Berkenalan dengan 5 Pelukis Lokal dan Karya Kontemporernya
18 July 2022 |
20:48 WIB
Kekinian, rupanya menjadi diksi kunci yang banyak diusung dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya berkembang dalam seni lukis dengan pendekatan kontemporer. Secara harfiah aliran ini merupakan ekspresi karya lukisan tentang masa kini atau situasi dewasa ini.
Adapun dalam dinamikanya, seni kontemporer dekat dengan pengertian posmodernisme dalam arsitektur, yaitu sebagai era baru dalam ekspresi kesenian.
Pelukis beraliran kontemporer pun berkembang tidak hanya di kota besar seperti Jakarta, tetapi seniman di daerah pun banyak yang mengekspresikan karyanya dengan pendekatan kontemporer, termasuk dalam menuangkan gambaran selama masa pagebluk virus Corona.
Baca juga: Kolaborasi Budaya Tradisional dalam Desain Modern
Pada awal Juli 2022, karya lukisan dari para seniman ini dipamerkan di Art Space milik Artotel TS Suites Surabaya sekaligus menandai pembukaan hotel tersebut. Di ruang seni yang berlokasi area lobi hotel ini dipamerkan sejumlah lukisan dari para pelukis lokal.
Windi Salomo, Art Diractor Artotel Group mengatakan bahwa tujuan dihadirkannya art spaces diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi para seniman lokal untuk lebih banyak menampilkan karyanya di ruang publik, serta dapat membuka kesempatan bagi masyarakat dalam menikmati dan mengapresiasi karya lukis dari seniman daerah.
Nah siapa saja sih seniman lokal yang mengusung seni lukis kontemporer itu. Yuk kita kenali sekilas profil dan catatan kuratorialnya oleh direktur seni jaringan operator hotel ini.
Dalam proses berkarya, AT. Sitompul mendapatkan inspirasi dari keseharian, hal-hal yang dilihat, didengar dan dirasakan, dituangkan menjadi sebuah visual yang kemudian menjadi sebuah karya seni. Kejujuran dalam proses berkarya menjadi penting baginya.
Melihat karya-karya AT. Sitompul, tidak lepas dari penglihatan kita akan keteraturan, serta detail teknik penggunaan cat yang begitu unik, yang membentuk sebuah tekstur pada kanvas. Pemilihan warna-warna memikat menjadi daya tarik tersendiri, sehingga karyanya banyak diapresiasi, tidak hanya dari kalangan seni rupa, namun juga desain dan arsitektur.
Dua karya yang dipamerkan di art space Artotel Surabaya adalah lukisan berjudul Posisi (Acrylic on canvas, 175 x 135 cm) 2020, dan lukisan berjudul Ada Diantara #3 (Acrylic on canvas, 120 x 120 cm), 2022, yang keduanya kental dengan permainan warna-warna yang hidup dan memikat.
Ketertarikannya pada seni rupa dan musik telah tumbuh sejak usia dini. Selalu ada pengaruh musik dalam lukisan yang dibuat Fauzi, meskipun tidak selalu terlihat oleh mata, terkadang muncul sebagai sentuhan ambience dari lukisannya.
Lukisannya dipengaruhi oleh pikiran/ingatan dan bahkan ketidaksadaran. Bagaimana Fauzi muncul dengan gaya terbaru untuk lukisannya, terinspirasi oleh sudut pandangnya akan gambaran apa yang ada di dalam otak. Dia memproyeksikan perspektifnya mengenai isi otak ke dalam visual dengan menggabungkan gaya abstrak dan surealis.
Abstrak untuk mewakili apa yang ada di dalam otak dan ada garis-garis di dalam abstrak yang mewakili koneksi di dalam otak. Dan, sisi surealis muncul sebagai simbol untuk membantu Fauzi menyampaikan pesan kepada spektator atau penikmat seni lukis.
Hal itu tecermin dalam dua lukisan berjudul Redirecting Reality With An Illusion (Acrylic, oil on canvas, 120 x 120 cm) 2022; dan lukisan berjudul A Sacrifice for Gibberish Realist Based on Presupposition (Acrylic, oil on canvas, 120 x 120 cm) 2022.
Isa pada tahun-tahun awalnya menciptakan karya seni, menciptakan kembali visual dari fotografi realistis. Seiring waktu, dia menikmati proses bereksperimen dengan elemen visual yang menyebabkan transformasi gayanya menjadi surealisme dan bahkan abstraksi.
Isa mendapat inspirasi dari keduanya; persepsi batin (mikrokosmos) dan pengalaman eksistensial (makrokosmos). Karya-karyanya berdasarkan tema-tema yang berkaitan dengan masalah sosial dan lingkungan cukup mencolok dan sebagian besar berfokus pada penciptaan kesadaran dan tanggung jawab sosial.
Satu mahakarya terbarunya yang tercipta sebagai refleksi selama masa pagebluk virus Corona dituangkan dalam lukisan berjudul Kesaksian (Acrylic on canvas 100 x 100 cm) 2022.
Berani dan ekspresif, Nana tidak memiliki hambatan untuk mendobrak batasan antara dirinya dan seninya, yang berarti bahwa melihat ke dalam karya seninya mirip dengan menatap ke dalam dirinya sendiri.
Sejak berusia 10 tahun, Nana mempunyai pengalaman artistik dengan sang kakek, melihatnya melukis di atas kanvas, di sanalah ia membayangkan bahwa lukisan kanvas adalah cara yang ingin ia lakukan, dan pengalaman ini melekat pada Nana sejak saat itu.
Lukisan Nana sebagian besar adalah ide dari masa kecilnya. Mengacu pada diri sendiri dalam segala hal, dia selalu menginginkan seni menjadi cerminan langsung dari karakter dan kepribadiannya.
Ekspresi itu terlihat dari lukisannya bejudul Child in Love (Acrylic on canvas, 100 x 100 cm) 2022; dan Best Couple (Acrylic on canvas, 100 x 100 cm) 2022 berikut ini.
Watonisays meyakini bahwa setiap media mempunyai efek optis yang berbeda satu sama lain, dan tentu karakter medianya juga berpengaruh dalam kenikmatan dalam proses berkarya.
Sejak 2016, Watonisay menciptakan tokoh karakter yang diberi nama Pictolo, yang mana menjadi subject matter dalam berkarya. Pictolo sebenarnya adalah alter ego-nya. Dia tokoh yang dapat mewakili angan-angan dalam mengungkapkan pengalaman batin, pengetahuan dan daya imajinasi sehingga mampu mewakili semua itu menjadi bahasa rupa yang sangat personal baginya.
Di dunia Pictolo, Watonisays bisa melakukan apa saja, di mana dia dapat menumpahkan ekspresi apa saja dengan caranya, sebagaimana dituangkan dalam dua karya berjudul Happy Virus (Acrylic on canvas, 40 x 60 cm) 2022; dan Hypebeast (Acrylic on canvas, 100 x 70 cm) 2022.
Karya kelima seniman lokal itu dipamerkan selama Juli di Art Space, Artotel TS Suites Surabaya. Windi menjelaskan, pameran bertajuk Rediscover ini bermaksud mengajak kita semua untuk menemukan kembali hal-hal yang telah lama hilang atau bahkan terlupakan. Fenomena sosial budaya dalam 2 tahun terakhir ini telah mengakibatkan mayoritas orang, tidak hanya melupakan hal-hal yang telah terencana, namun banyak juga yang memilih untuk menghilangkannya.
Menurutnya, manusia yang dihadapkan pada permasalahan mendasar, untuk dapat bertahan dalam segala keterbatasan di hampir semua aspek kehidupan, melahirkan berbagai keadaan yang secara langsung dapat dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat dan menimbulkan pergeseran norma budaya yang hadir di masyarakat.
“Tema Rediscover yang berarti menemukan kembali, menjadi salah satu bentuk refleksi diri yang dapat memberi semangat dan harapan. Isu seni bukan hanya tentang tema, bentuk dan warna yang bisa diceritakan, tapi yang terpenting adalah tentang pengalaman, cerita dan bagaimana meresponsnya secara langsung, dalam momen yang spesial dan khas,” katanya.
Berbagai karya dalam pameran ini pada prinsipnya mencoba menampilkan keterkaitan pengalaman emosional dan artistik dalam struktur, bentuk dan warna, sebagai media ekspresi untuk merefleksikan kehidupan.
Editor: Nirmala Aninda
Adapun dalam dinamikanya, seni kontemporer dekat dengan pengertian posmodernisme dalam arsitektur, yaitu sebagai era baru dalam ekspresi kesenian.
Pelukis beraliran kontemporer pun berkembang tidak hanya di kota besar seperti Jakarta, tetapi seniman di daerah pun banyak yang mengekspresikan karyanya dengan pendekatan kontemporer, termasuk dalam menuangkan gambaran selama masa pagebluk virus Corona.
Baca juga: Kolaborasi Budaya Tradisional dalam Desain Modern
Pada awal Juli 2022, karya lukisan dari para seniman ini dipamerkan di Art Space milik Artotel TS Suites Surabaya sekaligus menandai pembukaan hotel tersebut. Di ruang seni yang berlokasi area lobi hotel ini dipamerkan sejumlah lukisan dari para pelukis lokal.
Windi Salomo, Art Diractor Artotel Group mengatakan bahwa tujuan dihadirkannya art spaces diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi para seniman lokal untuk lebih banyak menampilkan karyanya di ruang publik, serta dapat membuka kesempatan bagi masyarakat dalam menikmati dan mengapresiasi karya lukis dari seniman daerah.
Nah siapa saja sih seniman lokal yang mengusung seni lukis kontemporer itu. Yuk kita kenali sekilas profil dan catatan kuratorialnya oleh direktur seni jaringan operator hotel ini.
1. AT. Sitompul
Pelukis kelahiran Pematangsiantar 1977 ini ialah sarjana Seni Grafis Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta lulusan 2007. Sejak awal 2000, AT. Sitompul banyak mengikuti kegiatan pameran baik pameran grup maupun tunggal. Catatan pameran tunggal terakhirnya pada 2011 di Selasar Sunaryo, Kota Bandung, dan pada 2015 di galeri NalarRoepa, Yogyakarta.Dalam proses berkarya, AT. Sitompul mendapatkan inspirasi dari keseharian, hal-hal yang dilihat, didengar dan dirasakan, dituangkan menjadi sebuah visual yang kemudian menjadi sebuah karya seni. Kejujuran dalam proses berkarya menjadi penting baginya.
Melihat karya-karya AT. Sitompul, tidak lepas dari penglihatan kita akan keteraturan, serta detail teknik penggunaan cat yang begitu unik, yang membentuk sebuah tekstur pada kanvas. Pemilihan warna-warna memikat menjadi daya tarik tersendiri, sehingga karyanya banyak diapresiasi, tidak hanya dari kalangan seni rupa, namun juga desain dan arsitektur.
Dua karya yang dipamerkan di art space Artotel Surabaya adalah lukisan berjudul Posisi (Acrylic on canvas, 175 x 135 cm) 2020, dan lukisan berjudul Ada Diantara #3 (Acrylic on canvas, 120 x 120 cm), 2022, yang keduanya kental dengan permainan warna-warna yang hidup dan memikat.
Karya AT. Sitompil (Sumber gambar: Artotel)
2. Fauzi Satyaputra
Fauzi Satyaputra adalah seniman asal Bekasi. Dia adalah seorang pelukis dan juga membuat musik dan video eksperimental. Dia belajar di Royal Northern College of Music (Popular Music Studies), Manchester & University of West London (Music Performance), London.Ketertarikannya pada seni rupa dan musik telah tumbuh sejak usia dini. Selalu ada pengaruh musik dalam lukisan yang dibuat Fauzi, meskipun tidak selalu terlihat oleh mata, terkadang muncul sebagai sentuhan ambience dari lukisannya.
Lukisannya dipengaruhi oleh pikiran/ingatan dan bahkan ketidaksadaran. Bagaimana Fauzi muncul dengan gaya terbaru untuk lukisannya, terinspirasi oleh sudut pandangnya akan gambaran apa yang ada di dalam otak. Dia memproyeksikan perspektifnya mengenai isi otak ke dalam visual dengan menggabungkan gaya abstrak dan surealis.
Abstrak untuk mewakili apa yang ada di dalam otak dan ada garis-garis di dalam abstrak yang mewakili koneksi di dalam otak. Dan, sisi surealis muncul sebagai simbol untuk membantu Fauzi menyampaikan pesan kepada spektator atau penikmat seni lukis.
Hal itu tecermin dalam dua lukisan berjudul Redirecting Reality With An Illusion (Acrylic, oil on canvas, 120 x 120 cm) 2022; dan lukisan berjudul A Sacrifice for Gibberish Realist Based on Presupposition (Acrylic, oil on canvas, 120 x 120 cm) 2022.
Karya Fauzi Satyaputra. (Sumber gambar: Artotel)
3. Isa Ansory
Isa Ansory adalah seniman mapan dari Jawa Timur, yang percaya bahwa melukis adalah bagian integral dari hidupnya, kebutuhan untuk ekspresi dan aktualisasi, serta cara untuk mengeksplorasi kepribadiannya sendiri.Isa pada tahun-tahun awalnya menciptakan karya seni, menciptakan kembali visual dari fotografi realistis. Seiring waktu, dia menikmati proses bereksperimen dengan elemen visual yang menyebabkan transformasi gayanya menjadi surealisme dan bahkan abstraksi.
Isa mendapat inspirasi dari keduanya; persepsi batin (mikrokosmos) dan pengalaman eksistensial (makrokosmos). Karya-karyanya berdasarkan tema-tema yang berkaitan dengan masalah sosial dan lingkungan cukup mencolok dan sebagian besar berfokus pada penciptaan kesadaran dan tanggung jawab sosial.
Satu mahakarya terbarunya yang tercipta sebagai refleksi selama masa pagebluk virus Corona dituangkan dalam lukisan berjudul Kesaksian (Acrylic on canvas 100 x 100 cm) 2022.
Karya Isa Ansory. (Sumber gambar: Artotel)
4. Nana Tedja
Nana Tedja adalah salah satu seniman perempuan yang mengambil peran ‘menyetarakan posisi’ di kancah seni Indonesia untuk seniman perempuan agar berdiri di garis depan bersama rekan-rekan perupa laik-laki.Berani dan ekspresif, Nana tidak memiliki hambatan untuk mendobrak batasan antara dirinya dan seninya, yang berarti bahwa melihat ke dalam karya seninya mirip dengan menatap ke dalam dirinya sendiri.
Sejak berusia 10 tahun, Nana mempunyai pengalaman artistik dengan sang kakek, melihatnya melukis di atas kanvas, di sanalah ia membayangkan bahwa lukisan kanvas adalah cara yang ingin ia lakukan, dan pengalaman ini melekat pada Nana sejak saat itu.
Lukisan Nana sebagian besar adalah ide dari masa kecilnya. Mengacu pada diri sendiri dalam segala hal, dia selalu menginginkan seni menjadi cerminan langsung dari karakter dan kepribadiannya.
Ekspresi itu terlihat dari lukisannya bejudul Child in Love (Acrylic on canvas, 100 x 100 cm) 2022; dan Best Couple (Acrylic on canvas, 100 x 100 cm) 2022 berikut ini.
Karya Nana Tedja (Sumber gambar: Artotel)
5. Watonisays
Watoni alias Watonisays, tinggal di Kota Batu, Jawa Timur. Dia biasa bekerja menggunakan media lukis, drawing, printing, dan patung. Baginya media adalah alat untuk menerjemahkan atau mewujudkan gagasan dalam proses kreatif, sehingga bentuk seni rupa mengikuti kemauan gagasan.Watonisays meyakini bahwa setiap media mempunyai efek optis yang berbeda satu sama lain, dan tentu karakter medianya juga berpengaruh dalam kenikmatan dalam proses berkarya.
Sejak 2016, Watonisay menciptakan tokoh karakter yang diberi nama Pictolo, yang mana menjadi subject matter dalam berkarya. Pictolo sebenarnya adalah alter ego-nya. Dia tokoh yang dapat mewakili angan-angan dalam mengungkapkan pengalaman batin, pengetahuan dan daya imajinasi sehingga mampu mewakili semua itu menjadi bahasa rupa yang sangat personal baginya.
Di dunia Pictolo, Watonisays bisa melakukan apa saja, di mana dia dapat menumpahkan ekspresi apa saja dengan caranya, sebagaimana dituangkan dalam dua karya berjudul Happy Virus (Acrylic on canvas, 40 x 60 cm) 2022; dan Hypebeast (Acrylic on canvas, 100 x 70 cm) 2022.
Lukisan Happy Virus karyya Watonisays. (Sumber gambar: Artotel)
MENEMUKAN KEMBALI
Karya kelima seniman lokal itu dipamerkan selama Juli di Art Space, Artotel TS Suites Surabaya. Windi menjelaskan, pameran bertajuk Rediscover ini bermaksud mengajak kita semua untuk menemukan kembali hal-hal yang telah lama hilang atau bahkan terlupakan. Fenomena sosial budaya dalam 2 tahun terakhir ini telah mengakibatkan mayoritas orang, tidak hanya melupakan hal-hal yang telah terencana, namun banyak juga yang memilih untuk menghilangkannya.Menurutnya, manusia yang dihadapkan pada permasalahan mendasar, untuk dapat bertahan dalam segala keterbatasan di hampir semua aspek kehidupan, melahirkan berbagai keadaan yang secara langsung dapat dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat dan menimbulkan pergeseran norma budaya yang hadir di masyarakat.
“Tema Rediscover yang berarti menemukan kembali, menjadi salah satu bentuk refleksi diri yang dapat memberi semangat dan harapan. Isu seni bukan hanya tentang tema, bentuk dan warna yang bisa diceritakan, tapi yang terpenting adalah tentang pengalaman, cerita dan bagaimana meresponsnya secara langsung, dalam momen yang spesial dan khas,” katanya.
Berbagai karya dalam pameran ini pada prinsipnya mencoba menampilkan keterkaitan pengalaman emosional dan artistik dalam struktur, bentuk dan warna, sebagai media ekspresi untuk merefleksikan kehidupan.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.