Peluang Bisnis Daur Ulang Popok dan Masker Masih Terbuka Luas Loh
11 July 2021 |
07:48 WIB
Memakai masker menjadi salah satu protokol kesehatan yang harus dipatuhi selama masa pandemi Covid-19. Seluruh masyarakat diwajibkan menggunakan masker untuk mencegah penularan virus Covid-19 sehingga penularan melalui droplet bisa diminimalkan.
Hal ini menyebabkan limbah masker dan APD sekali pakai meningkat tajam di masa pandemi ini. Ternyata, limbah tersebut dapat didaur ulang dan menjadi potensi bisnis yang cukup potensial. Apalagi sudah ada teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk proses daur ulang yang mudah dan efektif.
Selain masker, pembalut dan popok sekali pakai juga memiliki nilai ekonomi yang juga besar jika dapat didaur ulang. Namun sayangnya saat ini para pelaku industri masih berfokus pada sampah plastik jenis polyethylene teephtalate (PET) saja.
Ketua Umum Asosisasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim mengatakan bahwa pelaku usaha juga harus dapat melirik potensi bisnis daur ulang lainnya di samping botol PET yang saat ini persaingannya sudah sangat ketat.
“Sangat banyak potensi sampah yang bisa didaur ulang di luar PET. Apalagi saat ini belum ada industri besar yang menyerap sampah-sampah medis seperti masker dan APD sekali pakai, juga popok dan pembalut. Padahal ini menjadi salah satu peluang yang bisa digarap dengan serius,” ujarnya dalam webinar Prospek Bisnis Daur Ulang Berkelanjutan di Indonesia yang diselenggarakan oleh UOB Indonesia dan Bisnis.com, Rabu (7/7/2021).
Diakuinya bahwa saat ini ADUPI masih berfokus pada sampah jenis botol PET karena sebagai pelaku bisnis dia juga masih terus melihat tren yang berkembang sekaligus melakukan inovasi agar dapat survive di dalam industri daur ulang tersebut.
“Namun jika terlalu banyak industri yang masuk ke PET maka kita akan menjadi sangat kekurangan bahan baku, apalagi jika tidak diimbangi dengan peningkatan collection,” tuturnya.
Untuk itulah, ADUPI saat ini terus melakukan proses collection dengan membuat pilot project di wilayah Tangerang dengan proses yang modern. Saat ini mereka juga tangah mencai investor untuk mengembangkan pilot projet tersebut.
Editor: M R Purboyo
Hal ini menyebabkan limbah masker dan APD sekali pakai meningkat tajam di masa pandemi ini. Ternyata, limbah tersebut dapat didaur ulang dan menjadi potensi bisnis yang cukup potensial. Apalagi sudah ada teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk proses daur ulang yang mudah dan efektif.
Selain masker, pembalut dan popok sekali pakai juga memiliki nilai ekonomi yang juga besar jika dapat didaur ulang. Namun sayangnya saat ini para pelaku industri masih berfokus pada sampah plastik jenis polyethylene teephtalate (PET) saja.
Ketua Umum Asosisasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim mengatakan bahwa pelaku usaha juga harus dapat melirik potensi bisnis daur ulang lainnya di samping botol PET yang saat ini persaingannya sudah sangat ketat.
“Sangat banyak potensi sampah yang bisa didaur ulang di luar PET. Apalagi saat ini belum ada industri besar yang menyerap sampah-sampah medis seperti masker dan APD sekali pakai, juga popok dan pembalut. Padahal ini menjadi salah satu peluang yang bisa digarap dengan serius,” ujarnya dalam webinar Prospek Bisnis Daur Ulang Berkelanjutan di Indonesia yang diselenggarakan oleh UOB Indonesia dan Bisnis.com, Rabu (7/7/2021).
Diakuinya bahwa saat ini ADUPI masih berfokus pada sampah jenis botol PET karena sebagai pelaku bisnis dia juga masih terus melihat tren yang berkembang sekaligus melakukan inovasi agar dapat survive di dalam industri daur ulang tersebut.
“Namun jika terlalu banyak industri yang masuk ke PET maka kita akan menjadi sangat kekurangan bahan baku, apalagi jika tidak diimbangi dengan peningkatan collection,” tuturnya.
Untuk itulah, ADUPI saat ini terus melakukan proses collection dengan membuat pilot project di wilayah Tangerang dengan proses yang modern. Saat ini mereka juga tangah mencai investor untuk mengembangkan pilot projet tersebut.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.