Eksplorasi Cinta & Persahabatan Bersama Andrea Hirata
06 August 2022 |
21:00 WIB
Setelah sukses dengan Laskar Pelangi, penulis Andrea Hirata juga menelurkan novel berjudul Ayah. Novel yang terbit pada Mei 2015 ini merupakan yang kesembilan setelah tetralogi Laskar Pelangi, Padang Bulan, Cinta di Dalam Gelas, Sebelas Patriot, dan Laskar Pelangi Song Book.
Andrea telah memulai proses penulisan Ayah sejak enam tahun lalu. Namun, kesibukan sebagai penerima beasiswa dan keinginan melakukan riset mendalam untuk karya terbarunya ini membuat proses pembuatan Ayah tertunda dan memakan waktu cukup lama.
Baca juga: Mengenal Gim Visual Novel, Gabungan Cerita Fiksi Interaktif dan Anime
Para pencinta setia karya novelis berambut ikal ini pasti tahu bahwa Belitung telah menjadi ciri khas sekaligus ruh dalam setiap karyanya. Begitu pula dalam novel setebal 396 halaman ini, suasana perkampungan di Belitung dengan budaya Melayu yang kental masih setia menjadi latar belakang cerita.
Ayah bercerita tentang kisah empat sahabat Sabari, Ukun, Tamat dan Toharun. Meski masih menceritakan kisah sekawan seperti halnya pada Laskar Pelangi, tetapi dalam novel ini penulis terkesan lebih mengeksplorasi sisi persahabatan dan cinta, bukan pendidikan.
Keempat sahabat tersebut memiliki karakter yang unik dan saling melengkapi. Penulis memperkenalkan kisah para tokoh sejak mereka duduk di bangku sekolah hingga dewasa dan memasuki dunia kerja, lengkap dengan perkembangan karakter serta pengalaman mereka mengejar cinta masing-masing.
Salah seorang tokoh sentral bernama Sabari, dikisahkan jatuh cinta kepada gadis bernama Marlena. Meski cintanya bertepuk sebelah tangan, Sabari tak pernah menyerah.
Beragam cara dia lakukan untuk mendapatkan hati gadis tersebut, mulai dari berkirim salam dan lagu lewat radio, menulis puisi di majalah dinding sekolah, menjadi juara dalam berbagai ajang kompetisi, hingga bekerja pada toko bangunan milik ayah Lena.
Namun, sekeras apapun Sabari berjuang, pendirian Lena tetap tak berubah. Hingga suatu hari, Lena divonis hamil di luar nikah, tanpa suami yang bertanggungjawab. Sabari yang mendengar hal itu, merelakan dirinya menjadi ‘tumbal’ untuk menyelamatkan nama baik keluarga Lena.
Anak laki-laki yang dinamakan Zorro pun lahir dari rahim Lena. Meski bukan anak kandung, Sabari sangat menyayanginya dan menikmati peran barunya sebagai ayah.
Dia bahkan ikhlas saja ketika Lena tidak mau tinggal bersama mereka, dan memilih pergi dengan lelaki lain. Cerita berlanjut tentang perjuangan
Sabari membesarkan Zorro, dan bagaimana kehidupannya menjadi sangat sulit ketika Lena mengambil Zorro dari sisinya. Melihat hal itu, Ukun dan Tamat memberanikan diri menjelajahi Sumatra demi menemukan Lena dan Zorro, dan membawa mereka kembali pada Sabari yang mulai kehilangan akal.
Ciri khas Andrea Hirata yang selalu membagi kisah panjang ke dalam fragmen-fragmen kecil masih dipertahankan. Hal ini sangat bermanfaat bagi pembaca yang tak memiliki cukup banyak waktu luang untuk menuntaskan bacaannya dalam sekali napas.
Dengan kata lain, penulis memberikan banyak ruang jeda bagi pembacanya. Meski demikian, upaya eksplorasi Andrea untuk menyuguhkan sesuatu yang berbeda dalam karyanya kali ini sangat terasa.
Baca juga: Diadaptasi dari Novel Klasik 1817, Film Persuasion Dikemas Lebih Modern
Jika biasanya dia menuliskan alur cerita secara linear, dalam karya terbarunya ini dia mencoba menyuguhkan alur yang lebih kompleks, dengan beberapa sudut pandang berbeda saling berganti sebagai pencerita.
Membaca halaman demi halaman Ayah, pembaca seolah diajak untuk merangkai puzzle potret kehidupan yang disusun penulis. Novel ini cocok dibaca semua kalangan.
Editor: Fajar Sidik
Andrea telah memulai proses penulisan Ayah sejak enam tahun lalu. Namun, kesibukan sebagai penerima beasiswa dan keinginan melakukan riset mendalam untuk karya terbarunya ini membuat proses pembuatan Ayah tertunda dan memakan waktu cukup lama.
Baca juga: Mengenal Gim Visual Novel, Gabungan Cerita Fiksi Interaktif dan Anime
Para pencinta setia karya novelis berambut ikal ini pasti tahu bahwa Belitung telah menjadi ciri khas sekaligus ruh dalam setiap karyanya. Begitu pula dalam novel setebal 396 halaman ini, suasana perkampungan di Belitung dengan budaya Melayu yang kental masih setia menjadi latar belakang cerita.
Ayah bercerita tentang kisah empat sahabat Sabari, Ukun, Tamat dan Toharun. Meski masih menceritakan kisah sekawan seperti halnya pada Laskar Pelangi, tetapi dalam novel ini penulis terkesan lebih mengeksplorasi sisi persahabatan dan cinta, bukan pendidikan.
Keempat sahabat tersebut memiliki karakter yang unik dan saling melengkapi. Penulis memperkenalkan kisah para tokoh sejak mereka duduk di bangku sekolah hingga dewasa dan memasuki dunia kerja, lengkap dengan perkembangan karakter serta pengalaman mereka mengejar cinta masing-masing.
Salah seorang tokoh sentral bernama Sabari, dikisahkan jatuh cinta kepada gadis bernama Marlena. Meski cintanya bertepuk sebelah tangan, Sabari tak pernah menyerah.
Beragam cara dia lakukan untuk mendapatkan hati gadis tersebut, mulai dari berkirim salam dan lagu lewat radio, menulis puisi di majalah dinding sekolah, menjadi juara dalam berbagai ajang kompetisi, hingga bekerja pada toko bangunan milik ayah Lena.
Namun, sekeras apapun Sabari berjuang, pendirian Lena tetap tak berubah. Hingga suatu hari, Lena divonis hamil di luar nikah, tanpa suami yang bertanggungjawab. Sabari yang mendengar hal itu, merelakan dirinya menjadi ‘tumbal’ untuk menyelamatkan nama baik keluarga Lena.
Anak laki-laki yang dinamakan Zorro pun lahir dari rahim Lena. Meski bukan anak kandung, Sabari sangat menyayanginya dan menikmati peran barunya sebagai ayah.
Dia bahkan ikhlas saja ketika Lena tidak mau tinggal bersama mereka, dan memilih pergi dengan lelaki lain. Cerita berlanjut tentang perjuangan
Sabari membesarkan Zorro, dan bagaimana kehidupannya menjadi sangat sulit ketika Lena mengambil Zorro dari sisinya. Melihat hal itu, Ukun dan Tamat memberanikan diri menjelajahi Sumatra demi menemukan Lena dan Zorro, dan membawa mereka kembali pada Sabari yang mulai kehilangan akal.
Ciri khas Andrea Hirata yang selalu membagi kisah panjang ke dalam fragmen-fragmen kecil masih dipertahankan. Hal ini sangat bermanfaat bagi pembaca yang tak memiliki cukup banyak waktu luang untuk menuntaskan bacaannya dalam sekali napas.
Dengan kata lain, penulis memberikan banyak ruang jeda bagi pembacanya. Meski demikian, upaya eksplorasi Andrea untuk menyuguhkan sesuatu yang berbeda dalam karyanya kali ini sangat terasa.
Baca juga: Diadaptasi dari Novel Klasik 1817, Film Persuasion Dikemas Lebih Modern
Jika biasanya dia menuliskan alur cerita secara linear, dalam karya terbarunya ini dia mencoba menyuguhkan alur yang lebih kompleks, dengan beberapa sudut pandang berbeda saling berganti sebagai pencerita.
Membaca halaman demi halaman Ayah, pembaca seolah diajak untuk merangkai puzzle potret kehidupan yang disusun penulis. Novel ini cocok dibaca semua kalangan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.