Semangat Keindonesiaan Seniman Kontemporer Bergelora di Pameran Manifesto VIII Galnas
25 July 2022 |
15:52 WIB
Pameran Manifesto VIII bertajuk Transposisi akan dibuka pada Selasa, 26 Juli 2022. Pameran yang berlangsung sampai dengan 26 Agustus 2022 ini, diikuti oleh 108 seniman dengan total 108 karya. Ajang ini dinilai memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan ekosistem seni kontemporer di dalam negeri.
Kurator Suwarno Wisetrotomo mengatakan bahwa pameran ini memiliki arti penting bagi jagat wacana dan pratik seni rupa di Indonesia, karena menghadirkan seniman dan karya seni melalui proses kurasi yang tajam. “Di bawah bingkai keindonesiaan, kebangsaan, serta keseharian,” katanya.
Kemudian, pameran ini juga memiliki arti penting karena seniman berada dalam tantangan untuk mengelaborasi ide-ide kurasi yang terus bergerak seiring dengan isu-isu aktual dan kontekstual dalam karya seni visual.
Pameran ini juga memiliki arti penting lantaran publik seni maupun masyarakat luas dapat menyaksikan sekaligus mengonfirmasi perkembangan wacana dan praktik seni mutrakhir.
Baca juga: Berkenalan dengan 5 Pelukis Lokal dan Karya Kontemporernya
Kurator Rizki A. Zaelani menuturkan bahwa karya-karya yang akan terdapat dalam pameran tersebut menunjukkan jenis dan karakter medium ekspresi karya yang beraneka ragam. Dia menuturkan, karya berukuran maksimal dengan sifatnya yang ekspansif atau instalatif.
Sementara karya dengan ukuran yang minimal, justru memilih karakter ekspresi yang lebih intim. Dia mengungkapkan bahwa ada tiga catatan penting dalam watak medium ekspresi.
Pertama, ada kecenderungan intensifikasi pengolahan medium ekspresi yang bersifat konvensional, yakni dari gambar, lukisan, atau patung.
Kedua, ada jenis eksplorasi dan perluasan karakter medium ekspresi dari gabungan berbagai material, objek, atau benda yang termanifestasikan sebagai kesatuan gagasan.
Ketiga, ada penggabungan atau interaksi antara medium karya yang bersifat aktual dengan karya digital yang bersifat virtual.
Baca juga: Inspirasi Aplikasi Seni Kontemporer dalam Desain Interior
Transposisi sebagai tema kerja kurasi maupun judul pameran lebih dari sekadar undangan bagi para seniman untuk menentukan posisi dan peran kerja penciptaan seni mereka yang baru, atau sekadar 'reposisi'.
Tema Transposisi berarti menganggap penting upaya pengetahuan dan kesadaran para seniman untuk terus memeriksa kamus gagasan serta tindakan penciptaan seni yang sebelumnya telah dikerjakan setiap seniman. Hal itu berperan untuk menciptakan lokasi peran seni yang terbarukan.
“Pendek kata, pameran ini memanfaatkan gagasan Transposisi sebagai kemungkinan cara untuk terus menemukan atau menciptakan bentuk-bentuk yang hidup dari ekspresi perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, kini dan masa kemudian,” katanya.
Kurator Citra Smara Dewi menuturkan, berbagai dinamika, perubahan, peralihan, hingga ‘turbulensi’ dalam proses berkesenian para perupa menjadi pertaruhan pada pameran Manifesto VIII kali ini.
“Sinergitas antara seni, sains, dan teknologi yang saling berkelindan dengan mengusung tema-tema masa lalu, masa kini, dan masa mendatang membawa imajinasi, persepsi, dan interpretasi publik tentang konsep kebangsaan melalui karya seni rupa kontemporer,” katanya.
Baca juga: Platform Investasi Karya Seni, Mintus, Buka Akses untuk Koleksi Kontemporer Dunia
Untuk diketahui, Galeri Nasional Indonesia menyelenggarakan pameran Manifesto pertama kali pada 2008 dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Pameran kemudian berlanjut ke Manifesto kedua dengan tema Percakapan Masa pada 2010.
Galeri kembali mengadakan pameran Manifesto pada 2012 dengan nama Manifesto #3 Orde dan Konflik, Manifesto No.4 Keseharian (2014), Manifesto V bertema ARUS (2016), Manifesto 6.0 dengan tajuk MULTIPOLAR: Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi (2018), Manifesto VII dengan tema Pandemi, dan sekarang Manifesto VIII bertema Transposisi.
Tujuan pameran Manifesto adalah untuk memetakan perkembangan seni rupa di Indonesia, yang kemudian diwujudkan sebagai manifesto atau pernyataan sikap dalam ekspresi seni rupa.
Penyelenggaraan Pameran Manifesto tahun ini berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, khususnya terkait dengan lokasi pameran. Pameran akan diadakan di Galeri Nasional Indonesia dan gedung STOVIA atau yang kini disebut Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.
