Art:1 Newmuseum Gaet 6 Perupa Perempuan dalam Pameran Infinite Illusions
23 July 2022 |
20:37 WIB
Art:1 Newmuseum menggandeng 6 perupa perempuan muda menggelar pameran seni rupa bertajuk Infinite Illusions. Dalam pameran ini, sebanyak 56 karya dipamerkan mulai dari 23 Juli hingga 20 Agustus 2022. Seluruh karya itu dihimpun dalam sebuah kerangka tema kuratorial ilusi tanpa batas.
Keenam perupa muda yang terlibat dalam pameran itu yakni Desy Febrianti, Elisa Faustina, Faelerie, Mutiara Riswari, Ramadhyan Putri Pertiwi, dan Rizka Azizah Hayati.
Baca juga: Terapi Seni, Begini Faktanya Mewarnai Dapat Membantu Relaksasi
Direktur dan Owner Art:1 Newmuseum Martha Gunawan mengatakan keenam perupa tersebut dipilih dalam pameran Infinite Illusions berangkat dari latar belakang mereka yang sama, yakni sama-sama mengenyam studi seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan memiliki kecenderungan berekspresi visual abstrak atau abstraksi pada karya-karyanya.
"Kami berkomitmen untuk memberi ruang seluas mungkin bagi para perupa muda yang potensial," kata Martha di acara pembukaan pameran Infinite Illusions di Art:1 Newmuseum, Jakarta, Sabtu (23/7/2022).
Sebanyak 56 karya dari keenam perupa tersebut dihimpun dalam sebuah kerangka tema kuratorial Infinite Illusions atau ilusi tanpa batas. Kurator Kuss Indarto menjelaskan kerangka tersebut menggambarkan bahwa secara konseptual dan secara visual, karya para perupa di dalamnya diberi keleluasaan yang penun untuk mengikuti alur kembara imajinasi masing-masing.
"Mereka mengembarakan dunia gagasannya yang kemudian dieksekusi dalam bentuk visual yang berbeda satu sama lain. Pada aspek kesepadanannya antara lain pada pilihan kreatif atau visual yang cenderung abstrak atau abstraktif," kata Kuss.
Ada Desy yang memvisualkan tentang ingatan masa lalu atau masa kanak-kanaknya, Elisa yang berbicara tentang dunia spiritual yang melingkupi keseharian hidupnya, serta Faelerie yang menghayati imajinasi tentang flora dalam karya sulamnya.
Selain itu, ada juga Mutiara yang asyik dengan keyakinannya bahwa manusia itu jagad cilik atau mikrokosmos, lalu Ramadhyan yang mengagumi eksotisme panorama alam dan jagad raya, serta Rizka yang suntuk mengeksplorasi efek-efek karat sebagai sumber artistika visual pada karyanya.
Lebih lanjut, Kuss menjelaskan di samping menyoal dunia kekaryaan visual mereka, pada perspektif lain, pameran ini juga memberikan forum bagi para perupa perempuan di tengah dominasi perupa laki-laki, bahkan lebih dari itu, di celah kultur patriarki yang masih cukup kuat bercokol dalam seni rupa Indonesia.
"Pada konteks ini, kita bisa mengingat kembali pertanyaan Griselda Pollock dalam bukunya berjudul Vision and Difference yang mengulas tentang problem seni dan gender, apakah menambah jumlah perempuan pada sejarah seni sama dengan memproduksi sejarah seni feminis?," kata Kuss.
Baca juga: Surealisme, Aliran Seni yang Mengeksplorasi Alam Bawah Sadar
Pertanyaan ini, kata Kuss, merupakan hal kompleks karena menyangkut banyak persoalan, mulai dari masalah kultur, geopolitik, sosiologis, dan sekian banyak masalah lainnya.
Namun, menurutnya, setidaknya pameran ini berupaya memberi poin pada upaya untuk merujuk akan pentingnya peran perempuan dalam aktivitas dan produktivitas artistik, serta lebih jauh lagi, memberi ruang juga peluang bagi perempuan untuk memberi suara dan partisipasi dalam praktik produksi kebudayaan secara umum.
"Saya kira dengan forum yang bagus seperti ini, mereka akan dengan spirit yang kuat akan menghasilkan karya yang kuat. Mudah-mudahan ini awal yang baik buat mereka," tambah Kuss.
Editor: Fajar Sidik
Keenam perupa muda yang terlibat dalam pameran itu yakni Desy Febrianti, Elisa Faustina, Faelerie, Mutiara Riswari, Ramadhyan Putri Pertiwi, dan Rizka Azizah Hayati.
Baca juga: Terapi Seni, Begini Faktanya Mewarnai Dapat Membantu Relaksasi
Direktur dan Owner Art:1 Newmuseum Martha Gunawan mengatakan keenam perupa tersebut dipilih dalam pameran Infinite Illusions berangkat dari latar belakang mereka yang sama, yakni sama-sama mengenyam studi seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan memiliki kecenderungan berekspresi visual abstrak atau abstraksi pada karya-karyanya.
"Kami berkomitmen untuk memberi ruang seluas mungkin bagi para perupa muda yang potensial," kata Martha di acara pembukaan pameran Infinite Illusions di Art:1 Newmuseum, Jakarta, Sabtu (23/7/2022).
Beberapa karya seni rupa di pameran Infinite Illusions di Art:1 Newmuseum, Jakarta (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Sebanyak 56 karya dari keenam perupa tersebut dihimpun dalam sebuah kerangka tema kuratorial Infinite Illusions atau ilusi tanpa batas. Kurator Kuss Indarto menjelaskan kerangka tersebut menggambarkan bahwa secara konseptual dan secara visual, karya para perupa di dalamnya diberi keleluasaan yang penun untuk mengikuti alur kembara imajinasi masing-masing.
"Mereka mengembarakan dunia gagasannya yang kemudian dieksekusi dalam bentuk visual yang berbeda satu sama lain. Pada aspek kesepadanannya antara lain pada pilihan kreatif atau visual yang cenderung abstrak atau abstraktif," kata Kuss.
Ada Desy yang memvisualkan tentang ingatan masa lalu atau masa kanak-kanaknya, Elisa yang berbicara tentang dunia spiritual yang melingkupi keseharian hidupnya, serta Faelerie yang menghayati imajinasi tentang flora dalam karya sulamnya.
Selain itu, ada juga Mutiara yang asyik dengan keyakinannya bahwa manusia itu jagad cilik atau mikrokosmos, lalu Ramadhyan yang mengagumi eksotisme panorama alam dan jagad raya, serta Rizka yang suntuk mengeksplorasi efek-efek karat sebagai sumber artistika visual pada karyanya.
Pameran Infinite Illusions di Art:1 Newmuseum, Jakarta (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
"Pada konteks ini, kita bisa mengingat kembali pertanyaan Griselda Pollock dalam bukunya berjudul Vision and Difference yang mengulas tentang problem seni dan gender, apakah menambah jumlah perempuan pada sejarah seni sama dengan memproduksi sejarah seni feminis?," kata Kuss.
Baca juga: Surealisme, Aliran Seni yang Mengeksplorasi Alam Bawah Sadar
Pertanyaan ini, kata Kuss, merupakan hal kompleks karena menyangkut banyak persoalan, mulai dari masalah kultur, geopolitik, sosiologis, dan sekian banyak masalah lainnya.
Namun, menurutnya, setidaknya pameran ini berupaya memberi poin pada upaya untuk merujuk akan pentingnya peran perempuan dalam aktivitas dan produktivitas artistik, serta lebih jauh lagi, memberi ruang juga peluang bagi perempuan untuk memberi suara dan partisipasi dalam praktik produksi kebudayaan secara umum.
"Saya kira dengan forum yang bagus seperti ini, mereka akan dengan spirit yang kuat akan menghasilkan karya yang kuat. Mudah-mudahan ini awal yang baik buat mereka," tambah Kuss.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.