapun, para pengisi acaranya adalah para pemain film. Dia pun turut tampil sebagai dalam acara nanyi dan tari di sana.
Ruth Pelupessy (Darmina)
Kiprah Ruth di film nasional sepertinya kebetulan. Sebab, wanita kelahiran Bangka ini sejatinya adalah peragawati. Dia bergabung dalam Indonesian Modelling Agency pimpinan Non Kawilarang, ibu aktris Rima Melati. Walau sudah berubah tangga, kegiatan berjalan di atas cat walk tak bisa ditinggalkannya.Suatu ketika sutradara Asrul Sani melihat bahwa Ruth sesuai untuk memerankan tokoh Corry di film Salah Asuhan (1972). Mendapat tawaran tersebut, Ruth tidak menolaknya. Dia pun bermain dalam film itu bersama temannya, Rima Melati. Ternyata, setelah memainkan karakter Corry, Ruth ketagihan bermain film.
Fachrul Rozy (Tommy)
Salah satu adegan berkesan dalam film Pengabdi Setan (1980) adalah ketika Tommy (Fachrul Rozy) didatangi oleh mahluk halus, saat sembahyang. Soal Fahcrul Rozy, bakat aktingnya memang tidak diragukan lagi. Sejak SD, dia sudah ikut masuk grup sandiwara. Saat remaja, dia juga ikut festival teater remaja pada 1975.Di dunia perfilman, nama dia sempat diunggulkan sebagai aktor utama pada Festival Film Indonesia 1980. Selain itu, dia juga berhasil mendapat piala Mitra pada Festival Film Asia (Pasifik) 1980. Selain di layar lebar, dia pun beberapa kali pernah bermain di layar kaca.
Incik Muhammad Damsyik (Karto)
Mulai dari film laga, aksi, hingga horor, hampir pasti selalu ada wajah Damsyik di dalamnya. Semasa hidupnya, aktor ini terbilang serba bisa memainkan sejumlah peran. Termasuk peran Karto, tukang kebun dalam film Pengabdi Setan (1980).Melihat perjalanan kariernya, ternyata Damsyik sempat terkenal sebagai penari. Bahkan dia berhasil menjadi juara dansa pada dekade 1950-an di tingkat internasional. Bahkan dia dikabarkan ikut mendirikan sebuah sekolah dansa.
Karier keaktorannya dimulai pada 1959. Saat itu dia bergabung dalam film Bertamasja. Setelah itu berlanjut, dalam film Matjan Kemayoran (1965), Djampang Mentjari Naga Hitam (1968) dan Apa Yang Kau Tjari, Palupi (1969). Menariknya dalam film Bertamasja dan Apa Jang Kau Tjari, Palupi, Damsyk merangkap sebagai penata tari.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.