Pameran diadakan di dua lokasi tersebut guna menyegarkan kembali gagasan awal penyelenggaraan Pameran Manifesto yang pertama pada 2008 silam, sebagai peringatan momen satu abad gerakan Kebangkitan Nasional Indonesia.
Editor: Fajar Sidik
Kurator Suwarno Wisetrotomo mengatakan bahwa pameran ini memiliki arti penting bagi jagat wacana dan pratik seni rupa di Indonesia, karena menghadirkan seniman dan karya seni melalui proses kurasi yang tajam. “Di bawah bingkai keindonesiaan, kebangsaan, serta keseharian,” katanya.
Kemudian, pameran ini juga memiliki arti penting karena seniman berada dalam tantangan untuk mengelaborasi ide-ide kurasi yang terus bergerak seiring dengan isu-isu aktual dan kontekstual dalam karya seni visual.
Pameran ini juga memiliki arti penting lantaran publik seni maupun masyarakat luas dapat menyaksikan sekaligus mengonfirmasi perkembangan wacana dan praktik seni mutrakhir.
Baca juga: Berkenalan dengan 5 Pelukis Lokal dan Karya Kontemporernya
Kurator Rizki A. Zaelani menuturkan bahwa karya-karya yang akan terdapat dalam pameran tersebut menunjukkan jenis dan karakter medium ekspresi karya yang beraneka ragam. Dia menuturkan, karya berukuran maksimal dengan sifatnya yang ekspansif atau instalatif.
Sementara karya dengan ukuran yang minimal, justru memilih karakter ekspresi yang lebih intim. Dia mengungkapkan bahwa ada tiga catatan penting dalam watak medium ekspresi.
Pertama, ada kecenderungan intensifikasi pengolahan medium ekspresi yang bersifat konvensional, yakni dari gambar, lukisan, atau patung.
Kedua, ada jenis eksplorasi dan perluasan karakter medium ekspresi dari gabungan berbagai material, objek, atau benda yang termanifestasikan sebagai kesatuan gagasan.
Ketiga, ada penggabungan atau interaksi antara medium karya yang bersifat aktual dengan karya digital yang bersifat virtual.
Baca juga: Inspirasi Aplikasi Seni Kontemporer dalam Desain Interior
Transposisi sebagai tema kerja kurasi maupun judul pameran lebih dari sekadar undangan bagi para seniman untuk menentukan posisi dan peran kerja penciptaan seni mereka yang baru, atau sekadar 'reposisi'.
Tema Transposisi berarti menganggap penting upaya pengetahuan dan kesadaran para seniman untuk terus memeriksa kamus gagasan serta tindakan penciptaan seni yang sebelumnya telah dikerjakan setiap seniman. Hal itu berperan untuk menciptakan lokasi peran seni yang terbarukan.
“Pendek kata, pameran ini memanfaatkan gagasan Transposisi sebagai kemungkinan cara untuk terus menemukan atau menciptakan bentuk-bentuk yang hidup dari ekspresi perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, kini dan masa kemudian,” katanya.
Kurator Citra Smara Dewi menuturkan, berbagai dinamika, perubahan, peralihan, hingga ‘turbulensi’ dalam proses berkesenian para perupa menjadi pertaruhan pada pameran Manifesto VIII kali ini.
“Sinergitas antara seni, sains, dan teknologi yang saling berkelindan dengan mengusung tema-tema masa lalu, masa kini, dan masa mendatang membawa imajinasi, persepsi, dan interpretasi publik tentang konsep kebangsaan melalui karya seni rupa kontemporer,” katanya.
Baca juga: Platform Investasi Karya Seni, Mintus, Buka Akses untuk Koleksi Kontemporer Dunia
Untuk diketahui, Galeri Nasional Indonesia menyelenggarakan pameran Manifesto pertama kali pada 2008 dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Pameran kemudian berlanjut ke Manifesto kedua dengan tema Percakapan Masa pada 2010.
Galeri kembali mengadakan pameran Manifesto pada 2012 dengan nama Manifesto #3 Orde dan Konflik, Manifesto No.4 Keseharian (2014), Manifesto V bertema ARUS (2016), Manifesto 6.0 dengan tajuk MULTIPOLAR: Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi (2018), Manifesto VII dengan tema Pandemi, dan sekarang Manifesto VIII bertema Transposisi.
Tujuan pameran Manifesto adalah untuk memetakan perkembangan seni rupa di Indonesia, yang kemudian diwujudkan sebagai manifesto atau pernyataan sikap dalam ekspresi seni rupa.
Penyelenggaraan Pameran Manifesto tahun ini berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, khususnya terkait dengan lokasi pameran. Pameran akan diadakan di Galeri Nasional Indonesia dan gedung STOVIA atau yang kini disebut Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.
Pameran diadakan di dua lokasi tersebut guna menyegarkan kembali gagasan awal penyelenggaraan Pameran Manifesto yang pertama pada 2008 silam, sebagai peringatan momen satu abad gerakan Kebangkitan Nasional Indonesia.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.