Sejumlah remaja berjalan di kawasan Sudirman, Jakarta (Sumber gambar: Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Desainer Ini Beri Masukan Jika Citayam Fashion Week Ingin Jadi Ajang Fesyen Profesional

29 July 2022   |   15:06 WIB

Like
Selama kurang lebih satu bulan terakhir, Citayam Fashion Week (CFW) menjadi perhatian publik dengan ajang menampilkan gaya berpakaian yang fashionable di kawasan Dukuh Atas dan Sudirman, Jakarta Pusat. Sering kali, pagelaran ini menjadi pusat perhatian masyarakat yang melewati daerah tersebut.

Meski pagelaran ini sering dianggap sebagai hiburan semata sekaligus ajang ekspresi anak-anak dari kawasan penopang Jakarta seperti Depok, Bojonggede, Citayam, Bogor, sampai Tangerang, ajang ini dianggap memiliki potensi untuk digarap secara serius serupa dengan acara fashion week dengan beberapa catatan.

Menurut Ali Charisma, National Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC), kehadiran CFW bisa menjadi hal yang baik dalam ekosistem fashion karena membuka pendekatan baru untuk masyarakat menengah ke bawah. Namun, penyelenggaran CFW yang secara serius dan profesional memerlukan berbagai hal yang sesuai dengan aturan dan tata laksana yang berlaku dalam acara fashion profesional seperti fashion week.

Baca juga: Seandainya Citayam Fashion Week Digelar di Citayam, Bojonggede & Depok

Pasalnya, acara fashion week yang sering ditemui secara regional sampai berskala global biasanya diperuntukkan bagi masyarakat kalangan atas dan desainer yang dianggap sudah established, atau sudah mapan dalam memperlihatkan koleksi atau lini pakaian teranyar mereka. Bahkan peserta acara pagelaran fashion biasanya juga sudah siap berbisnis.

"Walau tidak ada pakem, [fashion week] ada aturannya. Fashion week biasanya direncanakan dan diadakan secara reguler serta terstruktur rapi, " ujar Ali yang juga desainer fesyen dalam wawancara bersama Hypeabis.id pada pekan ini. 

Hal inilah yang menurutnya CFW belum bisa disamakan dengan fashion week pada umumnya. Sebab acara fashion week biasanya memiliki perencana profesional seperti Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia (APPMI). Keduanya merupakanpenyelenggara Indonesia Fashion Week (IFW) dan GCM Group sebagai penyelenggara Jakarta Fashion Week (JFW).

Selain itu, sambungnya, penyelenggaran fashion week cenderung tidak bisa asal, karena sudah ada aturan dan struktur yang sudah ditetapkan sejak awal pendiriannya. Sementara itu, Citayam Fashion Week cenderung masih berfokus pada aspek hiburan dan ajang ekspresi, bukan untuk mempromosikan produk dan membuat sebuah tren.

Di sisi lain, bila CFW memang hendak dibuat profesional, dia menilai pemerintah daerah perlu mengajak anak-anak yang ada dalam lingkaran itu untuk berdiskusi lebih lanjut. Tujuannya adalah agar gerakan yang tumbuh dari masyarakat itu bisa menjadi acara yang rapi dan dibanggakan di Indonesia. Misalnya, dengan mengadakan acara fashion week serupa dengan tur yang dilakukan di beberapa lokasi ruang publik.

Selain bisa menjadi ruang untuk memaksimalkan ruang publik sebagaimana dilakukan oleh sejumlah acara fashion seperti Fashion on the Street pada 2020 dan Malioboro Fashion Street pada tahun ini, Ali mengatakan bahwa upaya ini juga dinilai bisa merangkul anak-anak yang memanfaatkan ajang ekspresi fashion di sana.

"Ramuan acara di Citayam tepat karena lokasinya yang strategis, sehingga anak-anak tersebut bisa bersenang-senang dengan sopan yang kemudian menjadi viral," tambahnya.

Dia turut memberikan saran bahwa anak-anak yang aktif dalam CFW bisa diberikan edukasi tentang industri dan ekosistem fashion jika ingin Citayam Fashion Week diseriuskan menjadi acara bagi anak muda yang dikelola secara profesional. Upaya ini dilakukan agar orang-orang yang menyelenggarakan CFW secara serius tidak kelabakan ketika harus berhadapan dengan bisnis.
 

Dampak negatif

Meskipun demikian, dia juga mengkhawatirkan dampak dari pagelaran Citayam Fashion Week yang bisa memicu meningkatnya fast fashion yang cenderung kurang ramah lingkungan dalam aspek konsumsi pakaian.

Baca juga: Slebew hingga Haraduku, Ini 6 Istilah yang Populer Gara-gara Citayam Fashion Week

"Khawatir euforia saja tapi [pakaian yang sudah dibeli kemudian] tidak digunakan, malah jadi tidak berkelanjutan dan cenderung menjadi fast fashion. [Hal ini ] perlu dikendalikan dan perlu ada pemahaman konsekuensi terhadap tindakan tersebut," tambahnya.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Nusantara dalam Bingkai Seni Rupa

BERIKUTNYA

Yuk Intip Keunikan Rumah Adat Minahasa

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: