Ilustrasi wanita (Sumber gambar: Unsplash/Chris Jarvis)

Jangan Anggap Remeh Risiko Waxing karena Akan Memicu Persoalan Ini

05 July 2022   |   18:12 WIB

Waxing mencukur habis rambut kemaluan atau banyak dilakukan dan digemari oleh kaum perempuan. Selain karena alasan merasa risih dan terkesan kurang bersih, beberapa perempuan juga menganggap waxing bisa membantu meningkatkan kepuasan saat bercinta. 

Saat rambut kemaluan cukup tebal, vagina pun akan cenderung lebih berbau kurang sedap karena rambut yang tebal akan lebih lembab dan penuh dengan berbagai cairan vagina yang diserap rambut tersebut.  Namun, pandangan dunia medis justru bertentangan dengan anggapan masyarakat awam tersebut. 

Baca juga: Ini Lho Alasan & Tips untuk Gunakan Tabir Surya saat Beraktivitas
 

Sebaiknya Jangan Dicukur

Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 16 Oktober 2016, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Liva Wijaya menjelaskan, rambut di area vagina seharusnya tidak dicukur.  

Pasalnya, rambut tersebut sangat bermanfaat sebagai filter untuk mencegah bakteri atau benda asing masuk ke vagina. Mencukur rambut pada kemaluan perempuan juga ternyata bisa mempengaruhi bau vagina. 

Dengan kulit kemaluan yang tidak memiliki pelindung berupa rambut kemaluan, bakteri dan parasit yang disebut patogen bisa dengan mudah hinggap sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap. 

Selain itu, mencukur rambut kemaluan justru meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Apalagi jika tidak dilakukan dengan benar atau menggunakan antiseptik yang tidak sesuai, justru akan berbahaya. Salah satu risiko akibat waxing ini adalah munculnya benjolan seperti jerawat yang menjadi salah satu penanda terjadinya infeksi. 

“Jika memang ingin mencukurnya [rambut kemaluan], sebaiknya hanya sebagian saja. Tidak perlu terlalu banyak,” ujarnya. 
 

Gunakan alat steril

Liva menuturkan, untuk mencukur rambut kemaluan sebaiknya menggunakan gunting yang bersih dan steril. Membiarkan rambut kemaluan tumbuh alami dinilai justru lebih bagus ketimbang dicabut habis. Kendati demikian, area sekitar vagina ini memang harus diperhatikan kebersihannya. 

Salah satu aspek yang sering luput dalam menjaga kebersihan vagina adalah penggunaan panty liner (pembalut). Liva menyarankan, agar panty liner diganti setelah tiga atau empat jam agar area di sekitar vagina tetap terjaga kebersihannya. 

Selain itu, kecocokan penggunaan panty liner juga terkadang tergantung pada merek tertentu. Jika memang terjadi iritasi saat menggunakan panty liner yang satu, sebaiknya ganti dengan merek yang lain. Kebersihan alat vital juga dipengaruhi oleh penggunaan pakaian dalam.
 

Kelembapan celana dalam

Dalam hal ini, kelembapan celana dalam juga harus diperhatikan karena akan memudahkan pertumbuhan bakteri. Terkait dengan kelembaban, membersihkan vagina dengan tisu basah rupanya juga berisiko meningkatkan infeksi. Liva menyarankan agar para wanita membasuh alat vitalnya dengan air mengalir. 

Jika tidak tersedia, sebaiknya menggunakan air minum dalam kemasan. Masa-masa paling krusial dalam kesehatan organ intim perempuan adalah saat menstruasi. Pada masa tersebut tingkat keasaman vagina meningkat sehingga menjadi lahan subur bagi bakteri. 

Baca juga: Melirik Tren Perawatan Estetik Favorit Tahun Ini

Jika kebersihannya tidak dijaga, beragam risiko seperti infeksi, rasa gatal, atau bahkan keputihan bisa muncul. Menjaga kebersihan vagina saat menstruasi bisa dilakukan dengan membasuhnya secara rutin dan mengeringkannya. Selain itu, penggantian pembalut juga disarankan dilakukan setiap tiga jam sekali untuk menjaga kelembabannya. 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Waspada Gangguan Penglihatan pada Anak

BERIKUTNYA

Wajib Coba, Ini 5 Permainan Video Game Lokal yang Mendunia 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: