orang tua perlu memperhatikan dan fokus untuk melakukan aktivitas yang lebih lekat terhadap pengembangan pemerolehan bahasa dan komunikasi anak. (sumber gambar ilustrasi: pexels/Rodnae Productions)

Perhatikan Hal Ini Dalam Memilih Sekolah Untuk Anak yang Speech Delay

25 July 2022   |   11:34 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Speech delay atau terlambat berbicara adalah kondisi yang kadang harus dihadapi oleh beberapa orang tua. Tidak jarang, anak mengalami speech delay ketika sudah memasuki usia sekolah. Jadi, memilih sekolah yang tepat adalah keharusan bagi orang tua untuk si buah hati dalam memberikan yang terbaik.

Muthia Devita, Program Manager Pendidikan Inklusi Cikal Surabaya, menuturkan bahwa terdapat 4 karakteristik penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih sekolah bagi anak-anak dengan kondisi keterlambatan berbicara ini.

Baca Juga : Anak Speech Delay? Yuk Lakukan Ini Untuk Mengatasinya 

Pertama, katanya, orang tua harus memahami karakteristik dan kebutuhan anak masing-masing. Dia menuturkan, orang tua harus dapat memetakan terlebih dahulu karakteristik dan kebutuhan belajar anak sebagai orang yang paling dekat dan lebih mengenal kesehariannya si buah hati.
 

“Kenali dan pahami; Orang tua mengenali dan memahami dulu bagaimana karakteristik dan kebutuhan anak, melihat apa saja kekuatan dan kebutuhannya.” Katanya.


Kedua, orang tua harus megenali nilai dan visi lembaga pendidikan sesuai kebutuhan anak yang akan menjadi tempat belajar. Dia menjelaskan bahwa mengetahui nilai dan visi lembaga pendidikan penting untuk tahu apakah lembaga tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan anak setelah orang tua memahami karakteristik dan kebutuhan mereka. 

Ketiga adalah mengetahui pola pengajaran dan karakter pengajar. Menurutnya, orang tua harus mengenal lebih dalam tentang sekolah yang akan menjadi tempat anak belajar seperti sistem pengajaran dan sumber daya manusianya. Tenaga pengajar, lanjutnya, dapat menggunakan media visual atau gambar untuk membantu murid yang mengalami keterlambatan berbicara dalam menyampaikan keinginannya.

Lembaga pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah dasar, menurutnya, dapat juga menggunakan pendekatan multisensor yang mengaitkan seluruh indera anak, sehingga aspek sensor lainnya juga dapat ikut berkembang.
 
Keempat, lanjutnya, orang tua juga harus memahami program belajar sekolah yang akan dituju oleh anak dengan keterlambatan berbicara. Dia menjelaskan, langkah ini untuk mengetahui apakah program yang disediakan dapat memfasilitasi kebutuhan belajar anak.
 
Dia menuturkan salah satu hal yang dapat dilihat adalah program yang dirancang sesuai kebutuhan murid, sehingga setiap dari mereka memiliki kurikulum yang personal. Jadi, paparnya, setiap anak memiliki tujuan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan anak.

Para guru biasanya dapat melibatkan peran orang tua dalam bersama menentukan tujuan dengan melakukan diskusi terlebih dahulu. Tidak hanya itu, program belajar yang diberikan kepada murid juga biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan murid.

Baca Juga : Speech Delay Ternyata Berdampak Pada Psikologis Anak 

Berdasarkan klasifikasi dalam cakupan perkembangan, Muthia mengatakan bahwa speech delay termasuk ke dalam klasifikasi terlambat atau karena disertai gangguan/hambatan tertentu yang memiliki dasar neurologis dan memengaruhi proses pemerolehan bahasa pada seorang anak.

Menurutnya, keterlambatan atau gangguan/hambatan tersebut bisa terjadi pada anak dengan autisme ataupun attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Speech delay yang ringan, lanjutnya, terjadi karena kurangnya stimulasi atau pola asuh yang kurang tepat.

“Sedangkan yang didasari fungsi neurologis perlu intervensi, yaitu terapi, karena akan mempengaruhi fungsi adaptif,” katanya.
 

Faktor Pemicu 

Dia menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor yang memengaruhi anak mengalami keterlambatan berbicara. Pertama, orang tua kurang memberikan stimulasi bahasa dan terlalu banyak memberikan screen time pada anak seperti bermain gawai, menonton televisi, dan minim interaksi antara anak dan orang tua.

Kedua, lanjutnya, adalah ada gangguan/kondisi medis tertentu pada sistem neurologis yang dapat berpengaruh pada otot-otot berbicara. Ketiga, adanya gangguan/hambatan lain seperti autisme atau  ADHD. Anak dengan autisme, lanjutnya, memiliki masalah bahasa dan interaksi sosial.

Dalam mengawasi pengembangan diri anak sejak dini, lanjutnya, orang tua perlu memperhatikan dan fokus untuk melakukan aktivitas yang lebih lekat terhadap pengembangan pemerolehan bahasa dan komunikasi anak.

 “Perkembangan bicara pada anak akan berbeda di setiap tahapan usianya. Namun, yang perlu kita waspadai ketika anak belum menunjukkan kemampuan bicara yang sesuai di usianya sejak anak usia 1 bulan hingga 18 bulan.” tambahnya.

Dia menuturkan anak dengan usia 1-3 bulan mulai membuat suara. Sementara 6-9 bulan, anak mulai mengunggkapka kata seperti papapa dan dadadaa. Pada usia 9-12 bulan, lanjutnya, pemahaman bahasa reseptif pada anak mulai berkembang seperti dapat menunjuk, memegang orang, dan benda yang sudah dikenal.

Adapun pada usia 12 – 18 bulan anak dapat menyebutkan kata spesifik, yaitu menyebutkan benda atau orang yang ditunjuk. Sementara pada usia 15 – 18 bulan, lanjutnya, kosakata anak akan makin berkembang.

Editor : Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Rayakan Ulang Tahun ke-53, Jennifer Lopez Luncurkan Bisnis Kecantikan JLo Body

BERIKUTNYA

Cacar Monyet Jadi Darurat Kesehatan Global, Kemenkes Pantau Kelompok Berisiko Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: