Ilustrasi (dok. Pexels)

Herpes Zoster, Cacar Api dengan Sensasi Terbakar

28 September 2021   |   09:28 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kamu pernah mendengar kondisi cacar api atau ular? Atau, sudah pernah mengalaminya? Mungkin kamu menjadi salah satu orang yang merasakan ketidaknyamanan dari penyakit ini akibat penanganan terlambat. Bintil yang terasa gatal, sensasi terbakar pada kulit, hingga nyeri yang sangat menyakitkan menjadi ciri khasnya.

Cacar air atau herpes zoster dalam istilah medisnya adalah suatu sindrom khas yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster (VZV). Virus ini merupakan virus yang sama penyebab cacar air. Bisa dikatakan cacar air adalah dampak pertama dari infeksi virus VZV ini. 

Ketika masuk ke dalam tubuh manusia, VZV bersifat laten atau tidak aktif dan tidak menimbulkan gejala. Virus ini kemudian menetap di dalam sistem saraf dan sewaktu-waktu bisa aktif ketika kekebalan tubuh terhadap virus menurun akibat penuaan atau imunosupresi. 

"Semua penyakit yang berhubungan infeksi virus berhubungan dengan imunitas tubuh. Kalau daya tahan tubuh kuat, kita bisa tidak terpapar," ujar CEO Klinik Pramudia dr. Anthony Handoko. 

Dia menjelaskan herpes zoster biasanya menyasar kelompok usia 45-65 tahun. Namun saat ini, tren kasus penyakit kulit tersebut cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dan lebih sering terjadi pada wanita. Setidaknya 30 persen populasi pernah mengalami herpes zoster semasa hidupnya. 

Gejala awal dari herpes zoster seringkali tidak kelihatan namun dapat dirasakan seperti timbulnya rasa gatal, kesemutan, dan sensasi terbakar pada kulit. Beberapa hari kemudian, ruam merah (lesi) yang membentuk gelembung berisi cairan (bintil) muncul dan butuh waktu hingga sekitar 30 hari sampai seluruh bintil ini menghilang dengan sendirinya.

"Masa inkubasi setelah pertama kali kontak hingga timbulnya lesi di kulit sekitar 10-21 hari," sebut Anthony yang juga dokter spesialis kulit dan kelamin itu.

Lesi yang muncul seringkali disertai dengan rasa nyeri mulai dari yang bersifat ringan hingga yang terasa berat, dan hampir selalu terjadi pada salah satu sisi tubuh atau wajah. Lesi yang timbul di kulit bersifat unilateral atau setengah bagian tubuh sesuai dengan jalur dermatome kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena virus VZV. 

Adapun rasa nyeri akut merupakan salah satu gejala umum herpes zoster. Rasa nyeri dari kasus herpes zoster yang sudah parah dapat menimbulkan dampak yang serius. Beberapa pasien kata Anthony menggambarkan betapa menyakitkannya nyeri yang ditimbulkan. Sebanyak 45 persen pasien dengan gejala herpes zoster mengungkapkan bahwa mereka mengalami rasa nyeri tersebut setiap hari. 

Lebih lanjut Anthony menuturkan bahwa siapapun yang pernah menderita cacar air dapat mengembangkan herpes zoster. Risiko lainnya yakni orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah (imunokompromais) seperti lansia, penderita HIV/AIDS, pasien transplantasi organ, penderita kanker, stress psikis, pasien pasca operasi, dan pasien dengan obat-obatan yang dapat menekan sel imun tubuh. 

Oleh karena itu, Anthony mengatakan fokus pencegahan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan imunitas tubuh secara umum, serta menghindari kontak terhadap orang yang mengalami herpes zoster. Pasalnya virus herpes tersebut ditularkan melalui pertukaran nafas atau kontak langsung dengan cairan pada lepuhan ruam yang dialami penderitanya. 

Sementara itu, Spesialis Kulit dan Kelamin RS Bina Husada dr. Emil R. Fadly mengatakan apabila seseorang terkena herpes zoster dan telah mengalami bintil, bisa menggunakan bedak anti gatal sebagai pendingin dan meminimalisir hasrat untuk menggaruk bintil agar tidak pecah. 

"Kalau pecah, nanti masuk bakteri. Jadi, kita hadapi infeksi virus dan bakteri. Nanti double cover, pakai antivirus yang mahal dan antibiotik yang juga mahal," jelasnya.

Kalaupun sudah pecah dan terinfeksi, lesi ditangani lebih lanjut dengan cara dikompres menggunakan cairan infus NaCl agar sembuh lebih cepat. "Ini terapi tropikal," imbuhnya.

Terapi juga bisa dilakukan dengan oral menggunakan Asiklovir. Pemberian tergantung penilaian dokter. Biasanya diberikan 5×400 mg per hari atau 5×800 mg selama 5-7 hari.

Antivirus lainnya yakni valasiklovir yang bisa diberikan 3×1.000 mg per hari atau 3×500 mg selama 5-7 hari tergantung penilaian lain. Obat lain yang bisa diberikan yakni obat simptomatik atau obat yang diberikan berdasarkan gejala klinis yang timbul. "Misal karena ada peradangan kita kasih obat antiperadangan seperti golongan asam mefenamat," jelasnya.

Obat penguat daya tahan tubuh termasuk vitamin C, B6, dan B12 patut ditambahkan karena penyakit ini berpengaruh pada daya tahan tubuh. 

Seluruh terapi ini pada dasarnya berfungsi untuk mempercepat penyembuhan, menghindari infeksi oleh bakteri, dan menghindari terjadinya HPN. "Penyembuhan tergantung dari banyaknya lepuh yang terjadi," tutupnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

3 Tips Agar Tetap Produktif di Tengah Situasi yang Kacau

BERIKUTNYA

5 Pentingnya Self-esteem untuk Perkembangan Anak

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: