Tobatenun Ajak Perempuan Sumatera Utara Berdaya lewat Kain Tenun
17 July 2022 |
12:11 WIB
Jelang penyelenggaraan Women 20 (W20) Summit, Tobatenun dan BRI Prioritas menggelar forum Empowering Women in Rural Economies. Forum itu digelar sebagai upaya membuka cakrawala publik terhadap isu peran perempuan dalam ekonomi keluarga, sekaligus menunjang karya para perempuan perajin wastra daerah serta kontribusi mereka terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) daerah.
Himpitan ekonomi menjadi dorongan kuat bagi para perempuan desa di Sumatera Utara ikut mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarga demi mewujudkan kehidupan yang layak. Dengan minimnya kesempatan pendidikan yang dimiliki, serta banyaknya perempuan Sumatera Utara yang tak sanggup ikut bertani bersama suaminya, membuat keterampilan menenun menjadi satu-satunya kemampuan yang dijadikan modal untuk mencari penghasilan tambahan keluarga.
Sejak tahun 2020, kehadiran Tobatenun memberikan peluang bagi para perempuan perajin di sana untuk mengembangkan diri di tengah kesulitan ekonomi dan minimnya potensi desa. Tak hanya melalui sejumlah pendidikan dan pelatihan teknik keterampilan, Tobatenun juga mendorong semangat wirausaha bagi para pelaku pembuat tenun untuk membangun jaringan kerjasama dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Baca juga: Perjuangan Kesetaraan dan Meningkatkan Peran Perempuan di Presidensi G20
“Membangun ekosistem perajin yang terampil, mandiri, dan berdaya, menjadi salah satu harapan kami untuk para pelaku pembuat tenun kedepannya. Oleh karena itu, kami menyambut baik agenda prioritas kelompok kerja W20 yang sejalan dengan misi kami dalam pemberdayaan ekonomi perempuan," kata Melvi Tampubolon, COO Tobatenun, dalam keterangan resmi yang diterima Hypeabis.id, Minggu (17/7/2022).
Melvi pun menuturkan rangkaian kegiatan road-to-W20 yang diselenggarakan Tobatenun menjelang W20 Summit di Danau Toba merupakan bentuk penguatan dorongan kolaboratif dari berbagai sektor, khususnya para pegiat wirausaha yang hadir sebagai narasumber, maupun sebagai tamu undangan untuk terus berupaya memperluas advokasi kepada para pelaku usaha perempuan agar lebih berdaya.
Sampai saat ini, papar Melvi, Tobatenun telah menjalankan sembilan program pendidikan dan pelatihan peningkatan kapasitas keterampilan, mulai dari pewarnaan benang, proses produksi, teknik tenun, menjahit, dan wawasan wirausaha, yang diharapkan dapat berguna untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi dan menambah pendapatan mereka di kemudian hari.
Selain itu, untuk memperkuat kapasitas wawasan perempuan, Tobatenun juga memberikan sesi konseling dan advokasi terhadap tindakan kekerasan domestik, yang diharapkan mampu membangun kesadaran kritis terkait peran gender serta hak perempuan terhadap perlindungan sosial, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri mereka.
"Secara keseluruhan hingga saat ini, sebanyak hampir 200 penenun telah menjalankan program penguatan perempuan penenun," terang Melvi.
Sebagai informasi, acara berskala internasional Women 20 (W20) Summit akan diselenggarakan di Danau Toba, tepatnya di Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada 19-20 Juli 2022.
Penyelenggaraan W20 didasari oleh kesadaran para pemimpin negara anggota G20 akan pentingnya partisipasi perempuan terutama dalam pembangunan ekonomi global. Sebagai outreach group yang mewakili suara perempuan, W20 mendorong pengadopsian dokumen-dokumen komitmen G20 yang melibatkan isu pembangunan perempuan, kesetaraan gender, pertumbuhan yang inklusif, serta kerja sama perempuan dalam sektor ekonomi internasional.
Menurut Uli Silalahi selaku Chairwoman W20, upaya kolaboratif dari berbagai lini institusi/pemerintah maupun non-pemerintah berupa dukungan pelatihan kewirausahaan, keterampilan e-commerce dan lainnya, bisa memperkuat peran perempuan dalam pembangunan ekonomi kedepannya. Isu inklusi ekonomi perempuan ini, katanya, menjadi salah satu isu prioritas yang diusung oleh kelompok kerja W20 dalam Presidensi G20 Indonesia.
W20 sendiri menetapkan empat isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia, yakni kesetaraan gender, inklusi ekonomi dengan mendukung UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan, peningkatan ketahanan perempuan marjinal, serta akses terhadap fasilitas kesehatan yang adil secara gender.
Baca juga: Platform Tobatenun Angkat Pamor Kain Ulos
“Empat isu prioritas menjadi fokus agenda W20 ditujukan untuk meningkatkan status perempuan secara global. Berbagai langkah strategis pun kami promosikan agar para perempuan mencapai penuh potensi mereka, sehingga kedepannya, terwujud pembangunan yang inklusif bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali," tutur Uli.
Dua rumah komunitas dan latihan ini didirikan oleh Tobatenun untuk pemberdayaan, khususnya pemberdayaan perempuan. Mendukung pengrajin pedesaan dan memberdayakan mereka dengan pelatihan, pendampingan, pendidikan yang berkelanjutan, standarisasi hasil karya tenun, serta program kemitraan.
Rumah komunitas Jabu Bonang pun telah melakukan berbagai pelatihan dan lokakarya yang telah memberikan dampak langsung bagi kehidupan dan produktivitas perajin sebagai mitra dari Tobatenun. Sedangkan di Jabu Borna, fokus pengembangannya adalah untuk riset pewarna alami, serat alami, penyediaan benang celup bagi ekosistem tenun, serta pengolahan limbah yang tepat dan ramah lingkungan.
Hingga saat ini, tim riset Jabu Borna berhasil menemukan 29 koleksi varian warna dari material alam, seperti daun ketapang, kulit pohon mahoni, kayu jior, dan getah daun pisang, yang kemudian digunakan pada benang sebagai bahan dasar untuk tenun Batak.
Melvi menjelaskan saat ini pihaknya telah bermitra dengan 200 perajin di Sumatera Utara yang tersebar di 2 kota & 5 kabupaten antara lain adalah Medan, Siantar, Toba, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Utara, Samosir, dan Dairi.
"Kami menilai rumah komunitas dan latihan ini penting keberadaannya bagi komunitas. Menstimulasi mereka untuk terus berinovasi, dan meningkatkan keterampilan profesional sebagai pelaku usaha juga artisan,” ujar Melvi.
Jabu Bonang dan Jabu Borna menginisiasi perubahan dengan memberikan ruang dan kesempatan kepada mitra melalui pendidikan informal. Kedepannya, Melvi menuturkan Tobatenun akan memperluas kemitraan dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelaku hulu – hilir tenun Batak dan membina ekosistem yang lebih sehat bagi para perajin di Sumatera Utara secara umum.
Editor: Nirmala Aninda
Himpitan ekonomi menjadi dorongan kuat bagi para perempuan desa di Sumatera Utara ikut mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarga demi mewujudkan kehidupan yang layak. Dengan minimnya kesempatan pendidikan yang dimiliki, serta banyaknya perempuan Sumatera Utara yang tak sanggup ikut bertani bersama suaminya, membuat keterampilan menenun menjadi satu-satunya kemampuan yang dijadikan modal untuk mencari penghasilan tambahan keluarga.
Sejak tahun 2020, kehadiran Tobatenun memberikan peluang bagi para perempuan perajin di sana untuk mengembangkan diri di tengah kesulitan ekonomi dan minimnya potensi desa. Tak hanya melalui sejumlah pendidikan dan pelatihan teknik keterampilan, Tobatenun juga mendorong semangat wirausaha bagi para pelaku pembuat tenun untuk membangun jaringan kerjasama dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Baca juga: Perjuangan Kesetaraan dan Meningkatkan Peran Perempuan di Presidensi G20
Charity fashion show yang digelar oleh Tobatenun dalam rangkaian kegiatan road-to-W20 (Sumber gambar: Tobatenun)
Melvi pun menuturkan rangkaian kegiatan road-to-W20 yang diselenggarakan Tobatenun menjelang W20 Summit di Danau Toba merupakan bentuk penguatan dorongan kolaboratif dari berbagai sektor, khususnya para pegiat wirausaha yang hadir sebagai narasumber, maupun sebagai tamu undangan untuk terus berupaya memperluas advokasi kepada para pelaku usaha perempuan agar lebih berdaya.
Sampai saat ini, papar Melvi, Tobatenun telah menjalankan sembilan program pendidikan dan pelatihan peningkatan kapasitas keterampilan, mulai dari pewarnaan benang, proses produksi, teknik tenun, menjahit, dan wawasan wirausaha, yang diharapkan dapat berguna untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi dan menambah pendapatan mereka di kemudian hari.
Selain itu, untuk memperkuat kapasitas wawasan perempuan, Tobatenun juga memberikan sesi konseling dan advokasi terhadap tindakan kekerasan domestik, yang diharapkan mampu membangun kesadaran kritis terkait peran gender serta hak perempuan terhadap perlindungan sosial, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri mereka.
"Secara keseluruhan hingga saat ini, sebanyak hampir 200 penenun telah menjalankan program penguatan perempuan penenun," terang Melvi.
Sebagai informasi, acara berskala internasional Women 20 (W20) Summit akan diselenggarakan di Danau Toba, tepatnya di Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara pada 19-20 Juli 2022.
Penyelenggaraan W20 didasari oleh kesadaran para pemimpin negara anggota G20 akan pentingnya partisipasi perempuan terutama dalam pembangunan ekonomi global. Sebagai outreach group yang mewakili suara perempuan, W20 mendorong pengadopsian dokumen-dokumen komitmen G20 yang melibatkan isu pembangunan perempuan, kesetaraan gender, pertumbuhan yang inklusif, serta kerja sama perempuan dalam sektor ekonomi internasional.
Menurut Uli Silalahi selaku Chairwoman W20, upaya kolaboratif dari berbagai lini institusi/pemerintah maupun non-pemerintah berupa dukungan pelatihan kewirausahaan, keterampilan e-commerce dan lainnya, bisa memperkuat peran perempuan dalam pembangunan ekonomi kedepannya. Isu inklusi ekonomi perempuan ini, katanya, menjadi salah satu isu prioritas yang diusung oleh kelompok kerja W20 dalam Presidensi G20 Indonesia.
W20 sendiri menetapkan empat isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia, yakni kesetaraan gender, inklusi ekonomi dengan mendukung UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan, peningkatan ketahanan perempuan marjinal, serta akses terhadap fasilitas kesehatan yang adil secara gender.
Baca juga: Platform Tobatenun Angkat Pamor Kain Ulos
“Empat isu prioritas menjadi fokus agenda W20 ditujukan untuk meningkatkan status perempuan secara global. Berbagai langkah strategis pun kami promosikan agar para perempuan mencapai penuh potensi mereka, sehingga kedepannya, terwujud pembangunan yang inklusif bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali," tutur Uli.
Rumah komunitas Jabu Bonang & Jabu Borna
Untuk mengembangkan komunitas yang mengacu kepada kelompok tenun Batak, Tobatenun juga mendirikan rumah komunitas Jabu Bonang dan Jabu Borna. Melalui dua rumah komunitas ini, berbagai program pemberdayaan, kegiatan riset dan pengembangan produk, serta peningkatan kompetensi kelompok dilakukan. Hal ini bertujuan agar memberikan dampak perubahan terhadap masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya.Dua rumah komunitas dan latihan ini didirikan oleh Tobatenun untuk pemberdayaan, khususnya pemberdayaan perempuan. Mendukung pengrajin pedesaan dan memberdayakan mereka dengan pelatihan, pendampingan, pendidikan yang berkelanjutan, standarisasi hasil karya tenun, serta program kemitraan.
Sumber gambar: Tobatenun
Hingga saat ini, tim riset Jabu Borna berhasil menemukan 29 koleksi varian warna dari material alam, seperti daun ketapang, kulit pohon mahoni, kayu jior, dan getah daun pisang, yang kemudian digunakan pada benang sebagai bahan dasar untuk tenun Batak.
Melvi menjelaskan saat ini pihaknya telah bermitra dengan 200 perajin di Sumatera Utara yang tersebar di 2 kota & 5 kabupaten antara lain adalah Medan, Siantar, Toba, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Utara, Samosir, dan Dairi.
"Kami menilai rumah komunitas dan latihan ini penting keberadaannya bagi komunitas. Menstimulasi mereka untuk terus berinovasi, dan meningkatkan keterampilan profesional sebagai pelaku usaha juga artisan,” ujar Melvi.
Jabu Bonang dan Jabu Borna menginisiasi perubahan dengan memberikan ruang dan kesempatan kepada mitra melalui pendidikan informal. Kedepannya, Melvi menuturkan Tobatenun akan memperluas kemitraan dan membangun hubungan jangka panjang dengan pelaku hulu – hilir tenun Batak dan membina ekosistem yang lebih sehat bagi para perajin di Sumatera Utara secara umum.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.